Eskalator Stasiun Bekasi mendapat sorotan publik karena tidak berfungsi selama berbulan-bulan. Eskalator yang tidak berfungsi tersebut berada di pintu masuk Jalan Perjuangan, dan telah berkali-kali diprotes oleh pengguna KRL melalui media sosial.
Salah satu pengguna yang konsisten bersuara mengenai fasilitas publik ini adalah Mega, yang secara berturut-turut mengunggah foto eskalator di platform X sejak bulan Oktober 2023. Sejatinya, eskalator ini sudah tidak berfungsi lebih dari 100 hari, tepatnya sejak pertengahan tahun 2023. Namun lewat akun X @Pernebangroket, Mega secara berkala memberi update eskalator yang tak kunjung diperbaiki, hingga akhirnya mencapai hari ke-100.
Banyak pengguna KRL yang merasa terwakili oleh unggahan ini, sehingga mereka pun memberi dukungan untuk mengadakan aksi #100HariWafatnyaEskalator. Para pengguna KRL akhirnya urun daya untuk menyiapkan kebutuhan aksi, mulai dari poster, petisi, hingga properti.
Berdasarkan pantauan CXO Media, para peserta aksi telah berkumpul pada pukul 19.30. Massa aksi terdiri dari berbagai elemen, mulai dari warga Bekasi, pengguna KRL, hingga komunitas transportasi publik. Pukul 20.00, massa aksi berjalan menuju eskalator sambil membawa karangan bunga, replika nisan yang terbuat dari kardus, serta bunga tangkai. Satu per satu mereka menaiki tangga eskalator lalu menaruh barang-barang tersebut di depan eskalator.
Mereka kemudian menggelar doa bersama untuk memohon agar eskalator ini segara menyala. Tak hanya itu, mereka juga membawa petisi #100HariWafatnyaEskalator sebagai bentuk tuntutan pertanggungjawaban kepada pihak pengelola, khususnya Direktorat Jenderal Perkeretaapian, yang bertugas memperbaiki fasilitas ini.
"Yang mendorong diadakannya aksi ini adalah support dan atensi besar dari temen2 sesama pengguna KRL yang memiliki keluhan yang sama. Mereka juga yang ingin menagih tanggung jawab dari pihak terkait untuk segera diperbaikinya fasilitas umum yang seharusnya jadi hak para penggunanya," ucap Mega (26) kepada CXO Media.
Karangan bunga dan replika nisan/ Foto: CXO Media |
Salah satu peserta aksi, Herna (25), mengatakan ia dan peserta lainnya mengikuti aksi ini karena memiliki keresahan yang sama. "Kebetulan yang punya keresahan yang sama ada banyak sampai akhirnya kita memutuskan buat bikin aksi damai dengan harapan semoga di-notice pihak KAI atau Dirjen Perkeretaapian sehingga mereka dapat melakukan baik maintenance maupun perbaikan pada fasilitas yang ada,"ungkapnya.
Petisi #100HariWafatnyaEskalator/ Foto: CXO Media |
Tuntutan para pengguna KRL sederhana, mereka hanya ingin pihak pengelola bertanggungjawab atas fasilitas publik yang sudah seharusnya menjadi kewajiban mereka. Sebab selama ini, perbaikan memakan waktu yang begitu lama tanpa adanya kejelasan dari pihak pengelola. Dilansir detikcom, Kepala Humas DJKA, Anggie Dian, mengatakan perbaikan eskalator tersebut masih menunggu suku cadang yang sudah dipesan. Mereka pun menjanjikan perbaikan akan selesai sekitar pertengahan Februari.
Namun, para pengguna KRL tidak puas dengan jawaban dari pihak DJKA. Pasalnya, tidak ada penjelasan mengapa proses perbaikan memakan waktu hingga berbulan-bulan. "Harapanku, dan juga harapan dari teman-temen pengguna fasilitas ini, agar segera diperbaiki fasilitas publik ini, juga dijaga pemeliharaan jangka panjangnya serta transparansinya kepada masyarakat. Supaya masyarakat bisa memahami kesulitannya di mana," kata Mega.
Aksi #100HariWafatnyaEskalator menjadi bukti bahwa masih ada banyak hal yang harus diperbaiki dari pengelolaan fasilitas publik. Inisiatif pengguna KRL untuk melakukan aksi simbolis memperingati 100 hari kematian eskalator Bekasi juga menjadi tanda bahwa seringkali warga yang harus bergerak untuk menagih hak-hak mereka. Para pengguna KRL telah bersuara. Semoga dengan diadakannya aksi ini, fasilitas publik yang diandalkan banyak orang bisa terus ditingkatkan.
(ANL/DIR)