Insight | General Knowledge

Benarkah Sesulit Itu Mendaki Gunung Everest?

Selasa, 13 Jun 2023 13:00 WIB
Benarkah Sesulit Itu Mendaki Gunung Everest?
Ilustrasi mendaki Gunung Everest Foto: Unsplash
Jakarta -

Gunung Everest di Nepal merupakan salah satu gunung yang menjadi tujuan utama para pendaki di seluruh dunia. Sebagai gunung tertinggi di dunia tersebut, pesona Everest seakan tak pernah luntur dan selalu jadi cita-cita para pendaki, termasuk Indonesia.

Hingga hari ini, hanya ada 5 orang Indonesia yang tercatat telah menaklukkan Everest. Mereka adalah Clara Sukmawati, Serka Asmujiono, Norman Edwin, Fransiska Dimitri Inkiriwang, dan juga Mathilda Dwi Lestari. Everest memang dikenal memiliki track yang curam, sulit, dan tentu saja licin akibat salju yang tidak pernah mereda.

Meski begitu, orang-orang tetap ingin mendaki Everest untuk sebuah pencapaian. Lantas, benarkah sesulit itu mendaki puncak gunung tertinggi ini?

Fisik dan Mental adalah Kunci Utama

Beberapa waktu lalu, seorang pendaki asal Malaysia bernama Ravichandran atau Ravi nyaris tewas ketika berada di Zona Kematian Gunung Everest. Beruntung seorang Sherpa   warga setempat yang juga pemandu asal Nepal   bernama Gelje menemukan tubuh Ravi yang tak berdaya.

Ketika itu, Gelje Sherpa sedang memandu pendaki asal China yang ingin naik ke puncak Everest. Namun melihat kondisi Ravi yang sekarat, ia pun memutuskan untuk menggendong tubuh Ravi turun dari 1.900 kaki selama enam jam dari puncak Everest sampai seorang pemandu lain membantunya.

Kondisi Ravi membuktikan bahwa kamu tidak bisa sembarangan untuk mendaki Gunung Everest. Meskipun kamu memiliki track record mendaki banyak gunung di dunia pun, kamu tidak boleh meremehkan gunung yang satu ini.

Setiap orang yang berbeda melihat Gunung Everest dengan cara yang berbeda. Bagi sebagian orang, mencapai puncak adalah hal mustahil sehingga banyak yang akhirnya hanya sampai ke base camp saja. Sebab mencapai puncak adalah urusan lain.

Dikutip CNN, sebelum memutuskan untuk mendaki Everest, kamu harus siap secara fisik dan mental. Belum lagi biaya yang dibutuhkan pun tidak sedikit. Ratusan orang dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke Himalaya setiap tahunnya dan bermimpi mencapai puncak Everest.

Mereka menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mendapatkan perlengkapan mendaki yang lengkap, menyesuaikan diri dengan ketinggian, dan menunggu cuaca bagus. Selain itu, sebagian besar pendaki gunung Everest akan memulai perjalanan mereka pada Mei   setelah 15 Mei cuaca menghangat dan angin kencang menjauh.

.Gunung Everest/ Foto: Unsplash

Waktu dan Biaya yang Dibutuhkan

Jika ingin mendaki Gunung Everest, kamu membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Gordon Janow, direktur program di Alpine Ascents International, sebuah perusahaan ekspedisi yang berbasis di Seattle, menerbangkan 12 pendaki ke Himalaya pada akhir Maret dan tidak mengharapkan mereka pulang hingga akhir Mei.

Para pendaki, bersama anggota staf dan pemandu Sherpa, akan menghabiskan hampir dua minggu mendaki ke base camp Everest, yang berada di ketinggian sekitar 17.000 kaki. Lalu setelah sampai ke base camp, kamu pun tidak bisa langsung naik ke puncak.

Kamu membutuhkan waktu sekitar dua minggu lagi untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian dan menunggu kondisi cuaca yang baik sebelum melanjutkan empat hari lagi mencapai camp lain, dan akhirnya sampai ke puncak. Pendaki yang dipilih untuk dipandu oleh pemandu pun harus yang benar-benar mempunyai keterampilan sebelumnya.

"Pemandu memaksimalkan keselamatan dan memastikan bahwa pendaki menyadari risiko yang terlibat dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mencoba bertahan dari risiko tersebut. Operator harus selalu sangat selektif tentang klien mana yang mereka bawa dan klien harus mengambil tanggung jawab yang berat untuk keselamatan mereka sendiri," kata Eric Simonson, seorang pemandu dari Mountain Guides, Amerika Serikat.

Tak hanya soal keterampilan, soal 'kantong' pun kamu harus tebal. Pendaki harus membayar mulai dari 35.000 USD sampai lebih dari 100.000 USD sekali naik. Biaya itu termasuk 11.000 USD untuk izin pendakian dari pemerintah Nepal atau Tibet, botol oksigen, dan perlengkapan mendaki yang meliputi tenda, kantong tidur, dan sepatu bot. Biaya juga termasuk perawatan medis, makanan, dan dukungan dari Sherpa, juga oksigen botolan untuk pemandu kamu.

Tak Menjamin Sampai Puncak

Dengan cuaca dan kesehatan yang harus diperhatikan, kamu mungkin masih bisa sampai ke puncak. Namun ini menjadi pertaruhan yang besar karena cuaca dan kesehatan jarang bisa diandalkan. Bukan hanya berbahaya bagi individu, tetapi juga berbahaya bagi pemandu atau anggota tim lainnya.

Pegunungan Everest memang dikenal sebagai pegunungan yang tenang jika hari cerah. Tetapi semua itu tidak bisa diprediksi sebab cuaca bisa berubah dengan cepat tanpa peringatan. Mungkin seperti halnya yang dialami oleh Ravi.

Menaklukkan Everest adalah ujian keterampilan, kekuatan, dan tekad. Ini bukan masalah membuang uang untuk sampai puncak. Namun, ada hal-hal yang perlu kamu pertimbangkan sebelum memutuskan untuk menaiki puncak tertinggi di dunia ini.

"Jika seseorang memulai sebagai pemula, menurut saya persiapan tiga tahun adalah waktu yang masuk akal jika mereka bersedia mencurahkan waktu dan uang untuk pelatihan tanjakan," jelas Simonson.

Kamu harus siap dengan bahaya seperti hipotermia, batuk retas, luka yang tidak kunjung sembuh, penyakit ketinggian, kehilangan nafsu makan, penyakit gunung akut, radang dingin, dan juga risiko kematian yang tinggi.

Jadi, siapkah kamu untuk menghadapi semua itu untuk mencapai puncak gunung tertinggi?

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS