Di Indonesia, jalan raya bagaikan hutan rimba; siapa yang paling kuat, dialah yang berkuasa-atau lebih tepatnya merasa berkuasa-di jalanan. Pejalan kaki jelas menempati kasta terbawah, mereka bahkan tidak bisa menyeberang tanpa takut tertabrak kendaraan yang melaju kencang. Pengemudi mobil dan sepeda motor jelas menempati kasta teratas, mereka lebih punya privilege dibanding pengendara sepeda dan pejalan kaki. Tapi di semesta jalan raya yang semrawut ini, ada kelompok yang sama-sama menjadi musuh bersama, yaitu para pengendara yang arogan.
Nyaris semua orang pernah bertemu dengan pengendara arogan. Entah mengapa, mereka adalah pengguna jalan yang merasa paling gagah dan entitled. Tingkah laku mereka macam-macam, mulai dari menyerobot antrian kendaraan, mengklakson di tengah kemacetan, hingga berkendara secara ugal-ugalan. Arogansi jalanan ini kerap membuat pengguna jalan yang lain merasa resah dan tidak nyaman. Lebih parah lagi, arogansi ini bisa muncul dalam bentuk road rage yang meledak-ledak.
Kemarahan yang Meneror Pengendara Lain
Road rage adalah kemarahan tak terkendali dari seorang pengendara ke pengendara lainnya yang diekspresikan melalui perilaku agresif atau kasar. Contohnya, baru-baru ini di media sosial beredar sebuah video pengemudi Fortuner yang mengamuk di kawasan Senopati. Video tersebut diunggah oleh pengguna dengan username @ari295, pengendara Brio yang mobilnya dirusak dan menjadi korban dari amukan pengendara Fortuner.
Kronologinya, pengemudi Brio berpapasan dengan mobil Fortuner yang bergerak melawan arah di depan Office 8, Senopati. Ia pun memberikan isyarat berupa lampu dim agar diberi jalan oleh mobil Fortuner tersebut. Namun mobil Fortuner itu tidak mau memberi jalan, dan baru mau minggir setelah mengeluarkan kata-kata kasar. Tak berhenti di situ, pengemudi Fortuner turun dari mobilnya lalu merusak kaca bagian depan Brio dengan menggunakan airsoft gun. Pengemudi Fortuner itu kemudian masuk lagi ke dalam mobil dan menabrakan mobilnya ke body mobil Brio sebelum akhirnya pergi dari tempat itu.
Ini adalah kesekian kalinya pengguna mobil dengan body besar seperti Fortuner dan Pajero menunjukkan sikap marah yang tak terkendali sehingga merugikan pengguna jalan yang lain. Pada bulan Desember akhir tahun lalu, misalnya, seorang pengemudi Pajero menodongkan pisau ke arah pengendara lain di daerah Kelapa Gading. Pengemudi Pajero tersebut menodongkan senjata tajam lantaran tak diberi jalur untuk menyerobot antrian kendaraan.
Dua kasus di atas-yang terjadi dalam rentang waktu relatif singkat-membuktikan bahwa road rage adalah fenomena yang umum di Indonesia. Mereka tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tapi juga membahayakan pengendara lain. Apa yang sebenarnya menyebabkan para pengendara ini merasa berhak seenaknya sendiri di jalanan, bahkan hingga meneror pengendara lain dengan kemarahan yang meluap-luap?
Anger Issue yang Termanifestasi di Jalanan
Sebuah studi yang dilakukan oleh para psikolog di Amerika Serikat menemukan bahwa road rage cenderung dilakukan oleh kelompok demografi yang spesifik, yaitu laki-laki muda. Faktor yang mendorong mereka melakukan road rage bermacam-macam, mulai dari faktor psikologis seperti adanya kemarahan yang terpendam, hingga faktor lingkungan seperti kondisi jalan yang ramai dan kacau. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa setidaknya ada 4 karakteristik yang membedakan pengendara dengan tingkat kemarahan yang tinggi dengan pengendara lainnya:
Agresif dan hostile
Para pengendara ini adalah pengguna jalan yang paling tidak ramah. Mereka bisa saja dengan enteng menghina pengendara lain, atau kalau merasa tersinggung mereka tidak akan ragu untuk "membalas" dengan cara-cara yang kasar.
Suka mengambil risiko di jalanan
Sifat ugal-ugalan identik dengan para pengendara yang kerap meluapkan kemarahan di jalanan. Mereka kerap tak mempedulikan etika ataupun keselamatan pengendara lain. Misalnya dengan kebut-kebutan, terus-terusan berganti jalur, atau menerobos lampu merah.
Rentan mengalami kecelakaan
Akibat sifat mereka yang ugal-ugalan dan tidak memperhatikan keselamatan, secara otomatis para pengendara ini lebih rentan mengalami kecelakaan.
Marah setiap saat
Para pengendara yang kerap melakukan road rage adalah orang-orang yang mudah marah. Kemarahan ini bisa disebabkan oleh faktor yang bermacam-macam, bahkan mungkin tak berhubungan dengan kondisi di jalanan. Namun mereka melihat jalanan sebagai outlet untuk meluapkan kemarahan mereka, dan pengendara lain yang jadi korbannya.
Rasa marah memang mudah muncul di jalanan, apalagi ketika harus berkendara di jalanan yang semrawut seperti di Jakarta. Tapi, hal ini tak lantas menjadi pembenaran atas sikap arogan yang merugikan orang lain. Sikap seseorang ketika berkendara mencerminkan sikap mereka di kehidupan sehari-hari. Apabila mereka membahayakan pengendara di jalanan, bukan tak mungkin suatu saat mereka juga bisa melukai orang lain di lingkungan sekitar mereka. Lebih baik, para pengendara yang suka marah ini diwajibkan untuk mengikuti sesi terapi bersama psikolog, daripada mereka membahayakan orang lain.
(ANL/alm)