Insight | General Knowledge

Catatan 10 Tahun Jokowi Bersama 10 Lagu Indonesia 2014-2024

Selasa, 08 Oct 2024 19:55 WIB
Catatan 10 Tahun Jokowi Bersama 10 Lagu Indonesia 2014-2024
Catatan 10 Tahun Jokowi Bersama 10 Lagu Indonesia 2014-2024/ Foto: Istimewa
Jakarta -

Dalam beberapa hari ke depan, Indonesia akan memiliki presiden baru bernama Prabowo Subianto Djojohadikusumo yang memenangkan kontestasi Pemilu Presiden 2024. Nama yang tidak asing di peta perpolitikan Indonesia itu akhirnya berhasil meraih ambisi yang telah ia pupuk dan tanam selama 15 tahun terakhir; tiga kali kalah selama mencetak fotonya di kertas pemilihan presiden, dua kali tumbang karena seorang Joko Widodo.

Lucunya, kini Jokowi digantikan oleh orang yang hampir menjadi lawan abadinya. Tentu pembukaan artikel ini tidak akan membuat kamu membaca perjalanan Prabowo karena sekarang waktunya kita membuka lembaran lama 10 tahun terakhir terkait bagaimana kiprah Jokowi selama memimpin Indonesia. Bukan dalam bentuk catatan pinggir yang membalut persoalan politik, hukum, dan sosial secara mendalam, melainkan menggambarkan 10 tahun Jokowi melalui 10 lagu Indonesia yang dirilis pada era bersamaan.

Catatan 10 Tahun Jokowi Lewat Lagu Indonesia

Jokowi memiliki citra presiden yang lebih supel dan fleksibel dengan kesukaannya pada musik metal. Kota Solo dan Jakarta menjadi saksi bisu bagaimana Jokowi selalu menikmati aksi musik keras dalam beberapa kali kesempatan, hingga puncaknya saat Metallica menggelar konser pada tahun 2013 lalu.

Mata orang-orang yang selama ini bodo amat dengan politik mulai mengakui keberadaan Jokowi. Sampai-sampai mereka rela untuk datang ke TPS demi mencoblos namanya agar bisa melenggang ke singgasana presiden Indonesia ke-7. Karier politiknya sukses besar, jika kita melihat rekornya yang tak pernah kalah.

Sayang seribu sayang, 10 tahun kemudian namanya malah tercoreng dengan teramat sangat. Kebijakan, keputusan, dan keberpihakan yang tidak lagi mencerminkan wong cilik membuatnya harus turun dari singgasana dengan wajah tercoreng. Maka dari itu, 10 lagu Indonesia yang dirilis pada tahun ke tahun kepemimpinan Jokowi telah dirangkum; setidaknya sedikit bisa menggambarkan apa yang terjadi pada satu dekade terakhir bersamanya.

Tulus - Gajah (2014)

Perasaan gebyar-gebyar ditunjukkan seluruh pemilih Jokowi karena orang yang dicap ndeso ini berhasil menjadi presiden Indonesia setelah berdarah-darah menghadapi olokan, bahkan black campaign. Sang gajah mampu merayakan apa yang dirasakan pada tahun 2014 silam. Harus diakui, saat itu masa depan Indonesia terlihat cerah.

Barasuara - Hagia (2015)

Aftermath Pilpres 2014 masih membekas dengan tercerai-berainya hubungan antar keluarga dan kerabat karena berbeda pilihan presiden. Padahal kalau berkaca dari "Hagia", kita sudah jelas diberikan kebebasan untuk percaya, jadi tidak ada yang perlu dibeda-bedakan. Semoga apa yang telah terjadi pada masa itu bisa terselesaikan dengan saling mengampuni.

Rajasinga - Masalah Kami di Negeri Ini (2016)

180 derajat dari apa yang terjadi dua tahun terakhir, maka ingat saja kasus Basuki Tjahaja Purnama. Semua sudah mencitrakan masalah apa yang kita hadapi di negeri ini.

HIVI! - Merakit Perahu (2017)

Usaha merakit tenun kebhinekaan terus didengungkan sejak kasus penistaan agama berkumandang pada tahun sebelumnya. Ditambah lagi masih banyak pihak yang menganggap semuanya baik-baik saja bersama Jokowi. Menyenangkan dengan nada-nada manis yang terus dimakan mentah-mentah oleh rakyat.

Laze - Mengerti (2018)

Empat tahun dipimpin Jokowi menciptakan dua kubu yang semakin berimbang; tidak mau lagi memilih Jokowi pada Pilpres selanjutnya, serta masih banyak pendukung setianya. Bagaimana dengan orang-orang yang hanya berusaha menyambung hidup hari demi hari tanpa memedulikan politik? Setidaknya "Mengerti" bisa menjadi bayangan sempurna, sekaligus didukung Asian Games 2018 yang terbukti sukses dinikmati rakyat Indonesia.

The Adams - Timur (2019)

"Masa depan kadang menakutkan / Penuh dengan ketidakpastian / Lebih mudah jika tak dipikirkan" Coblos Jokowi atau tidak ketika Pilpres 2019, sama-sama harus menerima akibatnya. Akhirnya hanya mencoba menjadi apatis atau mulai berteriak lebih kritis.

Nadin Amizah - Bertaut (2020)

Pandemi menyerang dunia, namun Indonesia juga diserang musuh dalam selimut berbentuk pemerintah yang kebingungan dan Menkes yang tidak tahu kondisi lapangan; kombinasi maut untuk berkata kalau hidup memang berjalan seperti bajingan.

BAP. - Painting with Suwage (2021)

Kelelahan fisik dan mental karena pandemi masih terus berlanjut pada tahun 2021. Masyarakat lebih sering menyelamatkan diri mereka sendiri, bukan malah dibantu oleh pemerintah. Jiwa-jiwa yang selama ini masih oke-oke saja mulai resah mendengarkan idiot alam semesta. Survival of the fittest kalau bisa dibilang.

David Bayu - Deritaku (2022)

Politik dinasti di dua kota memuat nama dalam silsilah keluarga Jokowi. Belum lagi nama-nama lain yang terjerat kasus korupsi di lingkaran pemerintahannya. Sepertinya ini merupakan derita Indonesia menerima nasib menjalani hidup di bawah kekuasaannya. Andai saja dulu membuka hati untuk mencari solusi lain. Penyesalan memang selalu datang terlambat, kan?

Kunto Aji - Orang Asing Dalam Cermin (2023)

Eskalasi perubahan Jokowi benar-benar terasa. Bagaikan orang lain, ia menjelma sebagai orang asing yang dipertontonkan oleh seluruh Indonesia, termasuk di mata pendukungnya sendiri. Kebijakannya tidak lagi mencerminkan dirinya yang dulu kita kenal.

Bernadya - Hidup Harus Tetap Berjalan (2024)

20 Oktober nanti, Jokowi melepaskan jabatannya sebagai pemimpin Indonesia. Digantikan oleh Prabowo dan sang putra mahkota Gibran Rakabuming, sekarang tinggal kamu mau memilih mindset yang mana: "sialnya" atau "untungnya" karena hidup harus tetap berjalan...

(tim/DIR)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS