Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kata "jabar" sebagai "Yang Mahaperkasa". Akar katanya meresap dari salah satu Asmaul Husna atau nama-nama Allah, "Al Jabbar". Sementara lain, kata "jabar" (jabbar) ini memiliki homonim "Jabar", yang merupakan singkatan dari Provinsi Jawa Barat.
Menyusul sengketa makna pada kata "Jabar" di atas, wilayah Jawa Barat sendiri kedatangan satu katalog serupa, usai Masjid Al Jabbar di daerah Gedebage, Bandung, diresmikan pada tanggal 30 Desember 2022 kemarin.
Sepintas, kata "Jabar", "jabbar", dan "Al Jabbar" boleh disebut memiliki makna yang saling bersinggungan. Akan tetapi, masyarakat tetap bisa memaknainya secara bersamaan maupun parsial, sebagai pengejawantahan keperkasaan dari suatu hal yang besar. Baik dari unsur wilayah dan sumber daya manusia Jawa Barat yang begitu kaya; makna harfiah Asmaul Husna yang berarti keperkasaan Tuhan; juga secara khusus, merepresentasikan wujud Masjid Al Jabbar yang megah luar biasa.
Konsisten meneruskan persoalan "Jabar", "jabbar", dan "Al Jabbar", TAKBIR (Ta'lim Keliling Bulan Suci Ramadan) dari CXO Media edisi ini akan sepenuhnya membahas perihal Masjid Al Jabbar. Sebuah Masjid anyar nan gagah yang dikelola langsung oleh pemerintah Jawa Barat, dan diproyeksikan menjadi ikon wisata Islam terbaru dari Tanah Pasundan.
Berkenalan dengan Masjid Al Jabbar
Memungut arti keperkasaan dari "Al Jabbar', Masjid Al Jabbar memang pantas dikenali sebagai salah satu masjid raya paling gagah yang berdiri di dalam negeri. Setali tiga uang, fisiknya juga cocok disebut mewah baik dalam arti sesungguhnya, atau mewakili candaan usang: mepet sawah karena memiliki gaya arsitektur yang serba terencana, serta tampil bak permata di antara area pematang sawah Gedebage.
Dilansir dari situs resmi Masjid Raya Al Jabbar, rumah ibadah yang turut dikenal sebagai "Masjid Terapung" ini terletak persis di Jl. Cimincrang No.14, Cimenerang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, atas inisiasi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat menjabat Walikota Bandung pada tahun 2015 silam. Sang kepala daerah sendiri bertugas menjadi arsitek utamanya.
Kokoh di antara danau yang mengelilinginya, bangunan Masjid Al Jabbar memiliki tinggi 40 meter dan luas lantai 99 x 99 m2 sesuai angka Asmaul Husna. Walau demikian, Masjid megah yang langsung mendapat perhatian semenjak pertama diresmikan ini dapat menampung hingga sekitar 30.000 orang, yakni 10.000 orang di area indoor dan 20.000 orang di area plaza. Tentu hal ini tidak mengejutkan karena total lahannya mencakup luas sekitar 25 hektar.
Akses utama menuju masjid dihiasi dua jembatan apung-yang dikenal sebagai "Jembatan Nabi Musa"- sebelum akhirnya mencapai kanopi-kanopi mengitar yang menyerupai pagar dan pintu masuk, dengan empat minaret atau menara menjulang pada bagian sudut. Merujuk penjelasannya, masjid ini mengadopsi gaya arsitektur modern kontemporer dengan aksen khas Turki namun berhias karya-karya seni khas Jawa barat.
Akses masuk menuju Masjid Raya Al Jabbar, Gedebage, Kota Bandung/ Foto: CXO Media - Sarah Syahida |
Secara jelas, bangunan utamanya membentuk rupa setengah bagian bola raksasa, yang memadukan dinding, atap, dan kubah bersusun tanpa batasan yang tegas alias melebur secara natural. Lalu, ketika sampai bagian pelataran, para pengunjung langsung disuguhkan dengan paviliun-paviliun wudu outdoor yang berjejeran, sebelum mencapai tangga menuju bagian dalam masjid, sementara bagian kanan dan kirinya dilengkapi koridor panjang yang teduh ke arah ma'rodh atau museum.
Paviliun wudhu outdoor di Masjid Raya Al Jabbar./ Foto: CXO Media - Sarah Syahida |
Tepat sebelum masuk, yakni selasar pelataran, disuguhkan pula pemandangan kubah bersusunan yang berdampingan dengan kaca-kaca estetik. Sebuah paduan arsitektur yang memberi aksen penerangan khas pada bagian inti masjid. Lalu saat masuk ke bagian dalam masjid, pengunjung juga akan melintasi pintu masuk Museum Ma'rodh Nabi Muhammad SAW, melalui koridor mewah yang turut mengantarkan ke area salat di inti bangunan.
Selasar pelataran Masjid Raya Al Jabbar../ Foto: CXO Media - Sarah Syahida |
Simbol kekuatan Jabar
Satu bagian yang tidak boleh luput dari Masjid Al Jabbar adalah puncak berbentuk tusuk sate. Elemen ini didesain khusus meniru simbol sate di gedung Kantor Jawa Barat. Hanya saja, terdapat lima potong sate yang menancap di Masjid Al Jabbar untuk melambangkan lima rukun islam.
Sesampainya di dalam, rasa takjub akan kemegahan Al Jabbar langsung menyeruak di kepala. Ruang utama atau tempat salat tersebut begitu tinggi dan luas, tanpa ada pilar-pilar yang membatasi. Dalam batin, rasa-rasanya pemikiran: manusia memang kecil dan hanya Tuhan-lah yang maha besar akan cukup terwakilkan. Terlebih lagi, terdapat lafaz Allah yang berukuran besar tepat di tengah atap masjid. Satu keadaan yang menambahkan bukti kebesaran Allah SWT kepada tiap hamba-Nya.
Ruang salat Masjid Raya Al Jabbar./ Foto: CXO Media - Sarah Syahida |
Belum henti di situ, sekeliling area salat Masjid Raya Al Jabbar juga dipenuhi relief berupa relung penuh ukiran. Jumlahnya sekitar 27 buah, mewakili jumlah kota dan kabupaten yang ada di Jawa Barat. Sampai di sini, baik tampak dalam hingga luar Masjid Raya Al Jabbar memang dipenuhi beragam karya seni dari berbagai bahan.
Relung di area dalam Masjid Raya Al Jabbar./ Foto: CXO Media - Sarah Syahida |
Konon karya-karya tersebut merupakan buah tangan perajin lokal. Mulai dari mozaik di paviliun wudu dan di bawah lantai mezanin; lampu gentur di bawah mezanin, kerajinan tembaga di relung, kaca patri untuk koridor, kuningan di bagian railing dan mihrab, kayu jati untuk railing dan rak Al-Quran, serta dudukan untuk pendingin ruangan.
Terakhir, bangunan besar yang monumental ini sudah sepatutnya diramaikan dengan beragam kegiatan bermanfaat. Adapun takmir masjid yang mengelolanya rutin mempublikasikan agenda lewat laman resmi. Sehingga, semoga pada akhirnya masjid yang sengaja dibangun megah dan mewah ini dapat menjadi simbol peribadatan Islam yang besar dampak dan manfaatnya bagi masyarakat, dan bukan sekadar gagah-gagahan untuk orang-orang yang berada di belakangnya.
(alm)