Sudah lebih dari seminggu konflik antara Hamas dan Israel terjadi di perbatasan Gaza. Perang ini pun merenggut ribuan nyawa manusia, mulai dari orang tua, anak-anak, hingga perempuan dari kedua belah pihak. Berbagai hal jadi penyebab meletusnya konflik tersebut, namun yang dianggap paling bertanggung jawab adalah Hamas.
Fakta Tentang Hamas
Dalam artikel sebelumnya, kami telah menjabarkan secara garis besar siapa sebenarnya Hamas. Ternyata ada banyak orang yang belum benar-benar mengetahui siapa sebenarnya organisasi masyarakat yang selalu dianggap sebagai teroris ini. Bagi kamu yang masih penasaran tentang organisasi paling militan di Palestina ini, berikut CXO Media uraikan untukmu seperti dikutip The Conversation.
1. Ideologi Hamas
Hamas mempunyai ideologi yang menggabungkan antara nasionalisme dan Islamisme politik Ikhwanul Muslimin yang berasal dari Mesir. Dalam hal agama, mereka dikatakan beraliran Salafi aliran yang mempunyai pemikiran mencoba memurnikan kembali ajaran yang dibawa Rasulullah dan perintah Alquran secara literal dari berbagai hal yang tidak diajarkan oleh Rasul, khurafat, dan syirik dalam Islam.
Menganut interpretasi Islam yang ketat, jalan politik mereka pun mempengaruhi yakni bergerak menuju negara Palestina (nasionalisme) yang diatur oleh syariat alias hukum Islam.
2. Keinginan Hamas
Banyak yang berpendapat, Hamas hanya ingin menjalankan agendanya sendiri. Namun yang sebenarnya paling diinginkan oleh organisasi ini adalah pendirian negara Palestina yang merdeka. Sejak awal, Hamas menginginkan sebuah negara Palestina yang mencakup Tepi Barat, Gaza, dan wilayah yang sekarang diduduki oleh negara Israel.
Bahkan, mereka menentang keras perjanjian perdamaian Oslo 1993 antara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dengan pemerintah Israel. Dalam hal ini, mereka sama saja menolak untuk menjadi bagian dari Otoritas Nasional Palestina, otoritas yang mulai diakui secara internasional-meski tidak secara utuh-sebagai otoritas Palestina yang sah dan embrio negara Palestina di masa depan.
3. Metode Operasi Hamas
Untuk mencapai tujuan politiknya, Hamas mencoba menggabungkan mobilisasi sosial, organisasi politik, dan negosiasi dengan penggunaan kekerasan. Oleh karena itu, Hamas secara umum dianggap sebagai kelompok jihadis, dalam arti mereka tidak meninggalkan kekerasan sebagai strategi politik untuk mencapai tujuannya.
Belum bisa dipastikan lebih lanjut tentang modus operandi Hamas, namun Hamas bukanlah kelompok jihadis pada umumnya bukan seperti Al-Qaeda atau ISIS yang menganjurkan perjuangan bersenjata secara eksklusif. Hamas itu seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, meningkatkan aktivitas kekerasan sebagai strategi untuk menyertai negosiasi politik.
Oleh karena itu, Hamas bisa mengikuti pemilihan umum dan duduk untuk bernegosiasi, sambil merencanakan dan melaksanakan aksi teror terhadap warga sipil dan militer seperti yang dilakukan pekan lalu.
4. Hamas Tidak Bisa Dibilang Bukan Teroris Juga
Salah satu yang membuat banyak orang penasaran adalah apakah Hamas merupakan teroris atau bukan. Tetapi memang komunitas internasional yang diwakili oleh badan-badan internasional, berupaya mengobjektifikasi dan menguraikan definisi terorisme secara ketat, tapi klasifikasinya masih samar.
Walau begitu, PBB beserta Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, Paraguay, Organisasi Negara-Negara Amerika, dan Mesir tetap memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. Sementara negara lainnya seperti Swiss, Norwegia, Rusia, Brasil, Turki, dan China tidak memasukkannya.
Melihat beberapa negara terbagi menjadi dua kubu, jadi belum bisa benar-benar dipastikan apakah Hamas adalah teroris atau bukan. Meski demikian, Ikhwanul Muslimin di Mesir sudah dilarang sebab pernah menjadi bagian gerakan politik yang sah di waktu berbeda dan di mana aktor-aktornya pun berbeda pula.
5. Hamas Gerakan Politik
Hamas menganggap diri mereka sebuah gerakan politik. Bahkan mereka memohon pada Pengadilan Uni Eropa untuk menghapusnya dari daftar kelompok teroris Uni Eropa yang tercatat sejak 2001. Lalu pada 2014, Pengadilan untuk sementara mendesak Uni Eropa untuk menghapus Hamas dari daftar tersebut, meski akhirnya diputuskan pada 2019 bahwa Hamas tetap dalam daftar itu.
Sementara di Palestina, Hamas juga beroperasi sebagai partai politik. Puncak dari situasi ini terjadi pada 2006, ketika Hamas ikut serta dalam Pemilu Palestina, bersaing dengan partai besar lainnya yang lebih sekuler, Al-Fatah, dan menang dengan suara mayoritas.
Meski demikian, masyarakat internasional tidak mengakui hasil Pemilu itu dan krisis internal besar lainnya pun terjadi. Ini membuat krisis belum sepenuhnya selesai hingga kini dan membuat Al-Fatah berkuasa di Tepi Barat sementara Hamas secara de facto berkuasa di Gaza. Pada 2017, Hamas kembali mengakui Otoritas Nasional Palestina untuk memerintah di Gaza, pengaruh Hamas terhadap wilayah yang dihuni lebih dari dua juta orang ini tetap signifikan.
Namun pada kenyataannya, fragmentasi dalam kontrol keseluruhan wilayah Palestina oleh Otoritas Nasional Palestina itu diakui secara internasional yang mewakili seluruh rakyat Palestina. Lalu soal Hamas yang menguasai Gaza secara de facto itu argumen yang digunakan Israel untuk membenarkan kebijakan yang keras dan memasang barikade serta memblokade wilayah tepi barat. Akhirnya yang menjadi korban adalah penduduk yang bermukim di sana.
Itulah beberapa fakta soal Hamas yang kini menjadi aktor utama dalam konflik masif yang terjadi di Palestina saat ini. Meskipun aksi Hamas tidak bisa dibenarkan karena tidak mempertimbangkan akibat yang terjadi dari serangan pada pekan lalu, namun mungkin ini adalah langkah agar kondisi memprihatinkan Palestina dilirik dunia dan Israel mendapatkan sanksi atas kejahatan kemanusiaan yang terjadi dalam konflik ini.
(DIR/tim)