Bagi banyak perempuan, dunia terkadang terasa amat sempit. Mereka dituntut berbagai hal, tapi hanya diberi sedikit pilihan. Tak jarang, mereka harus mengorbankan mimpi dan hasratnya untuk memenuhi standar yang telah ditentukan oleh masyarakat. Padahal, ada banyak sekali perempuan kuat, tangguh, cerdas, dan penuh kasih, yang senantiasa merawat kehidupan.
Setiap perempuan memiliki caranya masing-masing untuk berjuang; ada yang berjuang sebagai ibu rumah tangga, ada yang berjuang sebagai pengusaha, ada yang berjuang sebagai dokter, dan sebagainya. Apapun peran yang mereka jalani, ada cerita tentang kekuatan dan kegigihan yang layak untuk didengar. Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, CXO Media bertanya kepada beberapa perempuan tangguh yang berhasil mendobrak stigma dengan cara mereka masing-masing. Ini adalah jawaban mereka.
Hanna Keraf, co-founder dari Du Anyam
Hanna Keraf adalah sosok di balik Du Anyam, kewirausahaan sosial yang memberdayakan penganyam perempuan dengan memasarkan produk mereka ke pasar lokal serta internasional. Ia membagikan pengalamannya terkait perempuan Flores yang kerap kali perannya dibatasi di dapur. "Kalau di Flores itu, setiap ada acara resmi di desa biasanya perempuan setempat hampir pasti selalu makan paling terakhir dan bahkan akan makan di dapur walaupun acaranya berkaitan dengan ibu-ibu," tuturnya kepada CXO Media. Untuk mendobrak hal tersebut, ia biasanya akan memberi contoh bagi ibu-ibu yang lain dengan makan duluan dan duduk di depan bersama para tamu.
Menurut Hanna, perempuan di desa tidak seharusnya dibatasi hanya mengurus dapur. Mereka juga bisa jadi yang memimpin acara danmen jadi tamu yang dihormati. "Jadi kalau ada acara Du Anyam di desa, jangan sampai ada ladies eat last. Perempuan gak harus selalu di dapur saja," ucapnya.
dr. Nadhira Afifa, founder dari Limitless Foundation
Menjadi ibu tak menjadi penghalang bagi dr. Nadhira Afifa untuk terus mengembangkan karirnya sebagai dokter. Selain berupaya menyediakan akses pendidikan yang setara melalui Limitless Foundation, ia juga berhasil meraih gelar Master of Public Health dari Harvard University. Di tengah kesibukannya sebagai dokter, Nadhira Afifa membagikan pengalamannya dalam mendobrak stigma sebagai working mom.
Ia menyadari bahwa masyarakat seringkali menuntut perempuan untuk memilih antara karir atau keluarga. Hal ini membuat perempuan merasa egois kalau memilih mengejar karir dibanding mengurus anak. "Aku sadar banget sebagai perempuan ada sebuah norma gak tertulis bahwa seorang ibu adalah penanggung jawab utama anak dan porsi dalam mengurus anak tuh pasti jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki, mau seberapa equal perannya di dalam keluarga," ucapnya.
Namun stigma ini didobrak oleh Nadhira, ketika ia berhasil membuktikan bahwa ia tetap bisa berkarya walau telah menjadi ibu. "Aku udah menjadi ibu dan aku tetap bisa berkarir, bahkan aku bisa lebih banyak mencoba hal baru dan terobosan-terobosan baru," katanya. Bahkan, ia merasa saat ini ia sedang berada di titik paling balance dalam hidupnya.
Putri Tanjung, CEO Trans Digital Lifestyle Group
"Buat aku, setiap hari adalah Hari Perempuan," ucap Putri Tanjung. Hidupnya berubah ketika ia bergabung dengan perusahaan ayahnya, CT Corp, dan dituntut untuk memimpin ratusan orang. Namun hal ini memberinya kesempatan untuk terus berkembang dan mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Dari kecil ia selalu diajarkan oleh nenek dan ibunya untuk bisa menjadi sosok mandiri yang bisa memberdayakan perempuan lain dengan sumber daya yang ia miliki. Ajaran itu ia pegang terus hingga hari ini.
Putri Tanjung memiliki misi untuk bisa memberdayakan pengusaha perempuan yang sedang merintis UMKM. Hal ini ia lakukan dengan merintis Creative Entrepreneur di tahun 2014-ajang talk show yang menginspirasi generasi muda untuk menjadi entrepreneur. Bertahun-tahun kemudian, acara ini terbukti menjadi salah satu ajang yang dinanti-nanti anak muda. Dengan demikian, ia membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang bukan hanya tegas, tapi juga compassionate dan bisa memberdayakan orang lain.
Itu dia beberapa kisah perempuan tangguh yang berhasil mendobrak stigma. Mereka adalah bukti bahwa perempuan bisa menjadi apapun yang mereka inginkan. Terlebih lagi, perempuan bisa mengalahkan tantangan apa pun yang ada di depan mereka dengan tetap peduli dan berempati terhadap orang lain. Bagi semua perempuan tangguh, selamat Hari Perempuan Internasional!
(ANL/tim)