Beberapa rumah sakit di Tiongkok dikabarkan kewalahan menangani kasus pneumonia yang melonjak sejak 13 November 2023, di mana pasien terbanyak adalah anak-anak. Meski tidak ada laporan bahwa peningkatan klaster penyakit saluran pernapasan ini menyebabkan kematian atau sakit yang parah, tapi lonjakan kasus ini cukup membuat layanan kesehatan Tiongkok berada di bawah tekanan yang besar.
Lonjakan kasus ini terjadi di Tiongkok wilayah utara, seperti Beijing dan provinsi Liaoning. Melansir detikcom, Rumah Sakit Anak Tianjin yang berlokasi di dekat Beijing melaporkan rekor harian sebanyak 13.171 pasien muda di seluruh unit rawat jalan dan gawat darurat, per 18 November 2023. Selain itu, Rumah Sakit Anak Jingdu di Beijing juga melaporkan kapasitas tempat tidur rumah sakit terisi 90 persen, dan juga tingginya pasien rawat jalan.
Sebuah video yang beredar di X menggambarkan gawatnya situasi di Rumah Sakit Anak Tianjin, di mana antrian pasien terlihat mengular. Dalam video tersebut terlihat ada banyak orang tua yang sedang menggendong anak mereka atau membawa baby stroller. Peningkatan kasus pneumonia yang "misterius" ini cukup membuat warga waswas, mengingat 3 tahun yang lalu Tiongkok juga mengalami krisis kesehatan akibat COVID-19.
Lonjakan kasus ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta pemerintah Tiongkok untuk membuka data terkait epidemiologi termasuk hasil laboratorium dari para pasien. Namun, otoritas kesehatan Tiongkok menyatakan "rumah sakit tidak kewalahan" dan "tidak ada bukti patogen tidak biasa atau baru yang menyebabkan peningkatan pneumonia pada anak".
Beberapa pakar kesehatan mengaitkan lonjakan kasus pneumonia ini dengan dicabutnya pembatasan sosial selepas lockdown akibat COVID-19. Salah satunya adalah Prof. Francois Balloux dari Genetics Institute University College London yang mengatakan gelombang besar infeksi saluran pernapasan di China terjadi di saat musim dingin pertama setelah lockdown. "Ini adalah musim dingin pertama setelah lockdown panjang, yang pastinya mengurangi sirkulasi penyakit pernapasan secara drastis, sehingga menurunkan kekebalan terhadap penyakit endemik," katanya dilansir dari BBC.
Untuk saat ini, belum ada informasi yang untuk membuat kesimpulan apakah lonjakan kasus pneumonia ini merupakan gejala dari merebaknya epidemi akibat virus baru atau bukan. Namun, pemerintah Tiongkok diminta untuk tetap waspada.
(ANL/alm)