Debat kedua pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jakarta 2024 baru saja berlangsung di Beach City International Stadium, Minggu (27/10). Berbeda dengan debat pertama, dalam debat kedua ini, para cagub dan cawagub mulai terlihat unjuk gigi lewat pengalaman dan pendapat mereka tentang topik yang menjadi tema utama di debat kedua yakni "Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial".
Tema utama tersebut terdiri dari enam subtema yang mencakup infrastruktur terintegrasi dan pelayanan dasar prima, pendidikan dan kesehatan, pembangunan ekonomi digital dan UMKM, pariwisata dan ekonomi kreatif, ketimpangan sosial, dan inflasi bahan pokok.
Berdasarkan pantauan CXO Media lewat debat yang disiarkan secara online di YouTube, terlihat beberapa kali setiap calon mengungkapkan kritik yang cukup menggelitik satu sama lain dan juga imajinasi terhadap Jakarta dalam 5 tahun ke depan. Apa saja yang dibicarakan oleh ketiga paslon? Simak di bawah ini.
Rano Karno Kena Sentil saat Jadi Gubernur Banten
Debat kedua Pilgub Jakarta 2024 cukup menarik karena para paslon mengeluarkan kritik-kritik atas kinerja yang dilakukan oleh satu sama lain ketika menjadi kepala daerah. Kubu paslon nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono dan kubu paslon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno terlihat yang paling sering melempar kritikan.
Ridwan Kamil misalnya yang mengkritik perihal Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banten yang menurun selama Rano Karno menjabat sebagai Plt. Gubernur Banten. Saat Rano menjabat, kata Ridwan Kamil, IPM Banten turun menjadi 0,07. Namun dalam pembelaannya, Rano mengaku bahwa kepemimpinannya hanya berlangsung selama satu tahun yakni pada 2013-2015, sehingga sulit menjadi tolok ukur keseluruhan kinerjanya sebagai kepala daerah.
"Kalau saya berani membenahi kampung orang di Banten, masak saya tidak bisa membenahi kampung saya sendiri, di Jakarta. Kalau saya tidak bisa membenahi kampung saya di Jakarta, saya tak akan maju jadi wakil gubernur," ujarnya.
Seakan tidak mau kalah, cagub nomor urut 2, Dharma Pongrekun mempertanyakan alasan Rano mengeluarkan kebijakan soal membuka akses wisatawan ke Baduy Luar. Padahal seperti yang diketahui bahwa Baduy dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai leluhurnya dan tidak mau terkontaminasi dengan dunia luar. Dharma mengatakan bahwa penduduk Baduy sempat menolak tetapi malah dijadikan destinasi wisata.
"Kalau saya melihat bahwa bapak selama ini adalah orang yang menjaga ketahanan budaya, maka ada sesuatu yang contrary effect dengan yang bapak lakukan. Kenapa itu harus terjadi?" kata Dharma,
Rano pun menjawab bahwa masyarakat Baduy sendiri yang ingin membuka diri. Banyak masyarakat dari luar Baduy yang tertarik dengan upacara adat Seba Baduy. Sehingga kalau ditolak, tidak mungkin para wisatawan bisa berkunjung. Tetapi pria yang dikenal dalam perannya sebagai "Doel" itu pun mengaku membatasi wisatawan, namun itu juga atas permintaan masyarakat Baduy sendiri.
Masyarakat Baduy memang dikenal punya kebudayaan yang sangat dijaga dan mereka punya kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri. Untuk itu, sebagai gubernur saat itu, Rano hanya bertugas memfasilitasi saja.
"Satu, misalnya tadi, acara Seba kami kembangkan menjadi acara pariwisata. Dulu Seba kecil, tapi waktu saya jadi gubernur, yang berkunjung bisa 6 ribu orang, masyarakat Baduy. Dengan ini, masyarakat Baduy dikenal lebih luas. Tapi kembali lagi, saya tidak menolak, tetapi membatasi karena permintaan masyarakat Baduy itu sendiri," kata Rano.
Bukan hanya Rano, kritikan soal kinerja Gubernur pun ditanyakan Dharma kepada Ridwan Kamil. Menurutnya, pasca COVID-19, Jawa Barat jadi salah satu provinsi termiskin. Namun hal itu dijawab santai oleh Ridwan Kamil yang mengatakan bahwa provinsi termiskin di Pulau Jawa bukanlah Jawa Barat.
"Waktu saya memulai jabatan di Jawa Barat desa tertinggal dan desa sangat tertinggal itu ada 1.100. 5 tahun kami bekerja dengan pemerataan ekonomi, dengan ekonomi digital desa, dengan program-program pemberdayaan pesantren-pesantren di desa. Kami pun berhasil mengenolkan desa miskin tertinggal-sangat tertinggal sehingga dapat penghargaan dari Kementerian Desa karena inovasi-inovasi pengentasan kemiskinan," ungkapnya.
Pemimpin Harus Berani Berimajinasi
Dalam debat kedua ini, cukup banyak statement yang berisi cita-cita dari para paslon ketika terpilih menjadi pemimpin di Jakarta. Maklum dalam pemilihan kali ini, tidak ada kubu petahana, sehingga terkesan apa yang disampaikan oleh para paslon terkesan berandai-andai dan berimajinasi karena belum pernah memimpin Jakarta.
Walaupun di antara para paslon pernah menjabat dan berpengalaman sebagai kepala negara, tetapi memimpin Jakarta cukup berbeda dengan daerah lainnya. Jakarta yang sebagai mantan ibukota punya penduduk yang beragam dengan situasi yang cukup kompleks. Penduduk Jakarta memang lebih dari 10 juta orang, tetapi sebagian besarnya adalah pendatang yang kemudian menjadi penduduk Jakarta. Sementara sisanya adalah orang asli Jakarta.
Dalam buku yang ditulis oleh Lance Castles berjudul The Ethnic Profile of Djakarta (1967), penduduk asli Jakarta hanyalah 650 ribu orang saja pada tahun itu. Terbayang bukan yang akan diurus oleh kepala daerah Jakarta nanti bukan hanya orang asli Jakarta tetapi mungkin seluruh suku di Indonesia.
Tapi yang menjadi perhatian dalam debat tadi malam adalah pernyataan Ridwan Kamil yang menjawab pertanyaan Pramono Anung soal cita-cita Ridwan Kamil membangun Disneyland di Pulau Seribu. Pramono bertanya dulu Ridwan Kamil berencana ingin membangun Disneyland di Cikarang, tetapi sekarang ia berencana membangunnya di Pulau Seribu.
Menanggapinya, Ridwan tidak bisa menjawab dengan tegas. Menurutnya, seorang pemimpin yang banyak kerja juga banyak catatannya. Tetapi menurutnya, seorang pemimpin harus berani berimajinasi. Ia menyadari semua keinginan tak bisa sepenuhnya terealisasi karena harus berbenturan dengan realita bisnis. Pemimpin yang melakukan sesuatu tanpa imajinasi adalah pemimpin yang buruk.
Terlepas dari sentilan kritik diungkapkan oleh ketiga paslon cagub-cawagub Jakarta, setidaknya apa yang mereka lontarkan tidak terlalu personal. Sementara perihal visi-misi yang terdengar seperti imajinasi berani, mereka mencoba untuk tetap realistis terhadap kondisi Jakarta saat ini.
Tidak seperti debat pertama, di debat kedua ini para paslon terlihat menunjukkan kualitasnya agar bisa terpilih nanti. Nah, kita tunggu debat terakhir yang akan diselenggarakan pada Minggu, 17 November 2024 mendatang.
(DIR/DIR)