Pakistan tengah dilanda bencana banjir terburuk sepanjang sejarah negara tersebut. Sepertiga wilayahnya terendam air, dan pemerintah Pakistan telah mengumumkan keadaan darurat nasional pada hari Jumat, 26 Agustus 2022. Besarnya skala banjir ini merupakan imbas dari hujan monsun dan melelehnya gletser di area pegunungan. Air dari sungai dan danau pun banyak yang meluap sehingga memperparah banjir yang terjadi. Diperkirakan 33 juta penduduk Pakistan terdampak akibat banjir ini.
Luas area yang terendam banjir diperkirakan mencapai 809.000 ha dengan ketinggian mencapai 3.4 meter. Banjir ini merendam jutaan rumah warga, ribuan sekolah, lahan pertanian, dan berbagai infrastruktur krusial lainnya. Dilansir CNN, total korban jiwa mencapai 1.282 orang dan kerugian akibat banjir ini ditaksir mencapai $10 miliar.
Selain itu, banjir ini juga berdampak terhadap ekonomi dan ketahanan pangan Pakistan. Pasalnya, sebagian besar lahan pertanian terdampak oleh banjir. Salah satu wilayah paling terdampak adalah Provinsi Sindh di bagian Selatan. Padahal, Provinsi Sindh merupakan pedesaan dan lahan pertanian. Berdasarkan tangkapan foto satelit, terlihat ladang pertanian di Provinsi Sindh seluas 100 km2 yang kini berubah menjadi danau raksasa.
Daratan Pakistan Berubah jadi Danau./ Foto: Planet Labs PBC via Reuters |
Menteri Perubahan Iklim, Sherry Rehman, mengatakan bahwa bencana banjir yang terjadi di Pakistan merupakan "krisis dengan skala yang tak pernah terbayangkan sebelumnya". Ia juga mengatakan bahwa negaranya kini seperti menjadi samudera kecil, tanpa adanya area kering untuk memompa air.
Krisis Iklim Jadi Penyebab Utama
Banjir dahsyat yang melanda Pakistan adalah setidaknya membuktikan dua hal. Pertama, krisis iklim adalah fenomena nyata yang semakin hari semakin memuncak. Kondisi geografis Pakistan membuat negara ini mengalami dua cuaca ekstrem, yaitu kemarau yang menyebabkan kekeringan serta hujan monsun yang kerap membuat Sungai Indus meluap. Meski hujan monsun adalah fenomena tahunan, tapi curah hujan tahun ini lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, melelehnya gletser di pegunungan merupakan imbas dari temperatur bumi yang semakin meningkat.
Kedua, fenomena ini juga menjadi bukti adanya ketidakadilan global dalam dampak krisis iklim. Kontribusi emisi gas rumah kaca Pakistan secara global tidak mencapai 1 persen, tapi Pakistan merupakan negara ke-8 dengan risiko krisis iklim tertinggi. Kondisi geografis, ekonomi, dan sosial Pakistan membuatnya menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak dari krisis iklim.
Meski pemerintah Pakistan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah mencoba untuk meminimalisir risiko dengan memasang early-warning system dan meningkatkan infrastruktur tahan bencana, tapi besarnya dampak dari krisis iklim nyatanya membuat bencana tetap sulit untuk diatasi. Pakar Iklim Fahad Saeed mengatakan, negara kaya sekalipun akan sulit untuk menghadapi bencana sebesar ini. Dengan demikian, mitigasi krisis iklim pun menjadi semakin genting untuk direalisasikan.