Industri musik negara mana yang tidak tertarik terjun ke pasar musik Indonesia? Menjadi salah satu negara dengan jumlah warga terbanyak di dunia, sekaligus punya keterikatan akan sejarah seni dan musik sejak puluhan tahun, menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi segala jenis musik. Salah satunya musik dari Korea dalam format K-pop yang telah mendarah daging di sini, sambil diselingi genre Korean hip hop (KHH) dari sisi sidestream.
Beberapa waktu lalu, kita mendengar kabar dua festival yang berfokus pada KHH, yakni NEVAEVA! Festival dan Waterbomb Jakarta 2024, harus gagal di tengah jalan. Dalam waktu berdekatan, kedua festival yang sebenarnya sempat diisukan saling bersaing sampai berurusan dengan buzzer ini membatalkan acara mereka.
Masing-masing festival tersebut sudah pasti memiliki alasan tersendiri atas pembatalan yang dilakukan. Pihak Waterbomb Jakarta sudah sempat memberikan pernyataan kalau masalah keselamatan menjadi alasan utama atas pembatalannya. Sedangkan dari NEVAEVA! Festival tidak memberikan alasan apapun, bahkan malah langsung mengunci kolom komentar di Instagram sejak postingan pertama pembatalan acara mereka.
Tentu saja banyak pecinta KHH di Indonesia yang patah hati sedemikian rupa. Bayangkan saja, kapan lagi bisa nonton Gray, Giriboy, Kid Milli, hingga Simon Dominic di Indonesia? Sayangnya, harapan itu pupus sudah dalam sekejap mata. Pertanyaan pun muncul tentang kelanjutan festival KHH di tanah air. Apakah memang masih belum bisa memenuhi kuota pembelian tiket yang banyak diisukan sebagai penyebab utama pembatalannya?
Kelanjutan Festival Korean Hip Hop di Indonesia
Sebenarnya Indonesia sempat memiliki festival yang menyelipkan genre KHH dalam setiap line-up. Namanya Asian Sound Syndicate (ASS) yang telah digelar dua kali; terakhir pada tahun 2023. Hanya saja, ditilik dari animo penonton, memang tidak seramai itu. Sebagai saksi mata atas gelaran mereka tahun lalu, masih banyak sekali spot kosong di sisi penonton, walaupun yang tampil di atas panggung sudah nama-nama headliner.
Sekarang giliran Waterbomb Jakarta dan NEVAEVA! Festival yang gagal mekar pada waktunya. Akhirnya mulai banyak pemikiran kalau memang pasar KHH di Indonesia jauh lebih kecil untuk mengakomodir perihal supply & demand dari festival yang berfokus kepada genre ini. Jika dihitung dalam format festival yang membawa banyak rapper dengan venue yang perlu diisi hingga angka ribuan orang, rasanya terlalu optimis jika itu semua bisa terisi sesuai target penjualan.
Belum lagi tidak adanya fanatisme yang sama seperti para penikmat K-pop dari kacamata genre KHH. Ya, kita semua mendengarkan banyak rapper KHH dalam sekali waktu, namun bukan berarti ada niat untuk membeli tiket festival yang membawa beberapa nama di dalam playlist Spotify kita. Artinya, sudah jelas kalau industri KHH di Indonesia masih sangat niche sehingga dibutuhkan waktu lebih panjang dalam membangun ekosistem dalam menikmati musik ini secara live.
Alih-alih bermain dalam ranah festival yang masif, kenapa tidak membuat showcase yang skalanya lebih kecil; hanya segelintir rapper yang dibawa ke sini; dan venue dengan ukuran secukupnya saja. Bukan tiba-tiba di stadion atau lapangan yang kalau kita lari memutarinya sekali saja sudah terasa capek. Ingat, kata kuncinya adalah showcase, jadi supply & demand yang harus seimbang ini memiliki potensi tercapai dengan lebih mudah.
Semua promotor pasti optimis, tapi saat penjualan tiket sudah dibuka lalu tidak sesuai target, maka apa yang akan terjadi? Dari sisi penonton akan terdampak lebih besar karena sudah meluangkan waktu buat war tiket-kadang malah tidak perlu sampai war juga karena tidak selaku itu-lalu suka dirugikan dengan diskon pada beberapa minggu setelahnya akibat penjualan tiket tidak sesuai target, kemudian malah dibatalkan. Belum lagi refund yang punya risiko memakan waktu panjang.
Jadi di sinilah momen diperlukannya kebijakan dari orang-orang di atas sana kalau mau mengambil pasar penggemar KHH di Indonesia. Bersabarlah. Jangan terlalu ingin melompat lebih tinggi secepat-cepatnya. Penulis artikel ini memang bukan orang yang memahami ilmu bisnis, khususnya promotor musik secara baik, tapi keadaan pasar memang tidak dapat dibohongi. Mulailah dari skala kecil dulu untuk membuat orang semakin akrab terhadap genre ini agar mampu merekah pada waktu yang seharusnya.
(tim/DIR)