Tak disangka kabar duka mengawali awal dan akhir bulan Oktober tahun ini dengan dua tragedi mematikan yang dilatarbelakangi oleh keadaan yang sama; crowd crush. Kejadian malang yang menimpa lebih dari seratus korban baik di Kanjuruhan maupun di Itaewon merupakan insiden katastropik yang dapat disebut sebagai crowd crush, yaitu kondisi di mana jumlah orang yang berada pada suatu ruang terbatas menjadi terlalu padat.
Saat kerumunan orang mencapai atau melebihi kepadatan empat hingga lima orang per meter persegi, tekanan pada masing-masing individu seperti dorongan kecil dapat menyebabkan kerumunan tersebut ambruk dengan sendirinya. Saat terjatuh di tengah kepadatan tersebut, sulit bagi mereka untuk kembali beranjak karena terbatasnya ruang; ini dapat menyebabkan asfiksia, ketidakmampuan seseorang untuk memperoleh oksigen yang cukup untuk jangka waktu panjang, sehingga menyebabkan kematian.
Lain halnya dengan stampede yang merupakan situasi saat sekelompok orang mendadak mulai berlari pada arah yang sama, khususnya karena tersulut untuk mencapai hal/tempat yang sama pada waktu yang sama. Stampede mengindikasi adanya ruang bagi orang untuk berlari, sementara hal itu tidak berlaku pada insiden Itaewon.
Lebih lanjut, crowd crush terjadi bukan karena adanya kepanikan dari orang-orang yang berada dalam kerumunan. Seperti dilansir dari The Washington Post, "People don't die because they panic. They panic because they're dying. As bodies fall over, as people fall on top of each other, people struggle to get up and you end up with arms and legs getting twisted together." Sehingga, penyebab kematian pun bukan dikarenakan terinjak, namun kekurangan oksigen.
Satu hal yang pasti, baik crowd crush maupun stampede umum terjadi di acara berskala besar seperti pertandingan olahraga, konser musik, perhelatan festival, hingga acara komersial, sosial, maupun keagamaan. Lantas, apa yang seharusnya dilakukan jika kita terjebak dalam kondisi tersebut?
Sadari tanda-tanda keramaian
Saat sedang mengunjungi suatu tempat dan mulai terjadi keramaian di luar batas wajar, segera hindari kerumunan dengan berpindah ke lingkungan yang lebih leluasa. Penting bagi kita untuk peka dengan kondisi sekitar, jangan sampai terlambat terjerumus ke dalam kerumunan yang padat dan membahayakan. Kalau masih ada waktu dan ruang untuk bergerak, maka segera pindah ke tempat yang lebih sepi dan kondusif jika memungkinkan.
Tetap berdiri
Meski tentu dapat memicu kekhawatiran, namun cobalah untuk tidak panik jika kamu menyadari bahwa kamu telah terlanjur terjebak dalam kerumunan massa. Sebisa mungkin, cobalah untuk tetap berdiri meskipun kaki sudah terasa sangat lelah. Jangan mencoba untuk berjongkok atau tidak sengaja terjatuh, karena pasti akan sulit untuk kembali berdiri dan dapat meningkatkan risiko untuk terinjak-injak oleh kerumunan. Selain itu, jangan meletakkan barang bawaan di tanah atau lantai karena hal ini dapat menghalangi alur mobilisasi hingga membahayakan keselamatan kamu maupun orang-orang lain di sekitar.
Ikuti arus dan jangan mendorong
Ketika sudah terjebak dalam kerumunan, penting untuk tetap mengikuti arus pergerakan massa. Melawan arus kerumunan bukanlah langkah yang tepat karena dapat membuat kamu terjatuh akibat terdorong oleh arus. Di tengah kepadatan seperti itu, semua orang akan bereaksi secara berantai, seperti saling mendorong. Agar tidak memperburuk situasi, hindari untuk saling dorong-mendorong karena hal itu dapat menyempitkan ruang untuk bernafas.
Hindari pembatas besar
Sebagian besar kasus kematian crowd crush terjadi di pembatas besar layaknya tembok atau dinding karena orang-orang terhimpit dan tidak ada jalan pilihan lain untuk keluar. Maka dari itu, penting untuk menghindari pembatas-pembatas serupa yang menghalangi pergerakan sebisa mungkin agar tidak terjebak dan berakhir fatal.
Pertahankan ruang di area sekitar dada
Penyebab utama kematian dalam crowd crush adalah kekurangan oksigen. Sehingga, penting untuk mempertahankan ruang yang cukup untuk bernapas setidaknya di bagian dada. Yang bisa dilakukan adalah meletakkan tangan di depan dada dan beri jarak setidaknya 1 cm. Meski demikian, jangan sampai langkah ini dijadikan alasan untuk saling mendorong.
Saling tolong menolong
Prioritas keselamatan kamu memang nomor satu, namun jika memungkinkan, janganlah segan untuk menolong orang lain. Hal ini dapat menjadi upaya dalam meminimalisir korban.
Seiring pandemi yang kian surut yang ditandai dengan diselenggarakannya kembali acara berskala besar, crowd control dari pihak berwenang pun wajib dikelola dengan baik dan benar agar terhindar dari insiden mengerikan yang dapat memakan banyak nyawa, seperti insiden Itaewon. Namun, mengenali ciri-ciri crowd crush serta cara untuk menyiasatinya juga merupakan sesuatu yang harus dipahami benar-benar agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terulang kembali.
(HAI/DIR)