Insight | General Knowledge

Mengenal Psychological Reactance: Rasa Enggan Ketika Disuruh Melakukan Sesuatu

Senin, 18 Nov 2024 18:18 WIB
Mengenal Psychological Reactance: Rasa Enggan Ketika Disuruh Melakukan Sesuatu
Mengenal Psychological Reactance/ Foto: Pexels/Liza Summer
Jakarta -

Kamu pasti pernah mengalami situasi di mana kamu ingin melakukan sesuatu secara sukarela, namun tiba-tiba ada orang yang menyuruh kita melakukan hal tersebut dan kamu pun akhirnya merasa enggan untuk melakukan kegiatan tersebut. Rasa enggan tersebut muncul karena secara tidak sadar kita kehilangan kebebasan berperilaku. Hal ini secara psikologis dikenal dengan istilah psychological reactance.

Mengenal psychological reactance

Fenomena psychological reactance yang berpusat pada perasaan kehilangan kebebasan untuk berperilaku ini dapat terjadi di berbagai lingkungan, baik di rumah bersama keluarga, teman atau lingkup profesional. Sebagai contoh, kamu mungkin sedang ingin mencuci piring di dapur namun ketika hendak melakukannya, ibumu menyuruhmu untuk melakukan hal sama yang sebenarnya ingin kamu lakukan. Alih-alih mengiyakan, kamu justru merasa kesal karena hal yang akan kamu kerjakan akan dianggap sebagai hasil dari suruhan ibumu, bukan karena inisiatif pribadi.

Konsep psychological reactance ini dirumuskan oleh psikolog Dr. Jack Brehm pada tahun 1966, di mana ia mendefinisikan reaktansi sebagai motivasi untuk mendapatkan kembali kebebasan setelah kebebasan itu hilang atau terancam. Hal ini menyebabkan individu yang mendapatkan tekanan ketika mereka hendak melakukan sesuatu justru memberontak dan memiliki tendensi untuk melakukan yang sebaliknya.

Psychological reactance atau reaktansi psikologis memiliki kaitan dengan bagaimana kita merasakan kebebasan. Terdapat empat poin penting dalam teori psychological reactance:

  1. Reaktansi muncul ketika kita merasa punya kontrol. Kita hanya akan merasa reaktansi ketika kita percaya kita bisa memilih atau mengendalikan perilaku kita.
  2. Ketika kebebasan yang kita miliki untuk melakukan sesuatu hilang, maka kita akan semakin lebih merasa terganggu atau menentang suruhan orang lain.
  3. Semakin banyak kebebasan yang hilang, maka akan semakin besar reaktansi. Misalnya, ketika ke sekolah murid dilarang membawa handphone, mereka akan lebih merasa keberatan dibandingkan untuk tidak menggunakan handphone saat kelas berlangsung.
  4. Reaktansi akan lebih besar apabila apabila ada indikasi ancaman lain. Sebagai contoh, apabila guru melarang makan di kelas, murid mungkin akan merasa bahwa mereka juga dilarang minum air. Hal ini pun membuat reaktansi menjadi lebih besar.

Kini kamu memahami rasa kesal yang kamu alami ketika kamu hendak melakukan sesuatu namun ada orang lain yang menyuruhmu melakukan hal tersebut atau malah melarangmu untuk melakukan hal tersebut. Psychological reactance merupakan sebuah teori psikologis yang berlandaskan pada kebebasan berperilaku yang terusik.

(DIP/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS