Apabila kalian adalah penumpang setia KRL Commuterline, kalian pasti tahu betapa melelahkannya perjalanan yang ditempuh menggunakan kereta. Di jam-jam sibuk, para penumpang akan berlomba-lomba masuk gerbong agar kebagian tempat duduk. Maklum, sebagian besar penumpang adalah pekerja yang merasa lelah setelah seharian bekerja. Di dalam gerbong yang sesak dengan penumpang, tempat duduk adalah sebuah kemewahan. Sedangkan mereka yang tidak kebagian tempat duduk terpaksa harus menahan lelah dengan berdiri di sepanjang perjalanan.
Dengan kondisi seperti di atas, sekarang bayangkan apabila ada penumpang yang booking tempat duduk di kereta. Caranya, mereka menaruh tas di bangku sebelahnya agar bangku tersebut tidak ditempati oleh penumpang lain. Modus ini digunakan dalam rangka 'mengamankan' bangku tersebut untuk teman mereka yang baru akan masuk kereta di stasiun berikutnya. Para penumpang yang menyebalkan ini dikenal sebagai 'joki tas'.
Fenomena 'joki tas' ini beberapa kali viral di media sosial berkat unggahan dari warganet. Seorang pengguna dengan akun @icaraysha mengeluhkan ia bersama anaknya yang berumur 6 tahun tidak bisa duduk di bangku KRL jurusan Solo Balapan-Yogyakarta. Sebab ketika ia mau duduk, seorang penumpang mengatakan kursi tersebut sengaja dikosongkan untuk temannya yang nanti akan naik kereta. Penumpang tersebut juga menaruh barang dan tas belanjaan agar bangku tersebut tidak diduduki orang.
Selain di KRL Solo Balapan-Yogyakarta, 'joki tas' juga ditemukan di KA Komuter Lamongan-Pasar Turi Surabaya. Akun @infolamongan mengunggah video berisi keluhan penumpang di Instagram, yang menunjukkan beberapa 'joki tas' di kereta tersebut. Bahkan menurut penumpang tersebut, 'joki tas' ini hampir selalu ada di setiap hari Senin. Mereka menaruh tas di samping kursi yang kosong dengan alasan kursi tersebut sudah ada yang menempati. Sampai-sampai, banyak penumpang kereta yang sudah datang lebih awal tetap tidak kebagian tempat duduk.
Melansir Detik, Senior Manager Area VII Surabaya PT Kereta Commuter Indonesia membenarkan adanya 'joki tas' di kereta. Namun, ia sendiri baru mengetahui informasi tersebut setelah ada keluhan dari penumpang. Namun pihak KAI saat ini belum bisa menjatuhkan sanksi, karena belum ada aturan spesifik yang mengatur fenomena ini. Sehingga saat ini, langkah yang bisa diambil adalah melakukan evaluasi dan menggencarkan sosialisasi kepada para penumpang.
Meski demikian, tanpa ada aturan resmi pun para 'joki tas' ini seharusnya bisa mawas diri dan berempati kepada sesama penumpang. Berbeda dengan kereta jarak jauh, kereta komuter adalah transportasi publik yang tidak menerapkan sistem booking tempat duduk. Sehingga prinsipnya adalah siapa cepat dia dapat, kecuali bagi penumpang prioritas. Di KRL jelas-jelas sudah ada peraturan yang menetapkan siapa saja yang berhak didahulukan untuk mendapat tempat duduk; ibu hamil, orang dengan disabilitas, lansia, serta penumpang yang membawa anak kecil.
Para joki seharusnya sadar, tindakan mereka sangat meresahkan dan merugikan penumpang lain. Kalau ingin mendapat tempat duduk di kereta komuter yang ramai, cara satu-satunya adalah dengan datang lebih awal. Sedangkan apabila tidak mendapat tempat duduk, maka itu adalah keadaan yang seharusnya di-ikhlaskan saja. Para penumpang lain di kereta sama-sama ingin duduk, sama-sama ingin beristirahat di perjalanan. Kalau tidak ingin berbagi dengan penumpang lain, lebih baik para joki ini jalan kaki saja dan tidak usah naik kendaraan umum.
(ANL/alm)