Pilkada 2024 tidak sampai 24 jam lagi. Setiap daerah akan segera mendapatkan pemimpin baru, yang mana kita semua sudah terlalu kenyang dicekoki pemilihan para politikus yang telah mencapai puncaknya pada Pilpres kemarin. Namun apa yang yang mau diharapkan dari negeri ini ketika Pilkada serentak didengungkan dengan berbagai alasan yang katanya baik untuk Indonesia. Sekarang kita hanya perlu berusaha untuk menjalaninya, sekaligus mempersiapkan diri menuju Pilkada 2024.
Sejujurnya tidak banyak hal yang perlu disiapkan karena semuanya sudah terlalu terlambat. Cuma ada keyakinan bahwa setidaknya di hati kecil kita masih ada usaha untuk mengetahui calon kepala daerah yang nantinya akan dicoblos. Itulah kenapa beberapa cara mempersiapkan diri dalam menyambut Pilkada 2024 di bawah ini bisa kamu coba, yang harusnya bisa relate untuk para Gen Z dan milenial.
Cara Mempersiapkan Diri Menuju Pilkada 2024
Sebagai generasi "muda" yang telah punya hak memilih, pasti tidak asing dengan istilah sistem kebut semalam; sebuah jalan hidup yang sering dilakukan pada zaman kuliah dulu. Sering disebut juga sebagai the power of kepepet, maka jika kamu memang niat untuk memberikan suara untuk calon-calon yang ada di kertas suara, tanpa membawa maksud merusak jatah suara kamu doang, mari ikuti cara-cara ini.
1. Searching nama calon kepala daerah di X (Twitter)
Pertama, mari melihat respons sosial media tentang nama calon kepala daerahmu. Untuk saat ini, media sosial yang setidaknya punya tingkat kepercayaan opini lebih baik adalah X atau Twitter. Nah, kamu tinggal searching nama mereka di X, lalu liat ada apa saja yang muncul di sana.
Coba baca dengan perlahan sekaligus demi memperbaiki attention span kamu. Jika ada thread, buka dan baca sampai tweet terakhir. Kalau ada debat kecil, ikuti semua jawaban dari masing-masing pihak. Niscaya kamu akan mulai membuka pikiranmu terkait calon kepala daerahmu nanti.
2. Cari rekam jejaknya di Google
Jangan cuma lihat X aja, sekarang giliran perhatikan rekam jejaknya di Google. Pasti sudah ada banyak media dan website yang membahas calon kepala daerah nanti. Mau baik atau buruknya, seharusnya ada di internet yang bisa dibaca tanpa adanya sensor sedikit pun.
Kalau mau lebih enak lagi, searching di Google dengan tambahan "koruptor" atau "korupsi" di samping nama mereka. Kalau ternyata sempat terjerat kasus korupsi, nah mulai deh pikirkan lebih baik tentang apa langkah yang harus kamu lakukan, alias skip dulu memilih dia.
Jangan lupa cek apakah ada kasus-kasus kriminal lain yang pernah mereka lakukan karena pada akhirnya, aturan di Indonesia memang tidak mampu membendung manusia-manusia seperti mereka untuk tidak bisa ikut Pilkada. Dari kita sendirilah yang wajib menyaringnya.
3. Lihat koalisi partai yang ada di belakangnya
Tidak ada salahnya kamu punya sikap antipati terhadap salah satu partai yang ikut kontestasi politik. Apapun alasan yang mendasari keputusanmu, itu semua merupakan hakmu. Jadi supaya tidak kecele, coba perhatikan koalisi partai yang ada di belakang calon kepala daerahmu. Kalau ada partai yang kamu tidak suka, sudah tahu kan apa yang mesti dilakukan?
"Tapi bagaimana kalau dari dua calon kepala daerah, masing-masing punya partai yang aku benci?" Berarti timbang bibit-bebet-bobotnya. Pada akhirnya kita akan memilih the lesser evil demi memperpanjang napas harapan di daerah.
4. Cek akun Instagram-nya
Lagi-lagi media sosial punya peran penting untuk mengecek calon kepala daerah yang akan kamu pilih. Kali ini giliran Instagram yang pasti menjadi ladang pencitraan paling besar di antara seluruh media sosial lainnya.
Di sini kamu bisa memperhatikan pola komunikasi hingga bahkan estetika visual yang mereka tampilkan. Kalau misalnya norak, berarti dikurangi satu poin untuk terpilih. Tapi kalau kesannya terlalu sempurna, poinnya juga harus dikurangi karena ada yang aneh dari suatu kesempurnaan dari manusia yang pasti penuh dengan dosa.
Intinya, jadikan akun Instagram mereka sebagai ladang penghakiman yang paling kritis karena biasanya calon kepala daerah lebih sering aktif di Instagram. Kalau di TikTok terlalu banyak buzzer, sedangkan di X lebih sadis lagi respons yang mereka terima.
5. Dengarkan percakapan warga di TPS
Nah langkah terakhir yang bisa kamu coba adalah mendengarkan percakapan warga di TPS. Di sini kamu yang mengaku sebagai introvert, tidak harus tiba-tiba berubah menjadi si paling akrab dengan tetangga. Saat menunggu giliran untuk nyoblos, coba pasang kuping baik-baik dengan mendengarkan obrolan para tetangga.
Biasanya mereka akan sedikit membahas tentang calon yang akan mereka pilih atau yang tidak akan mereka pilih. Bahasanya pun cenderung gamblang, sesuai ciri khas tetangga yang tidak lagi ragu akan pilihannya. Dari menguping, kamu akan mendapatkan secuil pandangan dari orang lain yang lebih relate karena tinggal di daerah yang sama.
(tim/DIR)