Jum'at kedua di bulan Ramadan berlalu seperti titik balik. Sebab di momen ini, euforia menggebu sewaktu menyambut Ramadan akan terbentur dengan realita, yang sialnya, tidak melulu sejalan dengan yang dibayangkan. Dalam hal ini, kadar ketaqwaan dalam diri merupakan indikator utamanya, di mana konsistensi antusiasme menyambut Ramadan perlu diselaraskan dengan wujud kehambaan yang wajib melampaui urusan ritual belaka.
Berangkat dari kunjungan TAKBIR (Ta'lim Keliling Bulan Suci Ramadan) ke Masjid Siti Rawani, Bekasi, saya mulai menyadari betapa pentingnya ketaqwaan dalam diri, khususnya di bulan suci Ramadan.
Hal-hal yang memicu perkaraketaqwaan dalam diri tersebut, sesungguhnya hadir secara tiba-tiba namun bersamaan. Pemicu yang pertama, berasal dari khotbah Jum'at yang TimCXO Media dengarkan, sedangkan pemicu yang lain berasal dari kaligrafi Ayat Kursi (QS Al Baqarah:255) yang terukir melingkar di bagian langit-langit Masjid.
Prosesi Khutbah di Masjid Siti Rawani, Bekasi/ Foto: CXO Media/Andrealdi Vilian |
Hubungan Vertikal yang "Mendalam"
Secara gamblang dan mengesankan, Ayat Kursi yang tertulis di langit-lagit Masjid Siti Rawani seperti menyambungkan topik ketaqwaan dalam diri yang disampaikan Khotib. Maksud saya, tanpa memaksakan cocoklogi, intisari Ayat Kursi sendiri memang menyatakan Keagungan Yang Maha Kuasa dengan penuh ketegasan.
"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta' khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamawati wa maa fil ard, man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa biidznih, ya'lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai'im min 'ilmihii illaa bimaa syaa', wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ard' walaa ya'uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal 'aliyyul 'adhiim." (QS Al Baqarah:255)
Artinya: "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya, Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Ukiran Kaligrafi di Masjid Siti Rawani, Bekasi/ Foto: CXO Media/Andrealdi Vilian |
Dari sana, saya sendiri merasakan sebuah sentilan besar dari Yang Maha Penyayang. Hal ini bukan berarti represi, melainkan berupa introspeksi dalam diri, terutama dalam memandang ketaqwaan kepada-Nya. Apa yang saya maksud berkenaan dengan fokus ritual Ramadan yang kerap mengalihkan kita. Seakan-akan, bulan Ramadan adalah tradisi tahunan yang hanya perlu diisi dengan kegiatan-kegiatan bertema keagamaan.
Padahal, jika ditelaah lebih dalam, sebulan suci ini adalah jalan utama manusia menuju ketaqwaan pada Tuhan melalui giat-giat kekuatan dalam diri, tanpa perlu mempermasalahkan soal-soal tradisi Ramadan yang ada di sekitar. Atau dengan kata lain, hikmah Ramadan adalah perihal giat ibadah dalam diri, soal kesungguhan berserah kepada-Nya, karena sesungguhnya Tuhan adalah satu-satunya yang Merajai Alam Semesta dan tiada satupun yang luput dari jangkauan-Nya. Termasuk, ibadah yang ritual semata, atau ibadah damai yang semata-mata mengharap ridho dan ampunan-Nya.
Sinar Edukasi dalam Diri
Masjid Siti Rawani dikelola oleh Yayasan Darul Fajar. Sebuah organisasi berbasis Islam, yang dibina langsung oleh H. Isfan Fajar Satryo dan KH. Abdullah Maky. Berlokasi persis di Villa Nusa Indah, Jatiasih, Bekasi, Masjid ini berada di antara dua aliran sungai dan di antara Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor.
Sementara lain, pada lahan seluas ± 3 hektar, Masjid Siti Rawani bersandingan dengan Yayasan Pendidikan Al Fajar, yang berfokus menghantarkan pendidikan berbasis agama Islam di tingkat pendidikan dini, dasar, dan menengah formal sejak tahun 2001—sebagai pengganti dari lembaga pesantren yang awalnya diinisiasikan.
Pada praktiknya, Masjid Siti Rawani menjadi fasilitas kegiatan belajar agama peserta didik—di waktu belajar formal-sambil terus mengibarkan program-program edukasi kepada masyarakat luas. Seperti dilansir dari laman resmi Yayasan Al Fajar, wilayah kerjanya mencakup bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan.
Di bulan Ramadan sendiri, Masjid Siti Rawani turut menunjang kegiatan ibadah masyarakat. Mulai dari pelaksanaan salat Tarawih berjamaah (23 rakaat) dengan agenda 1 juz Al Quran perhari, baik dibaca saat Tarawih atau ketika tadarus; dilengkapi penyampaian siraman rohani atau kultum (kuliah tujuh menit) sebelum tarawih dan ba'da salat Zuhur untuk para peserta didik; menyediakan takjil berbuka bersama secara gratis-hasil sumbangan para wali murid Al Fajar; sampai menghelat itiqaf di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadan.
Sarana Mewujudkan Taqwa dalam Diri
Menurut pengakuan salah satu pengurus Masjid Siti Rawani yang ditemui tim CXO Media, Masjid ini dibangun berdasarkan mimpi direktur Yayasan Al Fajar, H. Isfan Fajar Satryo. Pada pangkalnya, seperti yang bisa kita lihat sekarang, mimpi tersebut berhasil diaplikasikan ke ke dunia nyata lewat bangungan Masjid Siti Rawani yang megah.
Di awal berdirinya, Masjid Siti Rawani sendiri cukup populer di masyarakat luas, faktor Sinetron religi Lorong Waktu yang menggunakan area Masjid sebagai lokasi shooting. Sinetron itu cukup laris diputar pada edisi Ramadan tahun 1999, karena dibintangi Deddy Mizwar (Pak Haji Husin), Jourast Jordy (Zidan), Adjie Pangestu (Ust. Addin), hingga Opie Kumis.
Tak henti di sana, Masjid Siti Rawani juga semakin menjadi primadona di fase 2000an awal, karena kerap dipilih menjadi venue Tabligh Akbar yang diadakan stasiun televisi nasional atau lembaga pemerintahan. Pada eranya, Masjid Siti Rawani kerap kedatangan para da'i kondang seperti, Aa' Gym, (Alm) Ust. Jefri Al Buchori, dan seterusnya.
Di masa ini, walaupun tidak se-ramai masa-masa lampau karena kawasan di sekitarnya terus berkembang dan memiliki masjid yang lebih dekat dan sama menunjang, Masjid Siti Rawani bersama Yayasan Al Fajar masih akan tetap menjadi ikon kaum muslimin, setidaknya sebagai satu lembaga yang memegang teguh semangat edukasi berbasis nilai-nilai Islam kepada masyarakat luas.
(RIA/tim)