Sudah beberapa hari Ibu Kota Belanda, Amsterdam berada dalam situasi yang cukup memanas dan mencekam. Para warga kota diselimuti situasi yang tidak aman dan polisi pun berjaga serta mengetatkan penjagaannya setiap hari. Bahkan kondisi ini digadang-gadang bisa memicu perpecahan di Eropa. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di Amsterdam?
Penurunan Bendera Palestina oleh Suporter Israel
Pertandingan Liga Eropa yang mempertemukan Ajax Amsterdam dengan Maccabi Tel Aviv pada Kamis (7/11) waktu setempat seharusnya menjadi laga yang berakhir suka cita untuk para suporter Ajax yang menang telak 5-0 atas Maccabi. Namun malam usai pertandingan justru menjadi awal kerusuhan yang tidak harus terjadi.
Dilaporkan sehari sebelum pertandingan yakni Rabu (6/11) waktu setempat, para suporter asal Israel menurunkan dan membakar bendera Palestina sambil diiringi meneriakkan slogan-slogan anti-Arab seperti "F*** you Palestine" dan "No children left in Gaza". Hal ini dibuktikan dari video yang diverifikasi oleh Reuters dan saksi mata yang ditemui oleh Al Jazeera di tempat kejadian.
Bukan hanya itu, suporter Maccabi juga diketahui merusak sebuah taksi menurut keterangan dari Kepala Polisi Amsterdam, Peter Holla dalam konferensi pers pada Jumat (8/11). Dia pun mengatakan pada Rabu malam suporter Maccabi telah membakar bendera Palestina di Dam Square--alun-alun terkenal di pusat kota. Akibatnya 10 orang sudah ditahan dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum.
Anggota Dewan Kota Amsterdam, Jazie Veldhuyzen mengatakan suporter Israel tersebut memicu kekerasan dan menyerang pendukung Palestina.
"Mereka mulai menyerang rumah-rumah orang di Amsterdam yang memajang bendera Palestina. Jadi di situlah sebenarnya kekerasan dimulai. Sebagai reaksi, warga Amsterdam memobilisasi diri dan melawan serangan yang dimulai pada hari Rabu oleh para perusuh Maccabi," kata Veldhuyzen seperti dikutip CNN Indonesia.
Kerusuhan pun pecah usai pertandingan tersebut. Polisi Belanda mengatakan beberapa orang yang mengendarai skuter menendang dan memukul penggemar Israel dalam serangan tabrak lari, sementara yang lain melempari suporter Maccabi dengan kembang api.
Akibatnya lima orang dirawat di rumah sakit dan dipulangkan pada keesokan harinya. Sementara itu, sekitar 20-30 orang lainnya mengalami luka ringan. Hingga hari ini 62 orang telah ditangkap terkait kekerasan tersebut, dan sebagian besar telah dibebaskan kembali
Dinilai Sebagai Gerakan Anti-Semit
Merespons peristiwa yang melibatkan warganya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melalui media sosialnya mengutuk insiden kekerasan di Amsterdam. Ia pun mengumumkan mengirim pesawat bantuan untuk mengevakuasi warga Israel dari Amsterdam dan menegaskan bahwa "gambar-gambar menakutkan yang memperlihatkan warga Israel diserang di Amsterdam tak akan diabaikan begitu saja".
Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Belanda Dick Schoof pun meyakinkan Netanyahu bahwa para pelaku akan diidentifikasi dan diadili. Kedutaan Besar Israel di Den Haag mengatakan massa pun meneriakkan slogan-slogan anti-Israel dan membagikan video seperti menendang, memukul, bahkan menabrak warga Israel di Amsterdam.
"Menjelang Kristallnacht - ketika orang-orang Yahudi di Jerman Nazi menghadapi serangan brutal - sungguh mengerikan menyaksikan kekerasan anti-Semit di jalan-jalan Eropa sekali lagi," katanya.
Sementara Presiden Israel Isaac Herzog pun berpendapat bahwa apa yang terjadi di Amsterdam beberapa hari ke belakang merupakan pogrom anti-Semit.
"Kami menyaksikan dengan ngeri pagi ini, gambar-gambar dan video-video mengejutkan yang sejak 7 Oktober, kami berharap tidak akan pernah melihatnya lagi: pogrom anti-Semit yang saat ini sedang berlangsung terhadap para penggemar Maccabi Tel Aviv dan warga Israel di jantung kota Amsterdam," tulisnya di X.
Wali Kota Amsterdam, Femke Halsema pun sebenarnya telah melarang protes tersebut terjadi di luar stadion. Ia mengatakan pihaknya khawatir terjadi kekerasan, karena pertandingan itu bertepatan dengan peringatan Kristallnacht malam di tahun 1938 ketika para Nazi yang terorganisir menjarah bisnis-bisnis Yahudi, membakar synagogue, menyerang dan menangkap orang-orang Yahudi di Jerman.
Gerakan Pro-Palestina di Amsterdam Dilarang Sementara
Pasca bentrok pertengahan pekan lalu, walikota Amsterdam melarang segala bentuk demonstrasi untuk sementara waktu, termasuk gerakan pro-Palestina yang diadakan pada Minggu (10/11) waktu setempat. Ratusan orang yang berkumpul di Lapangan Dam menyerukan untuk diakhirinya konflik di Gaza dan menyatakan penolakan terhadap serangan tersebut.
Para pengunjuk rasa berpendapat mereka seharusnya bebas menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap tindakan Israel di Gaza dan tindakan para pendukung Maccabi.
"Protes ini tidak ada hubungannya dengan antisemitisme. Ini adalah protes menentang para perusuh Israel yang menghancurkan kota kami," kata Alexander van Stokkum, salah satu demonstran dikutip BBC.
Sependapat dengan Stokkum, para demonstran lainnya pun menolak tuduhan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan gerakan anti-Semit seperti yang dikatakan oleh pihak Israel. Usai polisi mulai bergerak untuk membubarkan kerumunan, setidaknya lebih dari 100 orang ditahan karena menghadiri protes tersebut.
Para demostran Pro-Palestina dihadang polisi Amterdam, Minggu (10/11) waktu setempat./ Foto: Mouneb Taim/Anadolu |
Sambil beradu bentrok dengan polisi, para demonstran pun meneriakkan kata "shame on you" dalam bahasa Inggris ke arah petugas yang mulai menangkap para demonstran, termasuk aktivis Belanda Frank van der Linde yang mengajukan permohonan izin demonstrasi itu.
Sementara itu, melihat kondisi yang memanas di Amsterdam pasca pertandingan Ajax dan Maccabi, UEFA mengutuk keras insiden penyerangan terhadap suporter Maccabi yang terjadi sebelum dan sesudah pertandingan.
"Kami percaya bahwa otoritas terkait akan mengidentifikasi dan mendakwa sebanyak mungkin orang yang bertanggung jawab atas tindakan tersebut. UEFA akan memeriksa semua laporan resmi, mengumpulkan bukti yang tersedia, menilai bukti tersebut, dan mengevaluasi tindakan lebih lanjut yang sesuai dengan kerangka peraturan yang relevan," tulis UEFA.
(DIR/tim)