Setelah lebih dari dua minggu berjalan, aktivitas ibadah Ramadan yang sempat mengendur di masjid-masjid kembali mengalami peningkatan. Alasan utamanya ialah momen perayaan Nuzulul Quran, atau malam peringatan diturunkannya Al Quran, yang banyak dipercaya jatuh pada tanggal 17 Ramadan.
Selain itu, meningkatnya kegiatan ibadah berjamaah juga ikut terpantik oleh datangnya malam Lailatul Qadar, yang kadung dipercaya jatuh di antara 10 malam ganjil terakhir bulan Ramadan, atau turut diyakini datang bersamaan dengan malam Nuzulul Quran.
Namun demikian, meski sebenarnya menyimpan keistimewaan yang bukan main, momen kedatangan malam Nuzulul Quran dan/atau Lailatul Qadar justru kerap membuahkan sengketa perdebatan, mengenai kapan sebenarnya Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar datang.
Alasan mengapa malam Nuzulul Quran dan/atau Lailatul Qadar dijadikan hari yang monumental sendiri tertulis jelas pada Surah 'Al Qadr' ayat 2 sampai 5, yang berbunyi: "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?" (2); "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan," (3); "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan," (4); "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar" (5).
Untuk itu, menyambung semarak 17 Ramadan 1444 H yang baru saja berlalu, dan dalam rangka menyambut 10 malam terakhir Ramadan-yang sering dihiasi iktikaf di masjid-masjid demi mendamba Lailatul Qadar-maka berikut adalah sederet pandangan, pemahaman, dan pemaparan tentang malam Nuzulul Quran dan Lailatul Qadr yang berhasil dihimpun oleh tim CXO Media.
Nuzulul Quran jatuh pada tanggal 17 Ramadan
Pengetahuan paling umum mengenai waktu diturunkannya Al Quran adalah tanggal 17 Ramadan. Dasar yang menguatkan hal ini bertolak dari tafsir Surah 'Al Anfaal' ayat 41, yang berbunyi, "...jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan...."
Dalam ayat ini, kalimat "apa yang kami turunkan" bermuara pada kita suci Al Quran, sementara "hari Furqaan" dimaksud sebagai: hari jelasnya kemenangan orang Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di peperangan Badar, pada hari Jumat tanggal 17 Ramadan tahun kedua Hijrah. Sebahagian mufassirin berpendapat bahwa ayat ini mengisyaratkan kepada hari permulaan turunnya Al Quraanul Kariem pada malam 17 Ramadan-sebagaimana catatan kaki dalam 'Al Qur'an dan Terjemahnya' yang diedarkan oleh Departemen Agama Indonesia.
Al Quran diturunkan bersamaan malam Lailatul Qadar
Asumsi berikutnya meyakini bahwa, Kitab Suci Al Quran diturunkan ke bumi bertepatan dengan Lailatul Qadar atau malam yang penuh kemuliaan.
Pemahaman ini dikuatkan oleh kandungan ayat pertama Surah 'Al Qadr', "Inna anzalnahu fii lailatul qadr" yang berarti "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar (malam kemuliaan)."
Pada titik ini, penjelasan mengenai diturunkannya kitab suci kepada Nabi Muhammad SAW tidak disebutkan bersama hitungan tanggal yang pasti, melainkan menyebutnya datang bersamaan malam Lailatul Qadar. Oleh karena itu, penafsirannya menjadi kian melebar, karena kapan malam Lailatul Qadar jatuh memiliki beberapa acuan tafsirnya sendiri.
Lailatul Qadar bertepatan dengan 17 Ramadan
Mengutip pernyataan cendekiawan muslim Indonesia, Nurcholis Majid atau yang akrab disapa Cak Nur, asumsi kaum muslim Indonesia mengenai Lailatul Qadar jatuh bersamaan dengan Nuzulul Quran di 17 Ramadan adalah buah ijtihadi K.H. Agus Salim.
Dasar pemahamannya tersusun atas pertemuan Surah 'Al Anfaal' ayat 41 dan 'Al Qadr' ayat 1, yang dianggap membahas satu perkara yang serupa. Tak heran jika hingga detik ini, malam 17 Ramadan di tanah air selalu dirayakan dengan cara yang lebih istimewa dibanding malam-malam Ramadan lainnya.
Lailatul Qadar jatuh tanggal 27 Ramadan
Pemahaman berikutnya soal: kapan malam Lailatul Qadar tiba dikemukakan oleh André Möller, lewat bukunya yang berjudul Ramadan di Jawa. Walaupun tidak membahasnya secara lebih spesifik, Möller sempat menuliskan bahwa terdapat beberapa golongan yang meyakini tanggal 27 Ramadan adalah malam jatuhnya Lailatul Qadar, karena menjadi titik temu perkalian antara kata Lailatul Qadar (9 kata) dengan banyaknya kata tersebut muncul di dalam Al Quran (3 kali).
Lailatul Qadar menurut perhitungan Imam Ghazali
Dalil-dalil atau pandangan tentang malam Lalilatul Qadar juga pernah diutarakan Imam Ghazali pada kitab I'anah Ath-Tholibin - Juz II halaman 257, yang menyimpulkan: kapan malam Lailatul Qadar tiba dapat dicocokkan dengan hari pertama berpuasa di bulan Ramadan. Berikut adalah rumusan perhitungannya:
- Jika awal Ramadan dimulai hari Minggu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29;
- Jika awal Ramadan jatuh pada hari Senin, maka malam tersebut jatuh pada malam ke-21;
- Jika awal Ramadan bermula hari Selasa, lantas Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27;
- Jika awal Ramadan hari Rabu, malam tersebut akan jatuh pada malam ke-29;
- Jika awal Ramadan bertepatan hari Kamis, berarti malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25;
- Jika awal Ramadan hari Jumat, berarti Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27;
- Jika awal Ramadan hari Sabtu, artinya malam tersebut jatuh pada malam ke-23.
Rumusan pendapat Imam Ghazali tentang malam Lailatul Qadar tersebut juga didukung oleh Imam Abu Hasan Asy-Syadzilli (pendiri Tarekat Syadziliyah)-yang termaktub dalam kitab 'I'anah Ath-Tholibin'. Menurut Imam Abu Hasan, sejak ia remaja Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau perhitungan Imam Ghazali di atas.
Lailatul Qadar adalah rahasia Allah SWT
Dengan sederet khazanah keistimewaannya, tampaknya kapan malam Lailatul Qadar tiba, akan selalu menjadi teka-teki keimanan bagi umat Islam dalam menghidupi bulan suci Ramadan. Oleh karena itu, di samping beberapa dasar asumsi di atas, kapan tepatnya malam Lailatul Qadar tiba akan selalu dicari-cari, meski hanya Allah Azza Wa Jalla yang lebih mengetahui kepastiannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa hadits di bawah ini.
- Abu Sa'id RA pernah meriwayatkan kepada Abu Salamah RA mengenai Lailatul Qadar: "Kami pernah beriktikaf bersama Nabi Saw pada 10 hari yang tengah di bulan Ramadan, kemudian pada pagi hari yang kedua puluh beliau keluar dan memberi tahu kami, 'Aku telah diberi tahu tentang tanggal Lailatul Qadar, namun aku lupa, maka carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam yang gasal di akhir Ramadan." Abu Said kemudian menambahkan, "Aku bermimpi bahwa aku bersujud di tanah yang berair dan berlumpur. Maka siapa yang telah beriktikaf dengan Rasulullah SAW, hendaklah ia kembali beriktikaf lagi (pada sepuluh malam yang akhir dan gasal tersebut)." Lantas Abu Sa'id RA merampungkan, "Kami kembali beriktikaf lagi tanpa melihat segumpal awan pun di langit, tiba-tiba awan muncul dan hujan pun turun sehingga air mengalir melalui atap masjid yang ketika itu terbuat dari pelepah pohon kurma, kemudian salat dilaksanakan. Saya melihat Rasulullah SAW bersujud di atas tanah yang berair dan berlumpur sehingga saya melihat bekas lumpur di dahi Rasulullah SAW." (Hadis Riwayat Bukhari Nomor 2.016)
- Dari riwayat Abdullah bin Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, "Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam Ramadan yang akhir, yaitu pada sembilan malam yang pertama (malam ke 21 sampai dengan 29) atau tujuh malam yang akhir (malam ke 23 sampai dengan akhir Ramadan)." (Hadis Riwayat Bukhari Nomor 2.022)
- Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW mengatakan, "Carilah Lailatul Qadr pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan." (Hadis Riwayat Bukhari, I, kitab Al-Tarawih, hlm. 225)
- Ibnu Umar RA menyebutkan bahwa beberapa orang laki-laki diberi tahu Lailatul Qadar dalam mimpi pada tujuh terakhir (Ramadan), lalu Rasulullah SAW bersabda, "Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh terakhir, barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada malam tujuh terakhir." (Hadis Riwayat Muslim Nomor 205/1.165)
Lewat pernyataan-pernyataan barusan, banyak kaum muslimin yang meyakini kalau malam Lailatul Qadar hadir di malam-malam ganjil pada akhir Ramadan, sehingga mereka harus mencarinya-meski kepastiannya sangat tidak bisa ditentukan.
Pada pangkalnya, segenap poin yang telah dipaparkan di atas, maka hal yang perlu ditekankan umat Islam saat menyambut Lailatul Qadar adalah untuk terus beribadah kepada-Nya, tanpa perlu merisaukan kapan malam penuh kemuliaan yang disebut istimewa itu sebenarnya tiba, karena sesungguhnya nikmat Allah SWT begitu besar dan tanpa batasan, sehingga satu-satunya yang perlu disiapkan adalah kesungguhan dalam diri; yakni menyiapkan wadah batiniah yang lillahita'ala.
(RIA/alm)