Insight | General Knowledge

Belum Sepekan, Israel Serang Markas UNIFIL Lebanon hingga Pengungsian RS di Gaza

Kamis, 17 Oct 2024 19:00 WIB
Belum Sepekan, Israel Serang Markas UNIFIL Lebanon hingga Pengungsian RS di Gaza
Foto: Flicker
Jakarta -

Belum sampai sepekan, Israel telah melakukan serangan di dua tempat krusial yakni markas pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL di Lebanon dan pengungsian RS Gaza di Palestina. Dikutip dari CNN Indonesia, UNIFIL mengungkapkan sekitar pada Minggu (13/10) pukul 4.30 waktu setempat personel di Ramyah sudah mengamati peleton pasukan pertahanan Israel (IDF) melintasi Blue Line ke Lebanon. 

Ketika pasukan penjaga perdamaian berada di tempat perlindungan, dua tank Merkava milik IDF menghancurkan gerbang utama posisi tersebut dan masuk ke posisi itu secara paksa. Pasukan Israel meminta beberapa kali agar pangkalan tersebut mematikan lampu. 

UNIFIL pun mengajukan protes menggunakan mekanisme penghubung dan menyatakan kehadiran pasukan Israel akan membahayakan aktivitas personel penjaga perdamaian. Namun 2 jam kemudian, pasukan penjaga perdamaian melapor ada tembakan beberapa kali sejauh 100 meter ke utara. Akibatnya 15 personel UNIFIL terdampak.

"[Pasukan mengalami] iritasi kulit dan reaksi gastrointestinal, usai asap memasuki kamp," lapor UNIFIL. 

Bahkan Israel pun dilaporkan menghentikan pergerakan logistik di dekat Meiss ej Jabal, sehingga tak bisa dilalui. Sebelumnya, pada pekan lalu Israel juga melakukan serangan ke UNIFIL dan membuat beberapa pasukan terluka, termasuk tentara dari Indonesia. 

"Untuk keempat kali dalam beberapa hari, kami mengingatkan tentara IDF dan semua aktor tentang kewajiban mereka untuk memastikan keselamatan dan keamanan personel dan properti PBB dan untuk menghormati keutuhan gedung PBB yang tak bisa diganggu gugatan setiap saat," kata UNIFIL. 

Menanggapi serangan tak bertanggung jawab itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengutuk keras serangan IDF ke UNIFIL. Juru bicaranya, Stephane Dujarric mengatakan serangan kepada pasukan penjaga perdamaian adalah pelanggaran hukum internasional dan bisa menjadi kejahatan perang. 

"Personel UNIFIL dan sejumlah posisi penempatannya tidak boleh menjadi sasaran. Dalam insiden sangat mengkhawatirkan yang terjadi pada hari ini (Minggu), gerbang masuk posisi PBB juga sengaja diterabas oleh kendaraan lapis baja Israel," kata Dujarric seperti dikutip dari Antara

Bukan hanya PBB, negara-negara yang biasa mendukung Israel seperti Amerika Serikat, Spanyol, Prancis, dan Italia juga mengecam keras serangan tersebut dan tidak bisa dibenarkan. Presiden AS, Joe Biden juga mengatakan bahwa dia telah mendesak Israel supaya berhenti menargetkan pasukan penjaga perdamaian. 

Namun, pemimpin Israel Benjamin Netanyahu justru menanggapi protes dari negara-negara lain dengan dingin. Dia meminta Guterres untuk memindahkan pasukan penjaga perdamaian keluar dari jalur 'berbahaya' dengan mengklaim Hizbullah menggunakan UNIFIL sebagai 'perisai manusia'. Sementara, UNIFIL menolak untuk meninggalkan posisi mereka. 

Kamp Pengungsi RS di Gaza Dibakar IDF

Usai menyerang markas PBB UNIFIL di Lebanon pada Minggu (13/10), Israel kembali melakukan serangan udara ke Jalur Gaza pada Senin (14/10). Serangan itu menghantam halaman sebuah Rumah Sakit Martir Al-Aqsa dan membakar hidup-hidup beberapa pengungsi. Sedikitnya empat orang tewas dan beberapa orang lainnya mengalami luka bakar parah. 

Bahkan terekam sebuah momen di mana IDF membakar hidup-hidup seorang pemuda Palestina di area kamp pengungsian itu. Orang-orang pun berteriak sambil berusaha memadamkan api. Pria berusia 20 tahun yang diketahui bernama Shaaban Al-Dalou itu tewas bersama ibunya. 

Bukan hanya Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, IDF juga menyerang Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa yang banyak menampung anak-anak. UNICEF pun menyebut dalam laporan bahwa sangat mengerikan melihat anak-anak yang terbunuh, terbakar dan keluarga yang terusir keluar dari tenda-tenda yang dibombardir di Gaza. 

"Hal ini mengguncang dunia hingga ke dasarnya," tulis UNICEF di akun media sosial X. 

Dilansir dari Antara, sedikitnya 4 korban jiwa dan 40 korban luka-luka yang dilaporkan usai Israel melancarkan serangan tersebut. Tim medis berhasil mengevakuasi sejumlah korban luka, termasuk perempuan dan anak-anak. 

"Serangan terhadap kamp pengungsi di Deir al-Balah dan RS Al Aqsa, yang dilaporkan membunuh 15 anak itu, lagi-lagi membuktikan bahwa tak ada tempat yang aman di Gaza. Kekerasan yang memalukan seperti itu terhadap anak-anak harus diakhiri sekarang juga," tegas UNICEF.

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS