Tiga puluh dua bhante-panggilan kehormatan untuk biksu-tengah melakukan perjalanan dari Thailand menuju Candi Borobudur dengan berjalan kaki. Para bhante berangkat dari vihara di Nakhon Sri Thammarat, Thailand, pada 25 Maret 2023. Mereka datang dari 4 negara, yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Setelah kurang lebih 2 bulan berjalan melintasi Malaysia dan Singapura, mereka akhirnya tiba di Batam pada 8 Mei.
Para biksu kemudian naik pesawat dari Batam ke Jakarta untuk untuk mampir ke kantor Kementerian Agama dan bertemu dengan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha pada Kamis (11/5/23). Setelahnya, mereka melanjutkan perjalanan melalui Cirebon dan Semarang untuk menuju ke Magelang. Mereka menempuh jarak ribuan kilometer untuk merayakan waisak di Candi Borobudur pada Minggu, 4 Juni 2023.
Ini adalah pertama kalinya Thudong dilakukan di Indonesia, dan merupakan yang terbesar dari 4 negara. Untuk sampai di Candi Borobudur, rencananya para biksu akan menempuh rute Karawang - Cikampek - Pamanukan - Cirebon - Tegal - Pekalongan - Semarang - Magelang. Meski berjalan menembus cuaca terik dan hujan tanpa membawa uang, serta hanya boleh makan dan minum 1 kali sampai jam 12 siang.
Untuk beristirahat, para biksu singgah di rumah-rumah ibadah yang ada tersedia di sepanjang jalan. Selain vihara, mereka juga bisa singgah di rumah ibadah agama lain apabila dipersilakan. Di Pekalongan, misalnya, para biksu direncanakan akan beristirahat di pondok pesantren milik Habib Luthfi bin Yahya.
Mengikuti Jejak Sang Buddha
Perjalanan yang ditempuh para bhante merupakan bagian dari ritual Thudong, yaitu perjalanan spiritual yang dipraktekkan oleh forest monks. Berbeda dengan biksu pada umumnya, forest monks menekankan praktek spiritual mereka pada pertapaan dan meditasi. Salah satu meditasi yang dipraktekkan oleh para forest monks dengan mengikuti langkah sang Buddha yang menjadi pengembara.
Melansir Thai Forest Wisdom, Thudong adalah ritual di mana biksu menempuh perjalanan selama berbulan-bulan tanpa ada rencana perjalanan yang pasti. Mereka akan menyusuri sungai, hutan, gunung, lembah, dan hanya akan makan dari pemberian orang-orang yang mereka temui di sepanjang jalan.
Seperti Siddharta yang meninggalkan istananya untuk bermeditasi di hutan, para biksu ini yakin bahwa ajaran Buddha tidak akan bisa dipelajari hanya dengan membaca. Mereka percaya bahwa ajaran Buddha seharusnya dipelajari di dunia luar; di alam dan di tengah masyarakat. Selain itu, dikutip dari Kementerian Agama, para bhante berharap perjalanan ini bisa melatih kesabaran mereka. Sebab, kesabaran merupakan praktik dhamma yang tertinggi.
Kedatangan para bhante ke Indonesia untuk menyambut Waisak disambut dengan hangat oleh pemerintah, masyarakat umum, dan tokoh agama. Hal ini terlihat dari antusiasme warga yang memberikan makan serta minum untuk mereka. Harapannya, kedatangan para biksu bisa memperkuat kerukunan beragama yang berusaha dipelihara oleh masyarakat Indonesia.
(ANL/alm)