Akhir pekan (Jumat, 5 Mei 2023) di selatan Jakarta berjalan seperti sedia kala: penuh hiruk-pikuk hingga larut, dan jauh tenggelam ke dalam gelimang pesta. Terlebih di kawasan Kemang, tempat muda-mudi berbusana edgy rajin bercengkrama dan bersenang-senang.
Hanya saja, ada satu pemandangan dan pengalaman berbeda di sudut A3000 Creative Compound, Kemang, Jakarta Selatan. Paling tidak, hal ini bisa dilihat dari seekor "paus" yang membentang di hadap depan bangunan, tempat TRIPO 3000 menyelenggarakan sebuah pesta meriah.
Visual mapping AZETEN di A3000/ Foto: Azeten |
Memang, TRIPO 3000 sendiri dikenal sebagai salah satu penggelar pesta andalan masyarakat urban. Terbukti, pada satu malam yang sama, mereka sukses memboyong DJ Matisa, Hendy Kana dan Mayo, hingga Baldi Calvianca sebagai pengalun musik elektronik.
Tak henti di situ, keseruan yang dihelat di Ding Dong Disko tersebut turut menampilkan karya AZETEN, seniman visual muda yang belakangan kerap menghiasi elemen grafis pada pentas-pentas terakbar dan kali ini menyuguhkan instalasi visual pada pagelaran Dark Room.
Dunia Multiversal persembahan AZETEN
Untuk diketahui, Dark Room sendiri merupakan pesta "fusi" perdana dari TRIPO 3000. Konsep ini menyilangkan alunan musik elektrik dengan instalasi visual interaktif dan belum pernah diterapkan sebelumnya.
AZETEN sendiri yang bertindak sebagai pemateri visual datang langsung untuk mengawal karyanya. Mengandalkan visual mapping pada sisi luar, pemilik nama lahir Alif Maulana tersebut lantas menyuguhkan konsep multiversal berbasis virtual reality, yang dinikmati di sela-sela keranjingan aktivitas berdansa.
Perpaduan pesta penuh dentuman elektronik dengan interaksi realitas maya ini memang terbilang progresif. Karena itu pula, AZETEN serius menggarap konsep multiversalnya meski sedikit terbatas keadaan, dan rampung hanya hitungan dua minggu.
Saat kami temui, AZETEN yang mengawal langsung karyanya tampak lebih banyak tersenyum ramah. Ia kemudian menceritakan bahwa, niat utamanya adalah untuk memberikan experience lebih kepada pecinta pesta dengan menyertakan materi visual non-pasif. "Gue mau ngasih pengalaman lebih di suatu party, biar orang-orang bisa merasakan langsung rasanya berada di dunia yang baru," katanya.
Konsep VR yang mengusung semangat "seeing is believing" memang telah cukup menjadi alasan kuat mengapa sebuah pesta bisa lebih terasa meriah. Karenanya, kolaborasi TRIPO 3000 bersama AZETEN, yang menyodorkan nuansa multiversal pada Jumat kemarin, juga bernilai bak terobosan anyar tambahan saat menghidupi pesta. "Paling minim, gue mau ngebuktiin kalo karya visual bisa terasa lebih immersive, straight to the first hand, dan bukan sekadar tempelan di screen."
AZETEN yang Mendobrak batas
Waktu enam menit untuk menikmati dunia rekaan tentunya tidak bisa dibilang cukup. Sebab seperti yang bisa dibayangkan, VR sendiri walaupun mutakhir dan kekinian-belum terlalu ramah dikenali masyarakat Indonesia. Jadi, tidak heran kalau pengalaman pengunjung saat merasakan dunia ala AZETEN dengan VR kerap diawali dengan sedikit motion sickness.
Saat awal mencoba VR, reseptor badan memang tidak langsung bisa menyesuaikan. Apalagi, kebanyakan kepala yang mencobanya di Jumat malam lalu berada dalam keadaan sedikit pening. Walau demikian, secara sadar atau tidak, apa yang AZETEN tampilkan di Dark Room sudah cukup membedakan pesta ini dengan yang lain.
Setiap orang yang mencoba pun mungkin bersepakat kalau seusai merasa "lag", akan muncul perasaan takjub, terlebih saat menapaki langkah demi langkah di "Night Realm". Paling minim, mengecap pesan-pesan tersirat di dalam ranah kegelapan, yang ternyata tidak selamanya menyeramkan, tapi ikut mengandung keseruan misterius saat benar-benar dijelajahi. Pada dasarnya, purwarupa dunia berbasis virtual reality buatan AZETEN ini berangkat dari hal-hal yang ia kulik akhir-akhir ini.
"Gue lagi suka banget konsep multiversal dan spaces, yang kebetulan sedang ramai dibahas. [Multiverse] ini juga sejalan dengan ketertarikan gue terhadap boundaries," jelasnya. "Nah, lewat 'The Night Realm' ini, gue mau mencoba untuk membagikan kesadaran kepada diri sendiri dan orang lain bahwa sebenarnya boundaries itu bisa kita lewati."
Pengunjung Dark Room menjelajahi "Night Realm" AZETEN./ Foto: Azeten |
Pada kasus ini, walaupun di luar negeri teknologi VR sudah cukup lumrah dan berada di tingkat lebih lanjut, apa yang AZETEN kerjakan di Dark Room turut menyerupai satu pijakan tangga baru buatnya secara pribadi. "Ya, alhamdulillah sih," syukurnya sambil tertawa, "walaupun, beberapa pengguna ngerasa bingung, gue puas dengan beberapa [pengguna] yang lain karena bisa masuk ke multiverse, terus mengeksplor banyak hal. Senang juga bisa berbagi 'dunia baru' sama banyak orang "
Saat ditanya soal kapan unjuk karya serupa berikutnya, AZETEN hanya membalas dengan banyak senyum berseling kekehan. "Doain saja, siapa tahu ada kesempatan lagi di waktu dekat-dekat ini."
(RIA/alm)