Selama beberapa pekan terakhir, negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan dilanda cuaca panas ekstrem akibat perubahan iklim. Di Bangladesh, suhunya bisa mencapai 42 derajat celcius, sehingga pemerintah mengambil langkah untuk meliburkan sekolah dan perguruan tinggi sampai tanggal 27 April 2024. Kendati sekolah telah dibuka kembali, kondisi cuaca panas ekstrem belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Dampak Krisis Iklim yang Semakin Kentara
Bangladesh adalah salah satu negara yang paling parah terdampak oleh krisis iklim. Tingkat kemiskinan yang tinggi disertai panas ekstrem membuat anak-anak Bangladesh semakin rentan. "Semua persiapan telah dilakukan untuk membuka kembali institusi pendidikan. Para siswa tidak akan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan apel pagi akan dihentikan untuk sementara waktu," ucap pejabat Kementerian Pendidikan Bangladesh dilansir Reuters.
Gelombang panas ini juga membuat khawatir masyarakat secara umum, terutama mereka yang harus bekerja di luar ruangan. Pasalnya, untuk sementara waktu warga juga dianjurkan agar beraktivitas di dalam ruangan dan minum air putih dalam jumlah yang cukup. Rumah sakit juga telah diminta untuk bersiap-siap menghadapi peningkatan jumlah kasus akibat cuaca panas seperti demam dan sakit kepala.
Bangladesh bukan satu-satunya negara yang mengambil langkah untuk meliburkan sekolah akibat cuaca ekstrem. Di Filipina, semua sekolah negeri akan menerapkan pembelajaran jarak jauh selama 2 hari, yaitu dari tanggal 29 hingga 30 April. Kondisi yang sama juga terjadi di India, di mana pemerintah memutuskan untuk meliburkan sekolah selama 4 hari sejak 24 April.
Sementara itu, di Thailand, sudah ada 30 orang yang meninggal akibat heatstroke atau serangan panas mulai dari 1 Januari hingga 17 April. Angka kematian tahun ini berpotensi lebih tinggi daripada tahun sebelumnya, di mana ada 37 orang meninggal dari Januari hingga Desember. Dilansir detikcom, otoritas kota Bangkok menetapkan indeks panas kota Bangkok pada level "sangat berbahaya" setelah suhunya dilaporkan mencapai 40,1 derajat Celcius.
Asia, terutama Asia Selatan dan Tenggara, memang mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global. Tak hanya cuaca ekstrem, intensitas bencana alam seperti kekeringan hingga banjir juga meningkat. Gelombang panas yang terjadi di negara-negara seperti Bangladesh dan Thailand adalah bukti konkret bahwa masalah krisis iklim semakin genting, dan mereka yang hidup di wilayah rentan harus menanggung dampak terparah.
(ANL/alm)