Belakangan ini, kita mendengar banyak istilah istilah baru mengenai gender dan seksualitas seperti "non-biner", "cis-het", "heteronormatif", dan lain-lain. Semua istilah baru ini menandakan bahwa pemahaman mengenai seksualitas semakin hari semakin berkembang. Memang, pada dasarnya seksualitas manusia adalah sesuatu yang kompleks, namun sayangnya seringkali disederhanakan ke dalam sistem biner.
Masyarakat kita mengelompokkan semua hal yang berbau seksualitas menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Dua label ini, laki-laki dan perempuan, turut digunakan untuk melabeli kategori gender dan orientasi seksual. Misalnya, seseorang yang secara biologis terlahir sebagai laki-laki diasumsikan memiliki ketertarikan terhadap perempuan dan memiliki karakteristik maskulin. Padahal, jenis kelamin, gender, dan orientasi seksual adalah ketiga hal yang berbeda namun berkaitan satu sama lain.
Lantas, bagaimana ketiganya berbeda? Mari kita telusuri satu-persatu agar bisa semakin memahaminya!
Jenis kelamin/ Foto: Pexels |
Seks (Jenis Kelamin)
Seks atau jenis kelamin adalah istilah yang merujuk kepada anatomi seksual seseorang dan berkaitan dengan kondisi biologis. Kondisi biologis ini ditentukan oleh struktur kromosom, alat kelamin, organ reproduksi, dan hormon. Meski pada awalnya kita mengenal dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, tapi ada juga orang-orang yang terlahir di luar kondisi biologis konvensional seperti interseks. Interseks adalah individu yang memiliki karakteristik biologis ambigu. Misalnya, ada laki-laki yang terlahir dengan mikropenis yang bentuknya menyerupai bibir vagina. Ada juga perempuan yang terlahir dengan klitoris besar dan mirip seperti penis.
Interseks berbeda dengan transgender, transeksual, dan kondisi kelamin ganda. Transgender mengacu kepada individu yang memiliki identitas gender berbeda dengan jenis kelamin ketika mereka dilahirkan. Misalnya, seseorang yang memiliki tubuh laki-laki bisa merasa bahwa ia memiliki identitas gender sebagai perempuan. Lain lagi halnya dengan transseksual, yaitu individu transgender yang memutuskan untuk melakukan tindakan medis untuk mengubah karakteristik seks yang mereka butuhkan. Namun, istilah transeksual jarang sekali digunakan sebab hanya boleh digunakan oleh mereka yang mengklaim dirinya sebagai transeksual.
Gender/ Foto: Pexels |
Gender
Apabila seks atau jenis kelamin berhubungan dengan kondisi biologis, maka gender berkaitan dengan bagaimana seseorang mengekspresikan identitas dirinya. Gender hadir dalam bentuk sifat maskulin atau feminin yang dimiliki oleh seorang individu. Sebagai bentuk ekspresi diri, gender sangatlah cair dan bersifat kontekstual karena dipengaruhi oleh budaya. Seperti halnya identitas yang terus berubah dan terbentuk seiring waktu, demikian juga dengan gender.
Pada dasarnya gender adalah spektrum, sehingga sesungguhnya tidak ada individu yang sepenuhnya maskulin atau sepenuhnya feminin. Masyarakat yang mengkotak-kotakkan gender ke dalam kategori laki-laki (yang selalu harus maskulin) dan perempuan (yang harus selalu feminin), akhirnya juga berdampak terhadap pembatasan peran masing-masing gender di dalam masyarakat. Misalnya, seorang yang terlahir sebagai perempuan dituntut untuk selalu berperilaku lemah lembut, menjadi istri yang nurut, dan menjadi seorang ibu.
Padahal, gender itu sendiri beragam. Tingkat keberagaman gender juga bisa berbeda di masing-masing tempat, karena berkaitan dengan budaya dan norma sosial yang berlaku. Misalnya, suku Bugis mengakui ada 5 jenis gender sedangkan masyarakat Thailand mengakui 18 jenis gender. Bahkan, Facebook pun kini menyediakan 50 pilihan gender untuk pengguna, beberapa di antaranya adalah agender, pangender, androgini, bigender, dan cisgender.
Orientasi seksual/ Foto: Pexels |
Orientasi Seksual
Orientasi seksual berkaitan dengan daya tarik baik secara romantis maupun seksual. Secara normatif, manusia diasumsikan tertarik kepada lawan jenisnya alias heteroseksual. Seperti halnya dengan gender, orientasi seksual pun juga beragam. Selain heteroseksual, ada juga homoseksual yaitu daya tarik terhadap sesama jenis seperti gay dan lesbian. Di luar itu, ada juga panseksual ketertarikan terhadap orang lain tanpa memandang gendernya, aseksual absennya ketertarikan seksual kepada orang lain, sapioseksual ketertarikan terhadap orang lain berdasarkan tingkat kecerdasan, dan lain-lain.
Orientasi seksual bersifat sangat personal. Lingkungan, budaya, dan ketersediaan ruang aman untuk mengekspresikan orientasi seksual turut mempengaruhi orientasi seksual seorang individu. Misalnya, ada banyak kasus di mana individu yang memiliki orientasi seksual gay takut untuk mengekspresikan seksualitasnya dan akhirnya memilih untuk menikah dengan perempuan.
Perbedaan antara jenis kelamin, gender, dan orientasi seksual menunjukkan bahwa seksualitas dan ekspresi diri setiap individu sangatlah kompleks dan beragam. Sayangnya, keberagaman ini seringkali tidak bisa diwujudkan karena terbentur dengan norma-norma heteronormativitas yang menggunakan sistem biner. Mereka yang tidak masuk ke dalam kategori biner pun harus menghadapi stigma dan intimidasi dari sekelilingnya karena dicap "tidak normal".
(ANL/DIR)