Hemp mungkin merupakan salah satu alasan: mengapa tanaman ganja kembali mendapatkan kesempatan untuk dimanfaatkan masyarakat. Meski memiliki kemiripan bentuk hingga zat yang terkandung di dalamnya dengan ganja jenis lain, hemp (Cannabis sativa L.) dianggap spesial karena mengandung lebih banyak cannabinoid di dalamnya.
Cannabinoid (CBD) sendiri merupakan senyawa andalan yang dihasilkan oleh hemp. Sementara senyawa tetrahydrocannabinol (THC), yang biasa dominan pada tanaman ganja lainnya (sekitar 15%), hanya ditemukan sekitar sebesar 0.5% di dalam hemp.
CBD dan THC sendiri memang merupakan dua senyawa yang terkandung di dalam tanaman ganja. Sejatinya, dua zat ini sama-sama bermanfaat bagi manusia, namun bedanya, CBD lebih mampu dimanfaatkan manusia untuk berbagai hal terutama bagi sektor industri dan pengobatan, sementara THC lebih berfungsi sebagai pemberi efek "high".
Popularitas hemp memang terus meroket, terutama sejak tanaman ganja digugurkan dari golongan narkotika tidak bermanfaat oleh WHO dan juga negara-negara lain di dunia. Sementara di Indonesia, perjuangan Ibu Santi yang memperjuangkan legalisasi ganja untuk kebutuhan medis Bulan Juni kemarin, meninggikan kesadaran manfaat hemp juga ganja secara menyeluruh.
Secara lebih khusus, hemp merupakan ganja dengan kandungan psikoaktif minim namun berpotensi memberi manfaat maksimal bagi manusia. Sedari akar, batang, biji, bunga, hingga penghujung daun pada tanaman hemp, semuanya bisa dimanfaatkan dengan baik untuk berbagai kebutuhan.
Hemp: Bahan Baku bagi Banyak Hal
Hemp menyodorkan banyak bukti bahwa tanaman ganja memang benar-benar bermanfaat dan pantas dimanfaatkan. Klaim ini tentu tidak tercetus atas dasar asumsi semata namun didukung oleh banyak penelitian. Pun secara gamblang, hemp telah dimanfaatkan oleh negara-negara lain yang telah mengolah ganja sebagai komoditi.
Menurut livescience, hemp tidak lebih berguna sebagai pembuat teler daripada bermanfaat untuk multi-aspek dalam kehidupan. Yang pertama dan paling utama, adalah manfaat hemp bagi dunia medis, di mana menurut National Center for Biotechnology Information, CBD dalam hemp telah terbukti membantu dalam artritis yang diinduksi kolagen murine, juga mampu membantu penyakit lain seperti masalah kelenjar getah bening, hingga epilepsi. Bahkan pada kasus cerebral palsy yang dialami Pita (anak dari Ibu Santi), CBD pada ganja juga berperan sebagai pereda kejang yang ampuh dan minim efek samping.
Selanjutnya, hemp dan kandungan CBD di dalamnya merupakan tanaman ramah guna bagi kebutuhan industrial. Misalnya, menjadi bahan baku untuk membangun rumah tinggal yang nyaman dan aman, menjadi bahan baku plastik yang lebih efisien dan dapat didaur ulang, menjadi produk kecantikan yang efektif, berfungsi sebagai alternatif bahan baku sandang berkualitas, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bensin atau bahan bakar alternatif yang tentunya ramah lingkungan.
Barusan, hanyalah sedikit dari melimpahnya manfaat hemp yang telah terbuktikan. Tak heran, tanaman endemik Indonesia satu ini menjadi primadona baru bagi dunia meskipun masih dianggap "haram" secara hukum di Indonesia berdasarkan sebuah undang-undang usang yang terilhami aturan tahun 60-an keluaran PBB yang kini sudah disesuaikan.
Di Indonesia sendiri, paparan mengenai manfaat ganja secara ilmiah masih terus dibatasi. Sementara buku pertama yang menerangkan manfaat ganja di Indonesia diproduksi oleh rekan-rekan Lingkar Ganja Nasional (LGN), organisasi nirlaba asal Indonesia yang fokus mendorong pemanfaatan ganja di dalam naskah setebal 350 halaman dengan judul 'Hikayat Pohon Ganja: 12000 Tahun Menyuburkan Peradaban Manusia' yang terbit pertama 2011 lalu.
Dalam buku tersebut, dibahas bagaimana ganja ditemukan di seluruh dunia, termasuk di berbagai wilayah Nusantara; juga membahas tentang manfaatnya secara maksimal, seperti digunakan sebagai penunjang ritual, bahan obat-obatan, bahkan penambah tenaga di berbagai belahan dunia, mulai dari China, Persia, India, Jepang, Yunani, Romawi; dan masih banyak lagi.
Sementara lain, di saat ganja telah diteliti dan dibudidayakan secara serius oleh negara-negara lain di dunia untuk kebutuhan industri sandang, pangan, maupun papan, Pemerintah Indonesia masih keukeuh dan ngeyel untuk memerangi ganja secara membabi buta. Pada akhirnya, dengan naiknya manfaat ganja ke permukaan dan banyaknya gugatan soal ganja di Tanah Air, akankah Indonesia segera melegalisasi ganja untuk kebutuhan yang disesuaikan?