Insight | General Knowledge

Demonstrasi Pelajar di Bangladesh Akhiri Rezim Sheikh Hasina

Rabu, 07 Aug 2024 18:00 WIB
Demonstrasi Pelajar di Bangladesh Akhiri Rezim Sheikh Hasina
Foto: AFP
Jakarta -

Selama beberapa pekan terakhir, gelombang demonstrasi besar-besaran terjadi di Bangladesh. Bentrokan antara massa aksi dan aparat pun tak terhindarkan, dan setidaknya 91 orang meninggal dunia akibat kericuhan yang terjadi pada hari Minggu (4/8/2024). Aksi protes mencapai puncaknya pada hari Senin, ketika massa berhasil mendorong Perdana Menteri Sheikh Hasina untuk mundur dari jabatannya.

Sheikh Hasina, yang telah berkuasa selama 15 tahun, kabur dari Bangladesh menuju India. Kondisi ini pun memicu ribuan orang untuk menyerbu Istana Ganabhaban yang menjadi kediaman Perdana Menteri. Massa yang menduduki istana mengibarkan bendera Bangladesh dan menjarah barang-barang yang ada di dalamnya, mulai dari perabotan hingga televisi. Dengan berakhirnya kekuasaan Sheikh Hasani, ribuan warga Bangladesh pun turun ke jalan untuk merayakannya.

Penyebab Demonstrasi

Demonstrasi yang dipimpin oleh Gerakan Pelajar Anti-Diskriminasi ini mulanya merupakan protes terhadap kebijakan pemerintah yang memberlakukan kembali sistem kuota untuk pekerjaan di sektor pemerintahan. Berdasarkan sistem kuota ini, 30% dari total posisi diberikan kepada keturunan pejuang kemerdekaan Bangladesh   yang diduga sebagian besar merupakan simpatisan partai Liga Awami yang dipimpin oleh Sheikh Hasani. Kebijakan kuota ini ditolak oleh banyak pihak, lantaran mempersempit kesempatan warga Bangladesh biasa untuk bisa bekerja di sektor pemerintahan.

Meski demikian, aksi ini meluas menjadi protes anti-pemerintahan. Sebab, Sheikh Hasani dinilai memimpin rezim yang otoriter dan tidak ragu menggunakan kekerasan untuk mengeliminasi siapapun yang tidak bersepakat dengannya.

Sheikh Hasina adalah putri dari Sheikh Mujibur Rahman, sosok founding father dari Bangladesh sekaligus presiden pertama negara tersebut. Namun, ayahnya kemudian dibunuh dalam kudeta militer pada tahun 1975. Pada tahun 1981, Hasina naik ke panggung politik dan menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin partai Liga Awami.

Pada masa itu, Hasani hadir sebagai ikon pro-demokrasi, sampai akhirnya tahun 1996 ia memenangkan pemilu pertamanya. Tahun 2009, ia dan partainya kembali memenangkan pemilu dan menjabat selama 4 periode berturut-turut. Di bawah pemerintahannya, ekonomi Bangladesh mengalami kemajuan.

Namun lambat laun, pemerintahan Sheikh Hasani berubah menjadi otokrasi. Di bawah komandonya, suara-suara oposisi dipenjarakan, hilang, atau bahkan dibunuh tanpa proses hukum. Pun ketika protes terhadap kebijakan kuota bermula di bulan Juli lalu, Hasani melabeli demonstrator sebagai "teroris" dan menggunakan kekerasan untuk memukul mundur massa.

Saat ini, pihak militer dan partai oposisi masih berdiskusi mengenai pembentukan pemerintah sementara. Namun, para pelajar yang berdemonstrasi sudah menyatakan bahwa mereka tak ingin dipimpin oleh rezim militer. Mereka berharap militer Bangladesh bisa mengambil peran dalam menjaga keamanan selama masa transisi dan pada akhirnya muncul rezim baru yang lebih demokratis.

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS