Olahraga merupakan suatu bidang menyenangkan yang cukup problematis. Pada satu sisi, keberadaannya mampu menyatupadukan masyarakat. Namun pada sisi yang lain, olahraga justru menciptakan pertentangan paham dan gagasan di antara para pecintanya yang kadung terlarut pada gairah fanatisme. Oleh karena itu, istilah sport justice warrior mulai mengemuka dan pantas ditujukan kepada mereka yang bersikap nyeleneh pada ruang pembicaraan olahraga.
Sejak media sosial berkembang pesat, terdapat banyak sekali kelakuan-kelakuan menyebalkan dari para pengguna yang layak disebut sebagai sport justice warrior. Seperti opini yang terus menerus memperbandingkan pencapaian satu atlet dengan yang lainnya, mencela kekalahan atau keberhasilan para pelaku olahraga secara subjektif, hingga memperdebatkan suatu fakta aktual berdasarkan pandangan emosional yang sempit.
Ilustrasi sport justice warrior/ Foto: Pexels |
Salah satu contoh yang masih hangat adalah sebuah opini aneh dari seorang pengguna media sosial yang melabeli seorang konten kreator sepak bola dengan sebutan pengkhianat negara, hanya karena membuat analisa taktik mendalam dari salah satu pertandingan Timnas Indonesia di partai kualifikasi Piala Asia minggu lalu. Menurut sang sport justice warrior itu, konten analisis taktik dari kreator tersebut merupakan penyebab kekalahan utama Timnas pada laga berikutnya. Kemudian, ia juga mengharuskan sang kreator untuk berhenti membongkar rahasia taktik Timnas, agar tidak dimanfaatkan oleh calon lawan dan menjadi kerugian.
Tentu saja, perilaku sport justice warrior barusan membuat banyak orang keheranan-bahkan bagi banyak pendukung setia Timnas Indonesia. Alih-alih menjadi penyelamat Timnas Indonesia, opini tersebut justru membuatnya terlihat naif dan layak disebut sebagai pahlawan kesiangan. Sebab faktanya, analisa taktik yang dibuat sang kreator merupakan konten yang lebih bersifat edukatif dan menjadi penting bagi para pegiat sepak bola, tidak terkecuali bagi Timnas Indonesia sendiri, salah satunya sebagai bahan evaluasi di masa mendatang. Bahkan, konten analisa taktik tersebut juga pernah ditanggapi dengan baik oleh sejumlah pelaku sepak bola profesional.
Sport Justice Warrior/ Foto: Pexels |
Lebih jauh lagi, konten analisa permainan sepak bola ternyata juga bagian dari bidang sport science yang saat ini sedang berkembang dan menjadi suatu ukuran baru bagi para pegiat olahraga dalam meningkatkan performa. Jadi, tuduhan tidak berdasar tersebut sepenuhnya bernilai keliru dan aneh. Apalagi pada akhirnya, Timnas Indonesia tetap bisa meraih kemenangan selanjutnya dan lolos ke Piala Asia.
Melalui peristiwa di atas, kita bisa mempelajari bahwa opini sok heroik tanpa dasar yang logis adalah hal yang tidak bisa dibenarkan. Apalagi jika argumentasi yang dilontarkan mengandung unsur provokasi dan pelecehan. Untuk itu, para pecinta olahraga perlu membenahi hal-hal semacam ini, agar kecintaan mereka terhadap olahraga tidak mendegradasi nilai ihwal yang dimiliki para pelakunya, yang sebenarnya lebih membutuhkan banyak masukan logis dan bukan hujatan berbalut fanatisme yang buta.