Bagi sebagian orang, mencari makna dalam hidup mungkin tidaklah begitu penting. Sebab di zaman ini, terkadang makna tidak lebih berarti dibanding jutaan pundi keuntungan, atau setidaknya, jumlah yang followers yang mencapai angka jutaan pula. Namun demikian, bagi seorang pemuda yang konsisten dengan kumisnya, makna, baik secara harfiah atau dalam konteks lainnya, adalah setapak jalan hidup yang tengah disusuri.
Namanya, Iyas Adam Lawrence. Pemuda kelahiran tahun 1996, yang kini mengambil peran Almarhum Sang Ayah sebagai kepala sekaligus tulang punggung keluarga. Di momen akhir tahun, yang juga menandakan awal cerah bagi tahun yang lebih baru, kami berkesempatan untuk berbincang-bincang mengenai banyak hal bersama Iyas. Mulai dari mimpi yang belum tercapai, cita-cita dan pekerjaan, hasrat-hasrat terpendam, hingga harapan di hari depan. Berikut adalah perbincangan mutakhir kami dengan Iyas Lawrence.
Selain suara yang berat, Iyas Lawrence juga dikenal sebagai pria yang tidak pernah tidak berkumis. Kalau disuruh memilih, lebih baik cukur botak licin atau cukur kumis?
HAHAHAHA. Gue mendingan...cukur kumis. Karena gue sebenarnya nggak boleh cukur kumis sama Indira (kekasih Iyas). Karena gue tuh lebih muda daripada dia, kalau gue cukur kumis keliatan banget gue lebih muda jauh.
Bucin?
Ehhh, nggak, lebih ke setia kalo gue. Hahaha.
Bagaimana dengan penampilan fisik? Jika bisa memilih: jenis rambut, tinggi badan, dan berat badan, rupa seperti apa yang dipilih?
Rambut...eh kayak yang di Stranger Things, yang jualan es krim, Joe Keery. Berat badan...70 kali ye. Tinggi 175 cm. Sedeng lah.
Nah kalau punya kesempatan memilih nama lahir, masih mau menggunakan nama Iyas Adam Lawrence?
Maksudnya selain Iyas? Orang kan mikirnya nama gue Ilyas, ya, terus dikerenin gitu jadi Iyas. Tapi kalau bisa milih...karena nama gue nggak pasaran, jadi gue tetap pilih Iyas. Karena jarang kan ada orang yang namanya Iyas. Gue aja tahu nama Iyas tuh cuma ada satu, keyboardistnya Ecoutez.
Memang nama Iyas, artinya apa?
Iyas itu...setau gue, nyokap gue pas ngelahirin kan senang. Jadi dia kayak, 'yes, yes, yes'. Pas ditanya mau dinamain siapa, 'Iyas,' katanya gitu. Tapi kayaknya itu bercandaan dia. HAHAHA. Tapi kayaknya biar nama gue nggak 'Agama' banget karena nama tengah kedua gue 'Agama' banget kan: Adam.
Tapi nama Adam tidak identik dengan satu Agama, ah.
Betul. Tapi, jadi biar nggak terlalu identik dengan Nabi Ilyas, jadi dia (nyokap) ngasihnya Iyas.
Berarti tetap Iyas Adam Lawrence?
Iya, gue nyaman sih dengan nama ini.
Sudah rahasia umum kalau Iyas Lawrence punya banyak profesi. Tapi profesi apa yang paling menggambarkan diri lo? Atau, lebih nyaman disebut sebagai orang dengan profesi apa?
Penyiar radio.
Berarti bukan podcaster atau penyiniar? Eh, podcaster belum resmi disebut sebagai profesi, ya?
Secara hukum...setahu gue belum. Cuma kayaknya, tetep milih penyiar deh. Karena lebih gampang ngejelasinnya, lebih gampang KPR. HAHAHAHA
Menjadi penyiar itu cita-cita dari kecil?
Cita-cita dari kecil...duh, gue bercanda lagi dulu bilangnya. Dulu tuh gue mikirnya...gara-gara gue pernah ke Inggris, terus di sana nggak ada orang yang jualan pulsa...ini pas gue masih kecil banget, ya. 'Kayaknya kalau gue jualan pulsa di Inggris jadi orang kaya deh.' Karena di sana nggak ada yang jualan pulsa, kan. Gue sempet tuh mikir kayak gitu. Tapi kalau cita-cita dari kecil, misalnya pas 6 SD, itu penyiar radio.
Berarti sekarang Iyas Lawrence living the dream?
Mmm, bisa dibilang begitu. Tapi ternyata dream-nya nggak seenak itu. HEHE
Emang siapa penyiar favorit lo?
Ada cewek satu, namanya Larasati Silalahi. Tahun 2007, 2008, dia di Hard Rock FM jam 1 siang.
Berarti dari dulu lo emang dengerin Hard Rock?
Oh gue dari kecil emang dengerin. Bukan karena sekarang gue penyiar di sana ya, tapi emang dengerin. HAHAHA
Apa yang bikin lo suka sama gaya siarannya Larasati Silalahi?
Karena pertama kalinya gue denger orang ngomong Bahasa Inggris dicampur Bahasa Indonesia. The Blueprint of Jaksel tuh, dia. Dan gue...karena, dulu pas dengerin radio, kan, lo tuh pasti ikut ngebayangin kan. Gue kayak, 'Anj*ng nih orang pasti cantik banget.' Apalagi radio bikin theatre of mind lo jalan banget. Maksud gue, mana suaranya bagus. Tapi itulah, penyiar pertama yang gue suka: Larasati Silalahi.
Terus kalo sosok penyiar, podcaster, pewawancara, atau host, yang menurut lo skillnya mantep banget dan lo pengen banget punya skill kayak mereka, ada?
Host yang sangat gue agungkan...ada Larry King Live. Larry King itu satu, tapi satu lagi, jujur kayaknya Oprah (Winfrey) deh. Karena Oprah tuh kalo nanya bisa jadi kayak ibu-ibu yang nanya gitu, loh. Bukan hanya berteman, tapi kayak, 'anj*ng kok gue nyaman banget ya ngobrol sama lo.'
Lo pernah menganggur?
Nganggur? Nganggur tuh nggak ada kerjaan nggak ngapa-ngapain, ya? Kalau Freelance tuh termasuk nganggur nggak? Eh, freelancer udah jadi titel kerjaan ya, sekarang. Berarti, nggak pernah nganggur.
Berarti sedari lulus kuliah, lo selalu kerja?
Dari...gue kuliah malah. Karena kan, pas gue kuliah gue udah di Vice. Lepas dari sana pun gue nggak nganggur karena gue ngerjain freelance berarti. Jadi selalu ada back-up.
Kayaknya lo harus nyobain nganggur deh sekali-sekali. HAHAHA.
Iya, ya, gabut enak kali, ya. Tapi soalnya gue sering denger 'lebih enak sibuk kerja daripada sibuk nyari kerja'.
Betul sekali. Tapi nganggur di sini maksudnya secara sadar, bukan karena keadaan.
Beda ya, sama liburan?
Beda dong. Semacam gap year gitu.
Wah gue nggak pernah nganggur berarti HAHAHAHAHA.
Emang nggak capek kerja melulu?
Capek...tahun ini paling capek.
Ada berapa job yang diambil tahun ini?
Sekitar 6...tapi pas pertengahan tahun udah sisa 4.
Wow, banyak, ya. Nah kalo di masa tua, masa tua kayak apa yang lo impikan?
Masa tua impian gue tuh punya villa...eh, punya hotel. Jadi gue tuh pernah ke suatu tempat, Tanjung Bira, di sekitaran Sulawesi gitu. Terus gue ngeliat kayak ada Pengacara sama Ibunya, orang Filipina. Dia nyari duit seumur hidup terus dia pindah ke situ. Dia bikin hotel bagus banget. Biasa sih standar cuma dikelola sama bule jadi bagus. Nah pas gue kesana kayak, gue pengen tua kayak gini deh. Masih kerja, bisa nyenengin orang, tapi di suatu pulau. Jadi maunya tinggal di pulau, tapi gue masih nggak mau nganggur. HAHAHA
Eh, Kalo lo nggak jadi penyiar, kira-kira lo berprofesi sebagai apa?
Pembawa berita. Karena itu paralel tuh tawarannya pada saat itu.
Lo punya interest profesi lain, yang mau banget lo lakuin tapi kayaknya nggak bisa di hidup ini? Sesuatu yang baru mungkin lo lakuin di kehidupan yang lain gitu?
Ape, ye. Oh, mungkin jadi surfer kali ya. Soalnya waktu kecil, SD, gue hampir ngejalanin cita-cita itu [jadi surfer]. Gue pernah ngikut lomba surfing gitu, kan. Terus gue mikir kayak, 'Wah, gue tinggal di Bali udah 6 tahun nih. Kayaknya ini jalan hidup gue nih, jadi surfer.' Eh keluarga gue pindah ke Jakarta. Tapi kayaknya, in another life, I think...bisa deh surfing.
Kalau lagi nggak kerja, aktivitas apa yang paling sering lo lakuin?
Main sama adek gue yang paling kecil. Entah main bola, entah main PS, entah bawa dia kemana. Pokoknya sama dia kalo gue lagi nggak kerja, ya.
Kirain selalu main Golf di waktu senggang. Nah, perkara Golf , kenapa lo gemar menekuni olahraga tersebut?
Karena dari kecil. Karena bokap-nyokap gue ketemu di lapangan Golf, jadi, dari kecil tuh selalu dikenalin golf dan bokap gue tuh (almarhum), selalu pengen tinggal di deket lapangan golf. Makanya kita pindah ke Grand Wisata karena tadinya mau ada lapangan golf di sana. Yang bikin korupsi, nggak jadi lapangan, jadinya Grand Wisata.
Jadi selalu dari kecil tuh selalu golf, golf, golf, terus sampai akhirnya adik gue yang cewek itu sempet mau PON, sempet mau jadi atlet. Jadi setiap pulang sekolah tuh golf terus, latihan, latihan, latihan, dia jadi junior di Halim. Nah karena dari kecil kita main, main, main, kita jadi nggak ada yang suka golf, karena ini sebuah permainan yang lo dijejelin dari kecil gitu. Nah, pas bokap meninggal tuh, kayak, 'ah coba main tanpa dia ah untuk pertama kalinya'. Ternyata, 'oh ada serunya juga, gitu.' Dari situ gue keterusan.
Tapi, golf tuh salah satu hal yang gue janjiin sama diri gue sendiri, tanggal 4 Januari tahun 2023 gue bakal main golf lagi. Golf tuh, satu-satunya hal yang gue rinduin selama gue kerja. Karena, gue nggak tahu, setiap orang kan cara meditasi dengan dirinya sendiri beda-beda, ya. Ngapain gitu, entah diem di kasur, atau apa. Nah, kalo gue tuh, golf. Dan, golf gue bukan sama orang lain, tapi gue main sendirian di lapangan.
Berarti lebih enjoy main golf sendiri daripada ramai-ramai dan untuk sekadar fun?
Betul. Sendirian udah nggak apa-apa.
Semacam ibadah ya, berarti. Menyehatkan badan juga.
Hahahahaha iya, bener.
Semoga ibadah golf mengantarkan anda masuk surga, ya. HAHAHA. Di luar golf, lo juga doyan banget makan. Kenapa bisa segemar itu sama makanan sampai postur menjadi lebih subur?
Awalnya suka makanan...Nah, gue sendiri dari kecil pokoknya selalu makanan rumah. Kalo sabtu atau minggu baru pergi makan sama keluarga. Setiap hari jumat, gue makan Jepang sama bokap, sama adek, cuma sebatas itulah makanan-makanan wajar; pasta, sushi, dan lain-lain.
Ini uniknya. Jadi gue punya temen seorang Chef namanya AB. Suatu hari tahun 2012 atau 2013-an, si AB ini, diendorse sama salah satu produsen rokok. Nah si AB ini punya saudara namanya Niza, sahabat gue, terus dia ngajak Niza dan gue pergi ke Jepang. Dengan dikasih duit 100 juta, kita disuruh 10 hari di Jepang, buat nyobain 10 makanan per hari. Pulang dari Jepang kita ngereview, presentasi, kita bikin film pendek gitu.
Nah semenjak gue ke Jepang di tahun segitu dan makan dalam 10 hari, gue naik 10 kg. Itu awal gue menjadi gemuk, dan di situlah gue kayak menyadari, 'makanan di luar sana enak banget, ya.' Itu salah satu pekerjaan menyenangkan juga. Udah dikasih 100 juta, disuruh makan, harus abis pula.
Terus, dari banyaknya menu yang udah lo santap, makanan apa yang bisa terus-terusan lo makan secara berulang-ulang? Atau misalnya Tuhan cuma ngasih satu menu buat dimakan seumur hidup, makanan apa yang lo pilih?
Indomie, lagi... HAHAHHA. Indomie goreng. Tapi kalo nggak Indomie goreng, gue nasi telor ceplok pake kecap. Tapi ini telor ceplok gue harus spesifik. Harus kering, yang sampe pinggirannya garing kecoklatan.
Indomie goreng itu selera yang asik. Nah, kalo nasi ceplok kering dikecapin, kenapa bisa suka?
Karena dulu tuh pas gue kecil, gue tinggal sama nenek gue. Kakek gue kan semacam Tentara lagu-laguan gitu. Dia Provost. HAHAHA. Nyokap gue kerja, gue ditinggal di rumah nenek. Gue itu selalu main ke rumah tetangga gue, namanya Eli. Nah, nenek dia (Eli) tuh selalu ngasih makan gue nasi telur ceplok sama kecap.
Kalo lihat kehidupan sekarang, bisa dibilang sosok lo udah cukup dikenal. Tapi apa hal yang nggak enak dari menjadi orang terkenal?
Mengabaikan pujian. Jadi, maksudnya bukan gue merasa seterkenal Putri Tanjung atau Maudy Ayunda, ya. Followers gue sama GD kita aja kalah banyak. Jauh malah. HAHAHAHA.
Indira tuh pernah bilang ke gue, 'pujian itu ujian yang dikemas.' Jadi, karena gue ada tahap di mana orang bilang, 'eh, bagus banget,' atau apa tuh gue merasa kayak nggak bersyukur. Kebas. Kayak, misalnya siapa deh, Raisa gitu, kalo dibilang 'cantik,' atau, 'suaranya bagus,' itu tuh kebas. Pastikan kayak, 'ya, iya, emang udah tau.'
Tapi, itu bagus juga sih menurut gue. Jadi biar nggak terlena gitu. Tapi, jeleknya, jadi kayak mengabaikan orang-orang yang merasa mereka kebantu. Gue sendiri kan di sini jembatan, ya. Gue yang ngewawancara orang keren. Terus ada suatu hari ada satu cewek, gue inget banget, gue lagi di Jogja, lagi makan sama temen-temen gue. Terus dia datang nyapa, 'Kak Iyas, ya?' Terus gue jawab iya, terus dia tiba-tiba nangis gitu. Gue bingung kan, 'kenapa?' Terus dia bilang, 'Iya, Kak Iyas nyelametin aku bikin skripsi waktu itu. Aku abis ditinggal Ibuku meninggal karena Covid.' Terus gue kayak, 'Lah terus tugas gue apa waktu itu?' Terus kata dia, salah satu podcast ada yang ngebantu dia, dan segala macem.
Akhirnya gue kenalan, gue ngobrol sama dia, dan gue sadar. 'Anjing, kok gue nggak tahu keberadaan orang ini, ya.' Nah, pas gue ngeliat Instagram ternyata dia pernah DM gue. Tapi gue kayak mengabaikannya gitu.
Konsekuensinya berat juga ya.
Menurut gue lebih kayak, 'kok lo jadi kurang menghargai, sih?' Padahal kan kalo lo bukan siapa-siapa terus lo dipuji kayak, 'Mas, sepatu lo bagus banget deh!' Pasti lo kayak, 'anj*ngggg gue dibilang sepatu gue bagus,' gitu, kan.
Di perjalanan karir lo yang bisa dibilang udah cukup jauh, ada mimpi yang belum kesampean?
Mimpi belum kesampean...film.
Bikin film?
Nggak, main film. Ah, udah sih sebenernya, tapi waktu itu cuma satu menitan. Ada film Eggnoid. Kalo mimpi yang belum kesampaian....apa, ya? Lead role, deh di sebuah film.
Film kayak gimana?
Film...gue dulu tuh umur 13-an pernah casting film Bang Joko Anwar. Waktu itu gue casting buat Modus Anomali. Karena gue udah suka karya Bang Joko, jadi, sampe sekarang kayaknya itu masih mimpi gue deh, main di filmnya Bang Joko.
Berarti mimpi lo main film ya. Kalo bicara mimpi secara harfiah, lo pernah mimpi basah?
Nggak. Seumur hidup belom.
Serius? Sama sekali?
Nggak, gue pernah mimpi basah, serius. Makanya gue nggak pernah relate sama topik mimpi basah.
Hahaha. Apa udah ada stimulan sebelum lo mimpi basah kali, ya?
Mungkin. HAHAHA. Mungkin gue udah kenal onani sebelum dapat mimpi basah kali, ya. HAHAHA.
Pemantiknya? Ada aktris 'biru' favorit, kah?
Siapa, ya? Duh lupa. Mungkin aktris favorit pertama kali, ya. Waktu itu ada namanya Lisa Ann. Lo tau nggak? Tapi kayaknya sekarang udah tuwir banget. Karena dulu dia MILF gitu. HAHAHA
Eh, lo lebih pengen mati terkenal atau mati kaya, Yas?
Mati terkenal atau mati kaya? Mati terkenal, sih... Terkenal dalam arti baik tapi, ya. Kalau misalnya terkenal lo dibunuh orang terus terkenal, kan, kayak, aduhhhh banget, ye, kan. Soalnya, kalo gue mati kaya...kan berarti ada yang ditinggalin, tuh. Terus ada yang ngambil itu apa, harta. Misalnya anak gue gitu atau apa, jadi kayak perebutan. Nah masalah lagi kan, tuh. Jadi, mending terkenal tapi punya legacy gitu HAHAHA
Kalo gitu, momen hidup apa yang paling berkesan buat lo?
Momen hidup favorit...ada. Jadi dulu pas gue masih kecil gue lagi di sekolah masih pake seragam, tiba-tiba gue dijemputnya untuk pertama kali sama bokap. Gue kayak, 'anj*ng bokap gue ke sekolah nih pertama kali.' Terus pas gue masuk mobil, tiba-tiba ada nyokap juga, ada supir juga. Terus kita jalan, dia bilang kita pulang, tapi kita pergi sampe sore, sampe gue ketiduran dan langit kayak udah mau malem, Dan ternyata, kita pergi ke Sambolo. Sambolo itu ada di deket Pulau Seribu. Semenjak hari itu, sebulan sekali kita ke Sambolo. Tempatnya tuh di pinggir pantai, rumah kecil gitu. Ada rumah temen bokap gue. Nah itu mungkin momen favorit. Pertama kali ke Sambolo.
Momen yang terkenang di kepala lo personal juga, ya. Kebanyakan seputar keluarga. Terus, kalo ngelihat hari ini, lo merasa hidup lo udah bermakna belum sih?
Bermakna? Kayaknya belum deh. Karena patokannya adek gue kali ya, yang kecil. Karena gue belum tahu dia gedenya jadi apa, kan. Pas gue udah tau dia gedenya mau jadi apa kayaknya baru deh. Karena depend-nya sama gue soalnya, kan, setelah ditinggal Bokap.
Goals lo apa, Yas?
Goals...yang paling deket? Ya, itu, main film.
Konsistensi mimpi, ya. Terus kalo tujuan hidup secara menyeluruh, misalnya kayak, 'Messi diciptakan Tuhan buat bermain bola, gitu kan.' Nah, kira-kira, Tuhan menciptakan Iyas Lawrence untuk...?
Buat nanya-nanya orang.
BNN dong? Iyas Waseso?
HAHAHAHAHA.
Lalu, kalo suatu hari nanti lo akan menikah dan punya anak. Lo mau punya berapa anak?
Dua. Dua anak cukup. Hahaha
Wah produk Orba. Cowok-Cowok?
Gue sih nggak mengkotak-kotakan anak kecil dengan gender anak, ya. HAHAHA. Tapi kayaknya cowok-cewek seru.
Oh, ya. Sebelum kejauhan, ada titipan pertanyaan dari Almer (editor CXO). Katanya, 'kue, kue apa yang bisa dipercaya?'
Kue apaan anjir? Red velvet?
Bukan. Lapis Legit.
Siap. Hati-hati, yak, bilang Almer. HAHAHA
Lo punya kata-kata mutiara alias quotes favorit?
Ada, dua. Pokoknya sebelum [bokap] pamit tuh dia selalu bilang, 'take care, be good, and work hard.' Itu satu.
Yang kedua itu...ada dari Bokap juga tapi ini bukan quotes sih, ini lebih kayak pepatah. Jadi, dia bilang, 'I give you the best fishing rod...Gue ngasih lo pancingannya, gue kasih kapalnya, gue kasih tau kapan jalannya, yang lo harus lakuin ngambil ikannya. Jadi, catch the fish.'
Kasarnya, lo udah disiapin bekal sama beliau, jadi lo enak gitu mancingnya ya.
Ya, itu, tugas gue tinggal ambil ikannya.
Jadi, setiap gue ada pencapaian tuh gue selalu telpon bokap gue. Terus gue selalu bilang, 'Pah gue abis dapet ikan nih satu.' Nah, ikan pertama gue tuh lulus kuliah. Ikan kedua gue tuh pas di Vice, pas jadi Art Director. Ikan ketiga itu, sepuluh juta pertama di tabungan gue. Setelah itu, ikan keempat gue adalah siaran sebetulnya. Tapi di momen ikan keempat gue, dia [bokap] udah nggak ada.
2022 dalam satu kata?
Capek.
2023, harapan lo dalam satu kata?
Istirahat.
HAHAHA. Makanya cobain nganggur, Yas.
Iya, ya, gue juga kan baru sadar kalo gue belom pernah nganggur. HAHAHA.
Nah iya cobain. Soalnya kata orang yang pernah nganggur, nggak kerja pada tingkat tertingginya bisa bikin kita lebih bijak. Apalagi kalo dipikir-pikir, sebenarnya orang yang nganggur tuh lebih mantep dari yang kerja. Secara setiap orang yang nganggur mentalnya pasti siap buat bekeerja, tapi belum tentu orang yang kerja bisa bertahan dalam keadaan nganggur.
HAHAHAHA. Eh tapi minggu lalu gue ketemu sebuah video gitu yang bilang kayak, 'Lo kerja kan buat waktu,' alias lo berlibur sama keluarga lo, atau lo ngapain sendirian, atau lo kerja biar bisa ngerasain sebat di pinggir pantai enak...Itu tuh, kan, lo kerja buat bisa ngebayar waktu.
Nah kata video itu, 'coba deh, lo kerja mata uangnya diganti sama waktu.' Jadi, lo bukan dibayar sama rupiah tapi saja jam. Kayaknya gue berharap, gue bisa sepuluh jam nganggur dalam sebulan...berarti untuk menghasilkan itu uangnya butuh berapa. Nah itu yang kayak, 'wah, ternyata, bener juga ya.' Itu kan (kerja biar bisa liburan) nganggur tuh sebenernya tuh.
Jadi sebenarnya goals orang kan nganggur, kalo nggak ya, lo sampe mati aja kerja.
Sebagai BNN. Lo punya kandidat buat final interview? Istilahnya, end game lo gitu, yang kalo udah lo wawancara, kayaknya udah cukup lah gausah banyak nanya-nanya lagi ke orang lain.
Siapa ya? Kayaknya belum ada deh.
Waktu lo wawancara Om Iwan Fals, mungkin?
Mmmm mungkin itu salah satu milestone, tapi bukan end game. Tapi, kalo orang yang gue pengen tapi nggak kesampean interview, baru ada.
Siapa?
Bokap gue. HEHEHEH.
Lo pernah punya cita-cita buat kerja di suatu tempat yang spesifik? Misal, pengen kerja di Microsoft gitu, atau kerja bareng John Cena, atau siapa?
Kerja di mana? kayaknya nggak pernah deh.
Jadi dari dulu lo nggak punya satu tempat yang lo pengen banget kerja di situ?
Dulu....oh, ada, satu. Pantarei. Itu tuh agency, yang dulu ngebuat iklan provider di tv yang kocak-kocak gitu. Nah, dulu pas gue magang...kita kan emang kayak diwajibkan untuk ambil magang di agency, kan. Nah, gue apply ke 12 perusahaan, dan diterima di 11 perusahaan.
Satu doang yang nggak keterima?
Satu doang, Pantarei. Dan itu yang gue cari. Nggak lama, Indira ngasih gue link kalo Vice lagi nyari orang. Terus gue mikir, 'Vice kan bukan agency,' tapi ya udah gue cobain sambil nunggu-nungguin respon Manta Ray, sampai akhirnnya gue ambil Vice. Nah, seminggu pas gue di Vice, tiba-tiba Manta Ray nge-email. Gue keterima.
Wah berarti kalo lo nggak ambil Vice waktu itu, hidup lo berubah jauh?
Hidup berubah. Tapi...gue tipe orang yang kalo nggak dapetin sesuatu gue akan penasaran seumur hidup. Jadi sampai detik ini gue masih penasaran kalo gue kerja di Manta Ray, gue bakal gimana ya, waktu itu.
Tapi kalo udah dapat sesuatu, lo masih akan penasaran sama sesuatu?
Nggak. Pindah penasarannya. Kata Indira, 'Gue tuh orangnya 5 minutes wonder.'
Tapi hal itu hanya berlaku buat pekerjaan kan, bukan pasangan?
Weh nggak lah, nggak gila. HAHAHA. Setia gue, setia, setia. HAHAHAHAHA
Terakhir, ada satu titipan pertanyaan dari Mr. Adam Lie. Katanya, 'dari sudut pandang seorang Iyas Lawrence, kalo lo dikasih satu kesempatan untuk ubah apapun dari Indonesia tapi cuma satu. Momen atau hal apa yang mau lo ubah?'
Satu hal....Aduh apa, ya? Aduh anj*ng susah banget HAHAHAHA.
Kayaknya...Jepang nggak diusir dari Indonesia deh. Karena kalo gitu, kayaknya disiplinnya Jepang kebagian ke kita. Atau seru juga kalo Soeharto nggak jadi Presiden. Tapi kayaknya chaos juga sih keadaan kalo Bung Karno ga turun.
Yang yakin dong. Satu hal aja.
Oh, tau deh gue apa yang harus diubah. Botol Mizone tutupnya harus diperkecil. Soalnya kalo ditenggak tumpah mulu. HAHAHAHAHA
Iyas Lawrence/ Foto: CXO Media |