Insight | General Knowledge

Walau Tahun Baru, Sorotan ke Polisi Indonesia Masih Sama

Senin, 06 Jan 2025 19:00 WIB
Walau Tahun Baru, Sorotan ke Polisi Indonesia Masih Sama
Walau Tahun Baru, Sorotan ke Polisi Indonesia Masih Sama/ Foto: CNN Indonesia
Jakarta -

Selamat tahun baru 2025! Tapi tidak untuk Polri.

Sadarkah kalian kalau menuju pergantian tahun, banyak sekali kejadian kriminal yang menyorot kelakukan polisi? Dimulai dari penembakan Gamma di Semarang, pemerasan penonton di Djakarta Warehouse Project 2024, penembakan bos rental mobil, sampai pengeroyokan mahasiswa di Mamuju. Apa yang menyelaraskan seluruh kejadian itu walaupun beda waktu dan daerah? Benar, peran polisi yang aneh bin ajaib.

Kasus-kasus yang menyorot kinerja Polisi Indonesia

Mari mulai dari penembakan Gamma yang terjadi di Semarang. Saat peristiwa itu baru beberapa jam terjadi, pihak kepolisian yang dipimpin Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, malah melakukan jumpa pers sambil menyatakan bahwa Gamma ditembak karena ingin tawuran dan membawa senjata tajam. Namun faktanya sekarang apa? Irwan Anwar malah dimutasi dari jabatannya setelah kasus ini berlangsung dengan Aipda Robig sebagai tersangka.

Lanjut ke pemerasan penonton di DWP 2024 yang menimpa puluhan warga Malaysia dan Indonesia. Mereka ditangkap secara acak, dipaksa tes urine, dan diperas demi bisa lolos dari penahanan. Kasus ini langsung melebar hingga membuat tiga anggota polisi dipecat melalui sidang etik: Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Donald Simanjuntak, Kasubdit III Dirresnarkoba Polda Metro Jaya AKBP Malvino Edward Yusticia, dan Eks Panit 1 Unit 3 Subdit 3 Ditresnarkoba Polda Metro Jaya AKP Yudhy Triananta Syaeful.

Proses hukum lewat sidang etik untuk kasus DWP 2024 ini masih tetap berlanjut. Total sudah ada 18 anggota Polri yang diperiksa dengan potensi penambahan calon terhukum lebih banyak lagi pada waktu mendatang. Cukup unik melihat satuan yang harus mengamankan pihak eksternal malah lebih sering "bersih-bersih" rumah sendiri karena masih ada beberapa kasus lain yang tidak luput dari perhatian masyarakat.

Bisa dibilang kasus ini yang paling banyak disorot karena melihat ketidakseriusan polisi dalam menegakkan keadilan dan memberikan rasa nyaman kepada masyarakat. Ada kasus penembakan yang menewaskan bos rental mobil di rest area KM45 Tol Tangerang-Merak oleh komplotan pencurian mobil. Kasus yang juga menyeret anggota TNI AL sebagai tersangka ini mengundang kemarahan masyarakat setelah mendengar kesaksian dari sang anak korban.

Ia menyatakan bahwa pihak Polsek Cinangka malah menolak pendampingan saat korban minta bantuan untuk mengejar pelaku. Mereka bilang bahwa butuh buat laporan terlebih dahulu, baru bisa diproses. Padahal korban sendiri sudah tahu di mana lokasi pelaku dan mobilnya yang dicuri. Belum lagi pernyataan pendukung kalau seluruh surat kepemilikan mobil tersebut juga sudah dibawa untuk jadi barang bukti, namun tetap ditolak oleh polisi. Hasilnya apa? Bos rental mobil malah tewas dan kini Kapolsek Cinangka dan beberapa anggotanya sedang diperiksa oleh Propam.

Pernyataan sekaligus kelakuan polisi yang sering mengundang keanehan ini menjadi semakin menjadi-jadi ketika ada kasus pengeroyokan mahasiswa yang merupakan kader HMI di Mamuju, Sulawesi Barat. Awalnya, mahasiswa tersebut menegur seorang polisi karena datang ke asrama putri lewat jam malam. Tidak terima ditegur, polisi tersebut malah memanggil teman-temannya untuk mengeroyok mahasiswa itu hingga patah tulang hidung.

Teman-teman sang mahasiswa tidak terima hingga menggeruduk Polres Mamuju untuk menuntut anggota polisi itu diadili. Aksi demonstrasi ini pun berlangsung hingga malam hari dengan respons Kapolda Sulbar, Irjen Pol Adang Ginanjar, yang harus turun tangan langsung menenangkan massa. Sekarang akhirnya ada 11 orang polisi yang ditempatkan di Patsus untuk diperiksa lebih lanjut.

HARUS ADA RESPONS BERDAMPAK

Gila, hanya dalam kurun waktu sebentar saja, sudah banyak kasus melibatkan polisi sebagai pihak yang ditunjuk atas kelakuan janggalnya. Itu pun masih belum ditambah berita-berita lain yang masih belum mendapatkan perhatian masyarakat. Hal ini pun menjadi peringatan keras bagi Kapolri Jenderal, Listyo Sigit Prabowo, yang seakan sulit mengatur tingkah laku anak buahnya. Sampai-sampai pada penghujung 2024, Kapolri minta maaf atas ketidakpuasan rakyat Indonesia atas kinerja Polri.

"Terakhir kami sampaikan bahwa 'Tak ada gading yang tak retak'. Tentunya berbagai capaian kinerja Polri sepanjang tahun 2024 masih jauh dari kesempurnaan," ucapnya. "Untuk itu, atas nama Pimpinan Polri serta seluruh keluarga besar Polri dari lubuk hati yang terdalam mengucapkan permohonan maaf, apabila masih terdapat pelaksanaan tugas Polri yang belum memenuhi harapan masyarakat."

Sekarang pertanyaannya, apakah masyarakat mau memaafkan Polri atas semua kasus di atas dan kasus-kasus lainnya? Dan sekarang juga waktunya kita tidak lagi menyebut anggota polisi yang berkasus sebagai oknum, seperti yang direkomendasikan oleh LBH Jakarta. Sudah tidak layak menyebut mereka sebagai oknum karena jika memang oknum, masa sebanyak dan sesering itu?

(tim/DIR)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS