Menyelami dunia pekerjaan sudah pasti membuat kamu harus bergelut dengan berbagai deadline yang menanti setiap harinya. Saking banyaknya pekerjaan yang menumpuk, biasanya kamu mau tidak mau mengerjakan semuanya dalam mode kepepet. Namun anehnya, kita justru cenderung lebih mudah dan cepat dalam mengerjakan pekerjaan apabila berada dalam tekanan dan dikejar-kejar oleh waktu. Alhasil, tak heran apabila banyak orang yang lebih memilih untuk menunda pekerjaannya dan mulai untuk melakukannya ketika tenggat waktu kian mendekat.
Lalu, apakah the power of kepepet secara psikologis itu benar adanya?
Melansir Omescape, entah itu dorongan waktu atau pekerjaan yang kompetitif, ada alasan mengapa performa kinerja meningkat ketika berada di bawah tekanan. Hal ini disebabkan oleh sistem adrenalin. Ketika kita berada di dalam situasi tertekan, maka adrenalin dilepaskan begitu saja di dalam sistem tubuh. Adrenalin ini pun memiliki sejumlah efek peningkatan kinerja di mana fungsi kognitif lebih meningkat dan kita menjadi lebih mudah untuk memproses berbagai informasi.
Tidak hanya itu, otak pun akan bekerja lebih cepat untuk menghempaskan banyak oksigen ke sistem otot untuk memaksimalkan performa kerja. Tekanan atau pressure juga membuahkan sebuah urgensi yang membuat kita menjadi lebih fokus untuk menyelesaikan sesuatu serta memblokir berbagai pikiran lain yang biasa mengganggu.
Tekanan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan ini biasanya dilihat sebagai kemampuan seseorang pada level yang tinggi. Banyak lowongan pekerjaan yang memberikan requirement untuk para pelamar pekerjaan memiliki kemampuan dalam mengerjakan pekerjaannya di bawah pressure. Namun sedikit yang mereka ketahui bahwa membiarkan seseorang untuk selalu bekerja di bawah tekanan justru akan menghancurkan kesehatan mentalnya.
Berlawanan dengan apa yang kita yakini mengenai the power of kepepet, ketika seseorang diharuskan bekerja di bawah tekanan justru akan membuahkan output yang tidak maksimal. Hendrie Weisinger, penulis Performing under pressure, melakukan studi penelitian ekstensif untuk menyanggah mitos mengenai performa yang meningkat ketika berada di bawah tekanan. Psikolog menemukan bahwa tekanan membuat kita menjadi lebih buruk dan, terkadang, justru malah gagal dalam menyelesaikannya dengan baik. Hal ini dibuktikan dari hasil interview dengan 12.000 orang yang beberapa di antaranya adalah atlet Olympic, di mana bahkan orang-orang yang sukses pun juga akan mengalami kesulitan dan dapat gagal ketika diharuskan bekerja di bawah tekanan.
Terlalu tertekan oleh sebuah pekerjaan yang berada di luar kemampuan serta terkejar oleh waktu dapat membuat seseorang mengalami stress dan kondisi kecemasan. Sebuah riset yang dilakukan pada tahun 2021 di Amerika Serikat dengan tema "How often does your performance at work suffer due to challenges with anxiety, stress, or other performance-related mental health issues?" menghasilkan sebanyak 1 dari 4 orang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaannya karena stres, anxiety, dan tekanan pada lingkup kerja. Sebanyak 63% mengalami kesulitan perihal pressure paling tidak sekali dalam sebulan.
Tekanan yang terlalu besar tidak hanya dapat membuat seseorang menjadi lebih produktif, tetapi juga dapat membuat kita bertindak dengan cara yang tidak seharusnya. Dampak buruk dari pressure yang berlebihan ini justru dapat menurunkan kualitas output yang dilakukan, sehingga dapat membuat kita jadi terlihat di bawah kemampuan.
Meskipun secara psikologis memang bekerja di bawah tekanan secara terus menerus dapat membuat seseorang mengalami gangguan psikologis yang justru dapat mempengaruhi kinerja secara keseluruhan di kemudian hari. Maka dari itu, biasakanlah untuk tidak menunda pekerjaan dan meyakinkan diri dengan the power of kepepet karena hal ini hanya dapat membuat kamu merasakan stres, anxiety dan yang pada akhirnya justru hanya menghasilkan output yang tidak sebanding dengan kemampuan kamu sebenarnya.
(DIP/tim)