Banyaknya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup sampai memenuhi gaya hidup, membuat banyak generasi milenial sampai saat ini tidak memiliki rumah. Belum lagi ditambah kalau pendapatan bulanan yang di dapat para milenial memang minim. Menurut pakar properti, salah satu alasan lain mengapa milenial kesulitan untuk memiliki rumah sendiri dikarenakan tingginya harga rumah yang tak sebanding dengan penghasilan milenial yang bekerja kantoran.
Statement para pakar tersebut juga didukung oleh survey yang dilakukan salah satu situs properti. Survey yang melibatkan sebanyak 8.500 responden tersebut menunjukkan, rata-rata gaji generasi milenial di Jakarta berkisar Rp 6,1 juta perbulan. Sedangkan, rata-rata gaji para pekerja Jakarta secara keseluruhan pada saat ini adalah Rp 8,9 juta perbulan. Masalahnya, untuk membeli rumah senilai Rp 300 juta dengan sistem kredit, generasi milenial harus memiliki gaji minimal Rp 7,5 juta.
Hasil survey tersebut juga menunjukkan, kalau hanya sekitar 17 persen kaum milenial yang mampu membeli rumah seharga Rp 300 juta. Sedangkan sisanya sebanyak 83 persen, dianggap belum mampu untuk membeli rumah. Padahal di Jakarta, bisa dibilang mustahil untuk membeli rumah seharga Rp 300 juta. Sementara itu, mayoritas ketersediaan pasokan rumah di Jakarta, dianggap hanya untuk penduduk berpenghasilan Rp 12 juta keatas.
Selain itu, dikutip dari pernyataan Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Khalawi Abdul Hamid pada tahun 2019 mengatakan, kalau suku bunga pinjaman untuk pembelian rumah di Indonesia juga belum sesuai dengan karakteristik anak muda dalam negeri. Ditambah lagi, sebagian generasi milenial di Indonesia merupakan pekerja kreatif. Hal ini mengakibatkan banyak dari mereka tidak memiliki slip gaji yang diperlukan sebagai syarat untuk mendapatkan pinjaman pembelian rumah.
"Meskipun Sulit, Tetap Tidak Mustahil"
Percayalah, nothing is impossible. Saya mewawancarai Kurniawan, seorang pekerja kantoran yang pada saat dia membeli rumah usianya masih sekitar 22 tahun. Bukan dari uang pemberian orang tua, bukan dari latar belakang keluarga kaya raya. Semuanya 100 persen hasil kerja kerasnya di industri media, didukung dengan beberapa side job yang terkadang ada dan terkadang tidak. "Tujuan utama gue punya rumah emang biar bisa nikah cepet, punya rumah bisa jadi modal awal gue buat meyakinkan calon mertua gue", kata Kurniawan.
Dengan gaji sekitar Rp 5,8 juta perbulan (di bawah rata-rata gaji hasil survey tadi), Kurniawan sanggup untuk mencicil sebuah rumah dengan harga Rp 375 juta dengan cicilan sebesar Rp 4,2 juta perbulan, yang berlokasi di pinggiran Jakarta. Dalam kurun waktu 3 tahun, harga rumah Kurniawan sudah melonjak ke harga Rp 650 juta. Kunci utama untuk memiliki rumah di usia muda memang kerja keras dan menabung, "Pemikiran gue simple, lo nabung itu harus punya tujuan. Tabungan lo buat apa? Gak cuma ngumpulin 2 atau 3 juta perbulan tanpa lo tau tujuan lo nabung itu buat apa. Itu yang gue lakuin dulu yang emang gue pengen punya rumah".
Membeli rumah memang bukan hal mudah seperti kita beli kopi 20 ribuan di aplikasi ojek online atau beli baju di department store. Harga rumah yang mahal memang menyulitkan bagi para milenial untuk beli secara tunai. Kalo memanfaatkan KPR pun, kita tetap harus menyiapkan kebutuhan uang muka yang tidak kecil. Ditambah lagi harus berkomitmen untuk pembayaran cicilan selama bertahun-tahun. Selama ada kemauan dan kerja keras, apa yang kita mau pasti bisa kita dapatkan. Kurniawan memberikan sedikit tips dan strategi biar kita bisa memulai untuk memiliki rumah di usia muda. Diantaranya adalah memiliki beberapa sumber pemasukan, beranikan diri untuk bergerak memiliki rumah dan rajin sedekah (percaya atau tidak percaya)
Selain tips dan strategi dari Kurniawan, Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Keuangan, Mike Rini Sutikno juga memberikan tips dan strategi untuk punya rumah di usia 20an, diantaranya sebagai berikut:
Simpan 50 Persen Gaji Buat DP
Anda harus menyisihkan setengah dari gaji untuk ditabung membayar uang muka. "Intinya ketika ada kebutuhan punya rumah, Kamu harus menomorduakan keinginan untuk senang-senang. Kebutuhan beli baju, tas, dan lain sebagainya bisa dialokasikan untuk menambah tabungan".
Sisihkan Gaji Untuk Cicil KPR
Setelah uang DP terkumpul, Kamu bisa mengajukan KPR dengan menyisihkan maksimal 30 persen dari penghasilan tetap. "Kalau sudah terbentuk disiplin untuk menabung DP, nantinya Kamu tidak akan kesulitan untuk mencicil KPR bulanan".
Pinjaman Tanpa Bunga
Kalo masih kekurangan uang muka untuk rumah, Kamu bisa memanfaatkan saudara demi mendapatkan pinjaman tanpa bunga. Dengan mencari pinjaman dari saudara, keluarga, atau teman untuk tujuan ini, Kamu bisa terhindar dari bunga yang berkali lipat.
Meskipun sulit, tetap tidak mustahil. Membeli rumah pertama juga bisa dinilai sebagai pencapaian besar sejak kita mulai produktif secara finansial. Seiring berjalannya waktu, nilai rumah yang kita beli juga akan terus meningkat. Jadi selain untuk tempat tinggal, membeli rumah juga bisa dijadikan sebagai investasi.