Insight | General Knowledge

Mengulik Asal Usul Mullet, Gaya Rambut yang Tren di Kalangan Anak Muda

Kamis, 23 Feb 2023 15:30 WIB
Mengulik Asal Usul Mullet, Gaya Rambut yang Tren di Kalangan Anak Muda
David Bowie dengan rambut Mullet Foto: Getty Images
Jakarta -

Berbagai tren di era 80 hingga 90an kembali merajai di tahun ini. Dari musik, tren fashion, hingga gaya rambut di era tersebut, mulai digandrungi lagi oleh anak-anak muda. Bahkan, figur seperti Ferdi Sambo pun tak mau ketinggalan mengikuti tren kekinian ini dengan mengadaptasi gaya rambut mullet dalam sidang vonisnya.

Tak hanya Ferdi Sambo, gaya rambut mullet pun kini banyak dipilih generasi Z untuk tampil superb. Meski model rambut pendek di bagian samping dan depan, tetapi panjang di bagian belakang ini belakangan sedang disukai, namun dalam perjalanannya tren rambut ini timbul tenggelam. Di tahun 90an saja, gaya rambut mullet sempat menjadi model rambut yang dianggap kuno dan cupu.

Walau begitu, gaya rambut ini seakan menolak untuk pergi dan akan kembali lagi menjadi tren di kemudian hari, seperti saat ini contohnya. Sebelum menjadi bagian tren yang digandrungi anak-anak muda di berbeda dekade, mullet mempunyai sejarah yang panjang dan menarik untuk dikulik. CXO Media mencoba merangkumnya untukmu.

.Gaya rambut mullet/ Foto: Wikipedia

Lebih dari Sekadar Gaya Rambut

Jauh sebelum gaya rambut dengan perpaduan pendek-panjang ini populer di tahun 1980an, mullet sudah menjadi gaya rambut yang digunakan oleh para pemimpin sampai pemberontak yang paling dihormati. Dikutip dari History, rambut mullet pertama disebutkan oleh penyair Yunani kuno Homer dalam literatur The Iliad. Ia menggambarkan Abantes, sekelompok penombak yang berpenampilan rambut samping dipotong, rambut belakangnya tumbuh panjang.

Sementara, penulis Alan Henderson di bukunya yang berjudul Mullet Madness memaparkan bahwa bentuk rambut mullet ini dianggap praktis dan mudah beradaptasi di segala cuaca. Sehingga, tak mengherankan gaya rambut ini menjadi favorit selama berabad-abad, sebab mungkin rambut ini membantu menjaga leher mereka tetap hangat dan kering.

Namun bagi para tentara legiun Roma pada masa kuno, mullet sangat dibenci sebab rambut tersebut mirip seperti musuh mereka saat itu yakni prajurit Galia di Prancis dan suku Celtic di Inggris. Walau dibenci oleh tentara sendiri, tapi warga sipil Romawi justru menggemarinya karena dapat membuat mereka tampil edgy.

Berabad-abad kemudian, pada tahun 1800an di Amerika Barat, model mullet ternyata telah digunakan oleh suku asli Amerika. Tapi, potongan rambut ini bukan sekadar untuk gaya saja, melainkan memiliki makna tersendiri bagi suku mereka. Bahkan untuk memotong rambut mullet saja mereka harus melakukan ritual-ritual dulu.

Pria dari suku Nez Pierce akan dibimbing secara spiritual dalam menata rambut mereka yang dipotong rapat di bagian depan dengan poni runcing, ditambah dengan surai rambut bagai "air terjun" yang panjang di punggung mereka. Suku-suku lainnya pun juga menata rambut mereka dengan cara ini, sehingga penggambaran prajurit pribumi tersebar luas di kala itu.

.Rihanna dengan rambut mulletnya/ Foto: Teen Vogue

Simbol Kepopuleran hingga Jadi Cemoohan

Dahulu, mullet diadaptasi oleh pria sebagai pilihan gaya rambut mereka. Namun memasuki abad ke-20, tren rambut seperti ini mulai ditinggalkan oleh pria dan lebih banyak diadaptasi oleh gaya tradisional untuk perempuan. Namun semua itu berubah pada 1970an, ketika para entertainer mulai ingin tampil lebih berani hingga mendorong mereka dengan langkah ekstrem untuk aksi panggung mereka.

Adalah David Bowie, penyanyi nyentrik yang memulai kembali tren gaya rambut khas tersebut dan menjadi populer setelahnya. Popularitas Bowie menarik perhatian baru ke gaya mullet dan banyak diadaptasi oleh selebriti lainnya, seperti Mel Gibson, John Stamos, dan Richard Dean Anderson. Gaya ini bertahan hingga akhir 1980an.

Namun entah apa yang terjadi, pada pertengahan hingga akhir 1990an, gaya rambut mullet kehilangan daya tariknya dengan cepat. Bahkan gaya tersebut menjadi lelucon bagi sebagian orang, dan dikritik sebagai kesalahan mode yang serius. Rambut harus berlapis, dipotong, atau ditipiskan, tapi mullet terlihat seperti dua gaya yang tak teratur   panjang dan pendek yang tidak serasi.

Seiring dengan perkembangan gaya rambut saat itu, mullet menjadi bahan cemoohan, dan diejek karena dianggap tidak keren. Walaupun ada beberapa variasi mullet akan kembali lagi dan menjadi lebih modern, namun tetap saja stigma cupu yang terlanjur melekat satu dekade.

Tapi seperti yang saya bilang sebelumnya, gaya rambut ini sepertinya menolak untuk pergi dari deretan model yang akan kembali jadi tren. Pada tahun 2013 lalu, Rihanna mencoba menghadirkan comeback bagi mullet di pembukaan New York Fashion Week, Zendaya juga tampil di karpet merah Grammy 2016 dengan gaya mullet lebih halus.

Meskipun kini mullet menjadi tren di kalangan anak muda, beberapa penata rambut mengatakan bahwa mullet bukan untuk semua orang. Perlu keberanian untuk memakai rambut nyentrik ini dalam kehidupan sehari-hari. Nah, apakah kamu tertarik untuk mencoba potongan rambut ini?

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS