Insight | General Knowledge

Belum Usai dengan Fast Fashion, Kini Kita Dihadapi dengan Fast Beauty

Senin, 07 Oct 2024 18:43 WIB
Belum Usai dengan Fast Fashion, Kini Kita Dihadapi dengan Fast Beauty
Kini Kita Dihadapi dengan Fast Beauty/ Foto: Pexels/Beatrice Cornejo
Jakarta -

Dalam beberapa tahun terakhir, industri kecantikan di Indonesia memang diakui kian berkembang dan meningkat secara signifikan. Tidak hanya yang diproduksi lokal saja, kini juga sangat banyak merek baru yang masuk ke Indonesia dengan harga yang tidak kalah saing. Selain itu, pertumbuhan industri lokal ini telah menciptakan peluang dan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, industri kosmetik mengalami pertumbuhan yang luar biasa, dengan jumlah perusahaan meningkat sebesar 21,9% dari 913 pada tahun 2022 menjadi 1.010 pada pertengahan tahun 2023.

Meskipun kenaikan industri kecantikan memberikan keuntungan tersendiri bagi perekonomian negara maupun konsumen yang dapat mengakses berbagai produk dengan harga yang bersaing, hal ini justru memiliki dampak buruk tersendiri yang kerap tidak disadari oleh orang-orang. Cepatnya siklus tren dan pembaruan produk setiap waktunya membuat industri kecantikan dihadapi dengan permasalahan fast beauty.

Fast Beauty, Masalah Baru Industri Kosmetik

Sama halnya dengan fast fashion yang membahayakan lingkungan karena limbah yang tidak henti dihasilkan akibat masifnya produksi bahan-bahan yang tidak eco-friendly dalam rentang waktu yang singkat, fast beauty pun memiliki permasalahan yang sama. Fast beauty mengacu pada cepat produk kecantikan yang menggunakan bahan-bahan yang lebih murah namun memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan makhluk hidup. Fast beauty juga berdampak pada eksploitasi pekerja, peningkatan limbah produk, dan kualitas produk yang tidak maksimal karena waktu peluncuran produk yang sangat cepat.

Ditambah lagi fast beauty mampu memengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan. Misalnya, diskon dan promosi besar-besaran pada tanggal tertentu dapat mendorong pembelian impulsif. Hal ini pun berujung pada limbah kemasan produk yang menumpuk seusai produk habis digunakan oleh konsumen.

Sebagai konsumen yang pintar dan ingin berupaya menjaga lingkungan, fenomena fast beauty ini sebaiknya jangan didukung dengan tidak membeli produk-produk kecantikan dari brand yang rajin mengeluarkan produk baru dalam jangka waktu yang singkat. Selain itu, kita juga harus mengutamakan kualitas dalam memilih produk kecantikan dengan memastikan bahan-bahan yang digunakan cocok dengan kebutuhan dan jenis kulit yang dimiliki.

Alih-alih mengikuti tren media sosial terkait produk dari brand tertentu yang sedang ramai digunakan, utamakan pembelian produk yang memang dibutuhkan. Sebagai tambahan, cek sertifikasi dari brand tersebut terkait cruelty-free serta sustainability-nya untuk memastikan bahwa kamu menggunakan produk yang memiliki nilai etik dalam pembuatannya. Langkah terakhir, kamu juga bisa mempertimbangkan untuk menggunakan produk yang memang mengkampanyekan ramah lingkungan, baik dengan kandungan yang digunakan maupun kemasan yang dapat didaur ulang.

Kini fast beauty sudah menjadi fenomena yang cukup memprihatinkan. Masih banyak konsumen yang belum sadar mengenai dampak dari banyaknya dan cepatnya sebuah brand kecantikan dalam merilis produknya. Meskipun memang fast beauty bukanlah hal yang dapat dikendalikan oleh konsumen karena hal ini merupakan sebuah strategi bisnis perusahaan, yang kita dapat lakukan sebagai konsumen adalah tidak mendukung dan membeli produk-produk tersebut apabila memang tidak dibutuhkan.

(tim/tim)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS