Kokohnya industri stand up comedy di Indonesia tidak bisa lepas dari betapa besarnya peran setiap komika untuk menunjukkan seberapa lucu materi mereka di atas panggung. Regenerasi yang terus berhasil dijalankan nyatanya juga menghadirkan sosok "lama" yang namanya malah makin naik dalam beberapa waktu terakhir. Ya, sosok yang dimaksud adalah Dicky Difie.
Bertemu langsung dengan Dicky membuat saya tidak percaya bahwa ia memiliki masa lalu yang kelam. Penampilannya yang ceria, keramahan yang ia tunjukkan, hingga jawaban-jawabannya yang jujur, sama sekali tidak menunjukkan bahwa kerasnya dunia malam, termasuk barang-barang di dalamnya pernah Dicky nikmati dalam masa mudanya.
Kini, di tengah hiruk pikuk pengakuan publik atas kemampuannya berkomedi, Dicky Difie bercerita langsung kepada saya tentang proses kreatifnya membuat materi stand up, cita-citanya ketika sudah tua nanti, dan seberapa besar peran Uus di kehidupannya setelah "kembali hidup".
Dicky, lagi sibuk apa nih?
Biasa, masih main di beberapa stasiun TV saja. Fokus berkomedi. Di YouTube juga masih di beberapa channel. Tapi kalau di channel Uus masih belum nih. Pada nungguin ya? Sebenarnya Uus juga nelpon suruh main ke rumahnya, tapi kebetulan masih sibuk buat ngurusin yang lain.
Kenapa sih lu mau jadi komika?
Dari diri gue sendiri, waktu masih "di bawah", di tongkrongan tuh gue sering ngelawak aja. Sebagai ice breaker gitu.
Memangnya gak ada kerjaan lain?
Sebenarnya gue demen masak. Ada cita-cita jadi chef. Kayak keren aja gitu. Cowok bisa masak apa saja keren gitu di mata gue. Tapi, gue semacam sudah digariskan oleh Tuhan dengan dikasih skill lain untuk menjalani hidup dengan berkomedi ini.
Gue melihat lu sebagai komika yang punya keunikan sendiri. Kira-kira dari kacamata lu, kenapa seorang Dicky Difie itu unik?
Komedi itu adalah tragedi + timing. Gue meerasa gue pandai memainkan gesture dan paham kapan memainkan timing yang tepat untuk membuat orang lain tertawa.
Gimana lu melihat dunia stand up comedy Indonesia saat ini?
Gue kan sekarang masih aktif di grup Stand Up Indo Jakbar. Gue melihat berbagai perkembangan para komika, termasuk memperhatikan kompetisi internal di komunitas juga. Saat ini memang banyak komika baru yang bermunculan dengan segala keunikan hingga keanehan masing-masing. Mudah-mudahan ke depannya Stand Up Indo makin cemerlang lagi.
Apa saja inspirasi lu pas bikin materi?
Kalau buat gue, gue biasanya ngambil hal-hal relate dari kehidupan sehari-hari. Jadi kalau ada komika naik ke atas panggung lalu dia bercerita, tapi premisnya kayak terdengar mengada-ada, orang bakalan susah menerima.
Lu mau sampai kapan berprofesi sebagai komika?
Sampai gue tua. Sampai komedi gue udah nggak diterima orang Indonesia. Jadi kalau gue nggak bisa lagi bikin tertawa orang lain, berarti waktunya gue berhenti.
Kalau lu sudah gak jadi komika lagi, lu mau ngapain?
Ada satu cita-cita gue yang mungkin sedikit mengada-ada. Gue pingin menghabiskan masa tua gue sama istri di daerah Purwokerto atau di mana gitu. Itu tempatnya bersih, dingin, nyaman. Kayaknya gue pingin ngabisin masa tua gue di situ. Kalau emang nanti gue udah ada punya duit banyak dan punya usaha segala macam. Biarin semuanya berjalan, tapi gue tinggal di sana. Habiskan masa tua gue sampai meninggal di sana.
Gue sering dengar sosok Uus sangat membantu lu di masa-masa kelam. Lu memandang dia sebagai teman yang seperti apa?
Dia tuh lucky bastard. Bagi gue, dia di atasnya sahabat. Waktu gue lagi down abis "bersih-bersih" dari kehidupan kelam gue, dia yang datang ke rumah gue. Dijemput pakai motor. Setelah malam itu, gue sudah jarang balik ke rumah. Gue lebih sering tinggal di rumah Uus. Gue sempat nanya, "Us, gue mau ngapain di sini?" Uus jawab gini: "Lu tuh masih punya talenta. Lu masih lucu juga. Ayo hidup lagi."
Jadinya gue bantuin Uus ngebangun channel YouTube dia yang memang baru dibuat saat itu. Makanya gue sering muncul di konten-konten dia pas awal merintis channel-nya. Dia yang bantu gue survive di jalan yang benar dan tetap percaya gue masih bisa dipakai di industri ini. Setiap gue ditanya siapa yang berperan penting dalam karier gue, gue selalu jawab Uus. Walaupun banyak yang nggak suka sama tabiatnya, tapi terserah kata orang lain. Yang penting gue suka sama dia. Uus sahabat gue.
Misalnya di depan lu ada sosok Dicky Difie yang lagi di masa-masa kelam, lu mau ngomong apa ke dia?
"Goblok". Gue pingin ngatain goblok saja. Kenapa nggak pulang? Kenapa betah stay jauh dari orang tua? Kenapa lu bertahan sama circle pertemanan lu yang sebenarnya cuma dimanfaatin di situ? Kenapa lu nggak sadar kalau sebenarnya lu lagi dimanfaatin? Harusnya lu pulang! Kalau lu pulang, lu nggak bakalan begitu.
Sebutkan 5 komika terbaik di Indonesia versi Dicky Difie!
Uus, Dodit Mulyanto, Erwin Wu, sisanya anak-anak Stand Up Indo Jakbar!