Ketika kita memikirkan kuliner khas Batak Toba, maka yang muncul di pikiran sudah pasti sebuah warung yang dinamakan lapo, dengan barisan kursi plastik; etalase yang sudah terisi beberapa makanan matang dengan mayoritas bahan utamanya babi dan ikan air tawar; lalu diiringi suara keras lagu-lagu pop Batak dengan nama penyanyinya yang bermarga. Namun sekarang telah hadir Lapo Porsea di bilangan Sudirman yang menunjukkan elevasi pesona kuliner Batak Toba untuk kamu yang ingin mencoba lapo dengan nuansa berbeda.
Keseruan Berbeda Kuliner Batak Toba di Lapo Porsea
Identitas lapo yang menjadi rumah makan tradisional Batak memang sudah sangat khas, tanpa ada yang perlu mendegradasikan gaya aslinya. Lapo Porsea pun tidak serta merta menghilangkan ciri khas dari lapo itu sendiri. Mereka lebih ingin mencoba mendefinisikan ulang tentang kuliner Sumatera Utara dengan suasana yang lebih baru. Sisanya? Malah mencoba se-autentik mungkin, bahkan memiliki daftar menu lebih lengkap dari lapo kebanyakan.
Mari melihat dari appetizer-nya dulu. Beberapa pilihan Naniura alias sashimi khas Batak Toba hadir di sini dengan cara naik kelas karena menggunakan hamachi, scallop, hingga oyster. Selain itu juga ada Dali Ni Horbo yang terbuat dari susu kerbau yang diolah menjadi keju tapi dinikmati dengan bumbu kuning yang membuatnya lebih rich; ditambah pula Kidu Kidu yang merupakan sosis khas Batak dengan cita rasa yang mampu menyamai sosis dari negara lain, semacam Bratwurst atau Chorizo.
Salah satu poin utama dari perbedaan Lapo Porsea dengan lapo-lapo lainnya ada pada kategori Wood Fire Selection, yang mana terdapat beragam pilihan potongan daging sapi dan babi yang dipanggang hingga menjadi steak. Kapan lagi makan steak di Lapo? Di sinilah positioning yang diambil Lapo Porsea untuk para pengunjung.
Namun jika kamu ingin mencari yang the real Batak Toba, berarti silakan memilih hidangan Nila Bakar Na Tinombur yang mengandalkan andaliman sebagai salah satu bahan masak paling penting dalam sejarah Sumatera Utara. Kentalnya bumbu yang juga dikenal dengan sebutan tombur ini menggabungkan pedas, gurih, dan asin dengan spektrum rasa yang tidak akan pernah kamu temukan di kuliner daerah lain.
Begitu juga dengan Tanggo Tanggo dan Saksang Naso Margota lewat sajian daging babi yang dimasak dengan cara berbeda, namun punya hasil akhir yang sama: kenikmatan paling tinggi dari kuliner Batak Toba. Tanggo Tanggo menggunakan sistem pemanggangan untuk menghasilkan aroma smoky, sedangkan Saksang Naso Margota punya cara lebih ekstrem karena memakai darah babi untuk membuat hidangan yang direbus lama ini menjadi semakin rich tanpa meninggalkan jejak rasa janggal. Intinya, dua menu ini wajib kalian pesan ketika datang ke Lapo Porsea, selain Manuk Napinadar yang lebih lowkey jika kita melihat piring-piring di atas meja lapo kebanyakan.
Terakhir, masih ada sajian Arsik yang benar-benar berbeda, karena ada tiga pilihan protein di sini. Dari ikan mas yang memang menjadi default dari menu Arsik, hingga crispy pork belly dan Canadian lobster sebagai bentuk elevasi terbaik Lapo Porsea. Kalau sudah bicara Arsik, maka permainan kombinasi andaliman dan kecombrang akan membuat lidah kamu paham kenapa makanan ini bisa menjadi salah satu representasi kuliner Batak Toba di dunia.
Tidak lupa masih ada menu-menu yang tidak boleh terlewat untuk tertulis di buku menu lapo sekelas Lapo Porsea: Mie Gomak, Babi Panggang, Nasi Campur Porsea, Lapet, hingga Ombus-ombus. Semuanya menjadi peluru demi peluru yang meleast untuk memperkenalkan budaya lapo ke berbagai kalangan dan suku di luar suku Batak itu sendiri.
Jadi, kira-kira kapan mau datang ke Lapo Porsea yang terletak di SCBD Park Lot 8B? Sepulang kerja atau setelah dari gereja? Sambil menikmati musik-musik Batak dengan meja makan yang dipenuhi piring berisi makanan berselera, maka jangan lewatkan kesempatan untuk setidaknya sekali saja datang ke Lapo Porsea bersama keluarga dan rekan sejawat. Jika ketagihan, maka kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan.
(tim/DIR)