Siapa di sini yang merasa si paling timnas? Atau tiada hari tanpa melihat kabar pemain-pemain Indonesia? Belum lagi ikutan berkomentar di beragam akun resmi klub, timnas, hingga media? Hati-hati, jika kamu sudah melakukan aktivitas tersebut, mungkin saja kamu menjadi bagian dari polemik yang sedang muncul. Bukan lagi persoalan cinta, tapi fanatisme yang berubah menjadi kenorakan disebabkan demam tinggi karena timnas.
Beberapa hari lalu, akun Instagram FC Twente, klub yang menaungi Mees Hilgers harus menanggung ribuan komentar miring soal kondisi sang pemain. Ia diberitakan cedera saat membela klub hingga akhirnya tidak bisa mengikuti pertandingan lanjutan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Jepang dan Arab Saudi. Bayangkan saja, klub yang sudah memberikan ruang bebas untuk bermain bagi pemain timnas malah diserang.
Bahkan ada beberapa komentar yang menyatakan untuk unfollow dan report akun Instagram FC Twente karena dipikirnya memang sengaja tidak mau dilepas bermain bagi timnas. Gila, tindakan yang didasari prasangka buruk seperti ini hanya akan mencoreng wajah sepak bola Indonesia yang sedang harum-harumnya berkat peran Shin Tae-yong dan barisan pemain yang akhirnya memutuskan untuk membela Indonesia.
Suporter Timnas Indonesia Banyak yang Norak
Judul artikel ini hanya ingin menjadi gambaran kecil tentang fakta bahwa suporter timnas Indonesia banyak yang norak. Selain FC Twente, beberapa klub yang sempat meminang pemain Indonesia pun sering diserang ketika sang idola tidak dimainkan dalam suatu pertandingan. Apapun alasan dari penyerangan itu, hal tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan.
Sebuah klub yang berjalan profesional tidak akan mendengarkan intervensi soal taktik, pemilihan pemain, dan hal-hal lainnya di luar keputusan dari internal. Maka dari itu, tindakan yang lagi-lagi semena-mena dari para oknum membuat nama Indonesia bisa semakin jelek.
Mengingat sebentar lagi akan melawan Jepang, ternyata juga ada pemberitaan soal kelakukan suporter timnas yang dianggap mengganggu stabilitas klub dari salah satu media Negeri Sakura, bernama Biglobe. Dalam artikel yang dirilis pada 28 Oktober lalu, mereka memberikan saran kepada klub-klub J-League 1 dan 2 untuk tidak merekrut pemain asal Indonesia.
Alasannya bukan dari faktor skill pemainnya sendiri, melainkan netizen yang mengaku si paling timnas dengan aktivitas template lewat komentar sembarangan kepada klub ketika sang pemain tidak mendapatkan menit bermain.
Contoh yang langsung bisa dihubungkan dengan lanskap sepak bola Jepang adalah momen Pratama Arhan saat bermain di Tokyo Verdy. Saat ia tidak bermain, maka tanpa perlu diprediksikan, kolom komentar Instagram salah satu klub di ibu kota Jepang itu langsung ramai hujatan.
Hal ini juga menimpa Cerezo Osaka ketika meminjam Justin Hubner dari Wolverhampton Wanderers U-21. Lagi-lagi kelakukan jelek dan norak para oknum makin memperlihatkan sebrutal apa kemampuan mengetik mereka.
Perlu diingat kalau ombak masif netizen Indonesia yang lagi sejatuh cinta itu kepada timnas sepak bola Indonesia tidak selamanya jelek. Keputusan buruk wasit Ahmed Al Kaf ketika Indonesia melawan Bahrain setidaknya mampu membuat corong kita bersatu padu untuk menyuarakan kecaman yang seharusnya diperhatikan AFC hingga FIFA. Dari sini terlihat kalau jika bonus demografi perihal sepak bola itu setidaknya bisa diperuntukkan bagi hal-hal baik demi kelangsungan pemain Indonesia dan timnas. Bukan malah menyerang pihak-pihak yang harus dirangkul serta didukung.
Semoga kenorakan suporter timnas Indonesia tidak lagi menjadi sorotan dan segera mereda; mengingat saat ini semua mata tertuju kepada skuad asuhan STY. Berikanlah komentar yang positif dan tunjukkan dukungan sebaik mungkin demi membuat timnas Indonesia bisa melaju lebih mulus lagi. Ingat, terkadang jalur langit tidak hanya dari kita saja, melainkan orang-orang yang selama ini melihat riuh rendah timnas Indonesia dari jauh.
(tim/DIR)