Pada zaman pendudukan Belanda, wilayah Tangerang mulai disebut sebagai Kota Benteng karena dikelilingi benteng-benteng pertahanan militer yang solid. Berselang ratusan tahun kemudian, atau tepatnya di era modern seperti sekarang, Tangerang yang menjadi kota satelit bagi Ibukota, Jakarta kembali membuktikan julukan tersebut kepada masyarakat, lewat satu benteng kokoh berbentuk Masjid, yang menjadi pelindung sekaligus gerbang keimanan masyarakat kepada Yang Maha Agung.
Adalah Masjid Raya Al A'zhom, sebuah Masjid megah kebanggaan warga Tangerang, yang turut dijuluki sebagai Benteng karena memiliki empat menara tinggi di sekelilingnya. Sejak diresmikan 2 dekade lalu, atau tahun 2003 silam, Masjid yang berdiri persis di kompleks perkantoran Pemerintah Kota Tangerang ini mulai menjadi sentra peribadatan warga, terutama ketika bulan suci Ramadan tiba.
Dirancang oleh Guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Slamet Wirasonjaya, Masjid Raya Al A'zhom yang terinspirasi dari Hagia Sophia turut merupai perpaduan nilai-nilai estetika seni dengan religius Islam. Hal ini bisa dilihat dari 4 buah menara di sekeliling masjid, yang melambangkan 4 sifat Rasulullah SAW (Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathanah); hingga 5 kubah bersusun yang menandai 5 waktu salat fardu dan menghabiskannya sebagai salah satu Masjid berkubah terbesar di dunia, dengan diameter sekitar 63 meter.
Salah satu hiasan kaligrafi di sisi dalam kubah Masjid Raya Al A'zhom, Tangerang. Foto: CXO Media/Irfan Satria |
Tak pelak, sebagai masjid terbesar di Kota Tangerang, Masjid Raya Al A'zhom yang bersanding dengan kantor pemerintahan dan alun-alun (lapangan) kian menjadi pusat perhatian umat Islam, khususnya di bulan Ramadan. Apalagi, setiap merayakan puasa, Masjid yang berdiri di lahan seluas 2,25 hektar dengan luas bangunan 5.775 meter persegi, serta lahan parkir 14.000 meter persegi ini konsisten menunjang kebutuhan beribadah warga, baik di dalam maupun luar bangunan masjid.
Giat Ramadan di Masjid Raya Al A'zhom
Masjid Raya Al A'zhom diproyeksikan mampu menampung hingga 15.000 jamaah di seluruh areanya. Belum henti di sana, konsistensi kemasifan Masjid Raya Al A'zhom juga dibuktikan lewat program-program selama Ramadan, seperti menggelar salat tarawih 23 rakaat dengan lantunan suara imam yang memanjakan telinga dan tartil.
Selain itu, Masjid yang dihiasi warna biru langit secara dominan tersebut juga melengkapinya dengan materi siraman rohani setiap ba'da salat Subuh, Zuhur, dan Tarawih. Menariknya, mimbar Masjid Al A'zhom sendiri berada di tengah-tengah area salat para jamaah yang juga mempunyai nilai semiotika serta ritualnya sendiri.
Mengacu pada kisah: 3 doa Malaikat Jibril yang diaminkan Nabi Muhammad SAW sebelum naik mimbar, tiga langkah khatib Masjid Al Azhom pada lima tangga mimbar biasanya akan disahuti "Aamiin" dari para jamaah.
Mimbar khutbah di Masjid Raya Al A'zhom, Tangerang. Foto: CXO Media/Irfan Satria |
Kemudian, layaknya rumah ibadah sekalibernya, Masjid Raya Al A'zhom juga menyediakan takjil gratis kepada jamaah di waktu berbuka, beserta suguhan santap sahur (tentatif) ketika masa i'tikaf berjamaah tiba, yakni pada 10 malam terakhir bulan Ramadan.
Di lain sisi, area luar masjid yang sama luasnya juga tidak ketinggalan manfaat bagi jamaah. Karena setiap bulan Ramadan hadir, maka Masjid Raya Al A'zhom terus melanjutkan kegiatan bazar Ramadan, yang menampung hingga 60 tenant UMKM penjual kebutuhan beribadah masyarakat.
Area Bazar 'Festival Ramadan' di Masjid Raya Al A'zhom, Tangerang. Foto: CXO Media/Irfan Satria |
Melihat Keindahan dan KebesaranNya
Masjid Raya Al A'zhom mulai dibangun bulan Juli tahun 1997 dan selesai di bulan Februari tahun 2003. Selain dihiasi warna serupa langit ketika siang benderang, Masjid Al A'zhom juga tampak cantik dengan warna-warni lampu pijar pada masing-masing menara di waktu malam.
Secara penamaan, Al A'zhom sendiri diambil dari istilah Ismul A'zhom (Nama Yang Maha Agung). Untuk itu, melanjutkan padanan estetika seni dengan nilai-nilai keislaman, Masjid yang dibuat sebagai salah wujud KeagunganNya tersebut turut menampilkan kemegahan pada area Masjid, seperti langit-langit berjarak 7 meter dari tempat berpijak; warna keemasan di bagian dalam kubah; sampai hiasan kaligrafi ayat-ayat Al Quran di sekelilingnya.
Secara kasat mata, kaligrafi yang tampak pada setiap sisi kubah tersebut bertuliskan potongan ayat dari Al Quran, dimulai dari kaligrafi surat 'An Nur' ayat 35, plus 'Al Baqarah' ayat 255 & 285 di kubah sisi barat; kaligrafi surat 'At Taubah: 105', 'Ali Imran: 112', dan 'Al An'am: 132-133' pada sisi selatan; rangkaian surat 'Al Bayyinah:5' dan 'Ar Rum:30-33' di sebelah timur; lalu padanan surat 'Al Anbiyaa: 107', 'Al Fath: 29', dan 'Luqman: 17-18' di sisi utara.
Lebih dari itu, Masjid Raya Al A'zhom yang ikut diplot sebagai ikon pariwisata Islam di kota Tangerang juga menghadirkan area Galeri Islam, yang terletak pada bagian dasar bangunan utama. Pada Galeri Islam, terdapat koleksi kitab pengetahun agama yang membahas ketauhidan, fiqih, hingga sejarah era kerasulan Nabi Muhammad SAW dan para khalifah.
(RIA/tim)