Di pesisir pulau Sumatra, tepatnya di Provinsi Riau, terdapat sebuah pulau yang berseberangan dengan daratan Malaysia. Pulau itu adalah pulau Rupat. Saya menghabiskan libur Lebaran bersama keluarga di pulau kecil yang berpopulasi 30.000 jiwa ini. Destinasi ini merupakan pilihan liburan bagi penduduk Riau yang ingin menikmati suasana pantai terdekat. Sebelumnya, penduduk Riau biasanya berangkat ke Sumatra Barat menuju Pantai Cermin sebagai destinasi terdekat. Kini, sejak diresmikannya jalan tol yang menghubungkan Pekanbaru, ibu kota Riau, dan Dumai, akses menuju pulau Rupat menjadi semakin mudah.
Berangkat dari Pekanbaru, kami menuju kota Dumai, kota yang terletak di pesisir, melalui tol untuk kemudian berganti moda transportasi menjadi speedboat untuk menyusuri perairan menuju Tanjung Medang, Rupat Utara. Untuk perjalanan daratnya memakan waktu 2-3 jam, sedangkan perjalanan menggunakan speedboat-nya sekitar 45 menit.
Sesungguhnya, perjalanan dari Dumai menuju pulau Rupat bukanlah perjalanan yang diisi dengan pemandangan indah. Airnya keruh, dermaganya ala kadarnya, speedboat-nya pun tidak mewah. Sesampainya di sana pun, air lautnya bukan yang bening dan jernih, dan pasirnya tidak seputih yang ada di destinasi pantai ternama seperti Labuan Bajo.
Dermaga dari Dumai/ Foto: Handoko Lun |
Bagi yang terbiasa hidup di kota besar seperti Jakarta dan berlibur ke Bali, tentu akan merasakan perbedaan yang mencolok. Jalanan yang masih dipenuhi dengan pepohonan rimbun, tidak ada pasar, tidak ada akses ojek online, dan lainnya. Bangunan terbesar yang sempat saya lihat mungkin hanya kantor camat setempat saja.
Meski begitu, pulau Rupat memiliki daya tariknya tersendiri. Pulau ini cocok bagi mereka yang hobi memancing. Kami menghabiskan sebagian besar waktu kami di sana dengan mengitari pulau dan memancing. Ya, saya yang tidak pernah memancing pun ikut mencoba, walau tidak begitu pandai.
Hasil pancingan pun kami serahkan kepada pengurus penginapan agar disulap menjadi makan malam. Menyantap berbagai masakan seafood seperti ikan kerapu, udang, dan cumi yang dipadu dengan lalapan dan sambal di tepi pantai sembari ditemani oleh desiran ombak laut memang menjadi salah satu hal yang menyenangkan buat saya.
Pantai di Pulau Rupat/ Foto: Handoko Lun |
Selain itu, pemandangan yang kami dapatkan di depan penginapan kami pun elok. Berhadapan langsung dengan selat Melaka, di ujung cakrawala hanya terlihat perairan, tidak terlihat daratan Malaysia sedikit pun. Hal ini mengingatkan saya bahwa perairan tersebut sangat lebar, walau terlihat tidak seberapa di peta.
Pulau Rupat memang tidak seindah Bali atau Lombok, tapi jelas mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan, karena masih cenderung dikelola oleh pemerintah dan penduduk setempat, bukan oleh pengembang besar seperti yang ada di destinasi populer.
(HAL/MEL)