Insight | General Knowledge

Lipstick Effect: Ketika Maraknya Pembelian Produk Kecantikan Menandakan Resesi

Senin, 07 Oct 2024 16:28 WIB
Lipstick Effect: Ketika Maraknya Pembelian Produk Kecantikan Menandakan Resesi
Lipstick Effect/ Foto: Pexels/Suzy Hazel Wood
Jakarta -

Pernah mendengar istilah lipstick effect? Istilah yang diperkenalkan oleh profesor ekonomi dan sosiologi Juliet Schor pada bukunya di tahun 1998 yang berjudul The Overspent American ini merupakan sebuah teori yang menggambarkan penurunan ekonomi yang ditandakan dengan menaiknya demand atau pembelian terhadap produk-produk kecantikan yang murah, terutama lipstik.

Mengenal Fenomena Ekonomi Lipstick Effect

Lipstick effect merupakan fenomena ekonomi di mana konsumen-terutama perempuan-tetap membeli barang-barang kecil dan relatif murah seperti kosmetik seperti lipstik, meskipun sedang mengalami resesi atau kesulitan ekonomi. Fenomena ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merasa tidak aman atau cemas dengan kondisi keuangan, mereka justru cenderung mencari kenyamanan dengan berbelanja barang-barang yang memberikan rasa puas tanpa membebani keuangan mereka secara signifikan.

Istilah lipstick effect berasal dari pengamatan bahwa penjualan kosmetik, khususnya lipstik, cenderung tetap stabil atau bahkan meningkat selama masa-masa sulit ekonomi. Hal ini dikarenakan lipstik seringkali dianggap sebagai affordable luxury atau kemewahan yang terjangkau; memungkinkan seseorang untuk merasakan sedikit kemewahan atau peningkatan suasana hati tanpa harus mengeluarkan banyak uang.

Teori lipstick effect yang dikemukakan pertama kali oleh Juliet Schor ini menunjukan bahwa perempuan akan tetap berbelanja secara loyal pada lipstik merek mewah yang digunakan di tempat umum. Dalam bukunya, Juliet Schor menuliskan, "Mereka mencari kemewahan yang terjangkau, sensasi membeli di department store yang mahal, menikmati fantasi sebagai perempuan yang cantik dan seksi, mereka membeli "harapan dalam tabung lipstik'. Kosmetik adalah pelarian dari kehidupan sehari-hari yang menjemukan."

Teori ini didukung oleh pengakuan Leonard Lauder pada tahun 2001 yang menjabat sebagai penerus brand kecantikan asal Amerika Serikat, Estée Lauder. Ia mengatakan bahwa perusahaannya mendapatkan lonjakan penjualan lipstik setelah resesi menimpa Amerika Serikat pada tahun 2008.

Kondisi ekonomi memainkan peran utama dalam perilaku konsumen. Dengan adanya teori lipstick effect, penurunan ekonomi atau resesi dapat terlihat jelas karena orang-orang mengalami kesulitan untuk melakukan pengeluaran yang signifikan seperti kendaraan, liburan, bahkan aset properti yang harganya melambung di luar kemampuan mereka di tengan penurunan ekonomi. Maka dari itu, untuk memenuhi kepuasan diri mereka lebih memilih mengeluarkan uang untuk produk-produk kecantikan yang memiliki kesan mewah dengan harga yang lebih terjangkau.

Sebaliknya, lipstick effect akan tidak begitu terlihat ketika adanya pertumbuhan maupun pemulihan ekonomi. Ketika orang-orang mulai mengalami stabilitas dalam finansial, mereka akan memilih untuk berinvestasi dalam memiliki atau membeli barang-barang yang memang benar-benar mahal seperti rumah, kendaraan, atau barang-barang merah lainnya.

Selain itu, kemerosotan ekonomi juga memicu peningkatan stres orang-orang secara signifikan. Hal ini dapat mendorong perilaku konsumen untuk mencari celah dalam memenuhi kepuasan emosional mereka dengan tetap berbelanja barang-barang kecil yang dapat menyenangkan diri mereka. Membeli barang merah yang terjangkau seperti lipstik atau produk kecantikan lainnya merupakan coping mechanism mereka dalam meredakan stres sekaligus rasa nyaman ketika melakukan perawatan diri.

Lipstick effect semakin nyata adanya dengan banyaknya berbagai brand kecantikan yang menjual berbagai jenis produk dengan harga yang murah meriah. Dari sudut pandang konsumen, hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi mereka karena dengan harga miring mereka tetap dapat memiliki pilihan produk yang dapat dikoleksi. Namun dari sudut pandang ekonomi, seharusnya hal ini merupakan indikasi resesi yang mengkhawatirkan.

(DIP/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS