Kompetisi sepak bola terbesar di planet bumi, Piala Dunia 2022, akan segera bergulir. Tepatnya pada tanggal 20 November 2022 ini, 32 negara terkuat dari 5 benua siap memperebutkan trofi Jules Rimet di Qatar.
Selain menjadi Piala Dunia pertama yang digelar pada musim dingin, ajang pertama di Timur Tengah ini juga memunculkan sejumlah fenomena menarik. Mulai dari euforia event yang tidak lebih megah dari beberapa edisi sebelumnya; catatan pemain bintang yang disebut akan bersinar; hingga ramalan tensi pertandingan yang berjalan antiklimaks.
Berikut adalah rangkuman Tim CXO Media, seputar perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar yang akan segera dimulai.
Hype Piala Dunia 2022
Opening ceremony Piala Dunia 2022 diramaikan oleh sejumlah bintang besar seperti, Shakira, Dua Lipa, Nora Fatehi, Jungkook BTS, dan masih banyak lainnya. Akan tetapi, meski rencananya dibuka dengan megah, euforia kali ini malah lebih bernada riuh-rendah. Maksudnya, jika bicara soal hype hingga demam World Cup, kegirangan dunia terhadap pesta akbar sepak bola justru urung terjadi.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari waktu penyelenggaraan yang di luar kodrat—di tengah jadwal padat kompetisi antarklub—isu greenwashing yang menyeruak, sampai kemasan promosi: lagu dan maskot yang disebut kurang bersahabat. Sang maskot, La'eeb, sesosok animasi berbentuk kufiya atau berjubah putih lebih membuat banyak orang mengernyitkan dahi. Bahkan konyolnya, materi video promo piala dunia diparodikan sebagai iklan sarung dalam negeri.
Hal lainnya yang juga berpengaruh pada hype World Cup adalah akses terhadap konten hiburan yang semakin mudah. Di beberapa edisi sebelumnya, Piala Dunia pasti menjadi pusat perhatian karena media hiburan publik sebagian besar masih berpaku pada televisi. Namun di hari ini, televisi tidak lagi sedigdaya dahulu, dan tayangan Piala Dunia Qatar lebih dikuasai oleh layanan streaming berbayar.
Sejumlah Polemik di Qatar 2022
Beranjak dari hype Piala Dunia 2022 yang cukup rendah, pentas si kulit bundar ini juga tercoreng oleh isu kemanusiaan yang berkembang, di samping isu greenwashing yang memberatkan. Permasalahan yang terjadi saat pembangunan fasilitas Piala Dunia Qatar yang 'mewah', pada akhirnya membuat banyak orang memalingkan pandang dari ajang yang seharusnya ditunggu-tunggu dan dinikmati ini.
Di Indonesia, mungkin beberapa tempat komersial masih berencana menghelat acara nonton bareng. Tetapi di belahan dunia lainnya, misalnya di Prancis, sebagian besar rakyat yang merayakan kampiun pada tahun 2018 lalu, malah beramai-ramai memboikot Piala Dunia di Qatar, dan enggan mengadakan acara nonton bareng di ruang publik. Mereka memilih untuk bersimpati pada korban pekerja di Qatar yang mencapai ribuan orang, dan sampai saat ini belum mendapat keadilan.
Tak hanya itu, sedari awal Qatar ditunjuk sebagai tuan rumah, banyak yang mengatakan kalau hal ini bernada kontroversial. Lebih parahnya, penunjukan Qatar juga menyeret nama baik para petinggi FIFA di masa itu, seperti Sepp Blatter dan Michel Platini. Terakhir, Qatar yang masih mengedepankan hukum dan syariat Islam, juga menolak sejumlah hal lain, yang belakangan ditempelkan pada hajat sepak bola. Misalnya konsumsi minuman beralkohol, hingga isu LGBTQ+.
Prediksi Jalannya Turnamen
Selain berlangsung pada musim dingin, Piala Dunia 2022 di Qatar juga diprediksi berjalan dingin. Berbeda dengan penyelenggaraan yang lain sebelumnya, pesta 'si kulit bundar' tahun ini dipercaya berjalan antiklimaks. Walaupun sedikit bernada sentimen, sebenarnya hal ini cukup masuk akal. Terlebih lagi, jika kita melihat faktor cuaca, jarak, dan waktu penyelenggaraan.
Secara kondisi udara, musim dingin di Qatar sendiri memiliki rerata suhu 30 derajat celcius ke atas. Artinya, para pemain yang kebanyakan berlaga di Eropa, harus beradaptasi dengan cuaca terbatas di Qatar—dengan catatan, hal ini perlu dirampungkan dalam waktu yang singkat. Pada sisi jarak, Piala Dunia Qatar juga akan menjadi sangat melelahkan bagi para pemain; yang berada di belahan Asia, Amerika Selatan, juga Afrika, yang wajib menempuh total ratusan hingga ribuan kilometer sebelum bisa berlaga di Qatar.
Kemudian, rentang waktu yang tipis antara laga terakhir di level klub dengan laga pertama di Piala Dunia, juga mempengaruhi kesiapan performa pemain dan tim, yang cuma punya sedikit waktu bersiap sebelum turun ke lapangan. Lain dari edisi sebelumnya yang menyisakan jeda antara pertandingan level klub dengan laga internasional sekitar satu bulan, kali ini mereka cuma punya hitungan hari untuk memusatkan diri.
Alhasil, atraktivitas hingga intensitas permainan, seperti jumlah gol dapat terpengaruh secara signifikan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, Piala Dunia Qatar akan menjadi ajang dengan gol paling minim, karena tim-tim yang berlaga memilih cara instan—seperti bermain pragmatis—sesuai dengan jeda dan persiapan yang sama instannya. Hal-hal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi fitness dan mental para pemain, yang kebanyakan masih dalam situasi lelah, usai awal musim baru yang berat. Bahkan sejauh ini, sejumlah nama besar seperti Sadio Mane, Heung Min Son, sampai Nkuku, hampir dipastikan absen dari piala dunia karena diterpa cedera.
Siapa Calon Juara?
Beberapa media besar menyematkan gelar calon juara kepada dua raksasa asal Amerika Selatan: Argentina dan Brazil. Bahkan, pada simulasi game sepak bola terkemuka, Argentina disebut akan keluar sebagai kampiun, usai mengalahkan Selecao 1-0 di laga pamungkas. Sementara itu, situs perjudian sepak bola justru mendudukkan Brazil sebagai unggulan teratas, disusul Perancis, dan Argentina.
Sekurang-kurangnya, Piala Dunia kali ini masih akan didominasi oleh negara-negara Eropa yang menampung para pemain top seperti Jerman, Portugal, Prancis, atau Spanyol. Akan tetapi, jika melihat iklim hangat yang berada di Qatar, tim-tim militan dari Amerika Selatan menjadi lebih diuntungkan. Pun satu hal yang tidak boleh dilupa, spirit dan fisik kuat milik tim-tim dari Afrika juga siap menjadi kejutan, sambil menantikan daya ledak kontestan asal Asia, yang pada beberapa edisi terakhir muncul sebagai kuda hitam.
Jika berpegang pada pepatah "bola itu bundar," maka setiap tim yang berlaga di Piala Dunia 2022—termasuk tuan rumah sekaligus debutan, Qatar—memiliki kans yang sama untuk menjadi jawara. Akan tetapi, ternyata sepak bola tidak se-mengejutkan kisah Cinderella, juga tidak se-baku perhitungan di atas kertas. Artinya, kita yang menjadi saksi di piala dunia nanti hanya bisa menerka berdasarkan insting, ego, atau kesotoyan masing-masing untuk menduga-duga siapa yang keluar sebagai juara.
Pada sisi yang lain, Piala Dunia juga sering menaikkan nama beberapa pemain bintang. Di edisi lalu, Kylian Mbappe sukses bersinar bersama "Les Blues". Sementara pada edisi kali ini, sejumlah nama besar kembali disebut sebagai bintang utama yang akan tampil maksimal di Qatar. Mbappe sendiri kembali masuk bursa, bersandingan dengan dua koleganya di PSG, Messi & Neymar, yang juga diprediksi tampil prima di Qatar bersama negara masing-masing.
Di samping itu, para penembak jitu papan atas juga telah siap membredel gawang. Bukan tidak mungkin, "Wak Haji" Benzema, yang baru menerima Ballon d'Or, akan bersaing bersama bomber "The Three Lions", Harry Kane, dan Kapten Polandia, Robert Lewandowski di bursa top scorer.
***
Bola akan selamanya bundar. Itulah hal yang paling pasti dari gelaran Piala Dunia di Qatar. Jadi, meskipun sejauh ini impresi terhadap World Cup berkesan negatif, kita sendiri bisa tetap menikmatinya dengan cara-cara yang menyenangkan, tanpa merugikan orang lain. Misalnya, ikut bermain FIFA World Cup Fantasy berhadiah tiket final Piala Dunia, atau paling tidak, kita bisa iseng-iseng bermain undian tebak juara, dengan rekan sekantor atau teman sepermainan.
(RIA/tim)