Di era ini, platform media sosial merupakan jendela untuk mengekspresikan diri, mendapatkan informasi, maupun menjalin komunikasi dengan orang-orang dari beragam latar belakang. Namun, selama 5 tahun ke belakang, media sosial telah menjadi salah satu metode non-konvensional untuk menghasilkan uang. Dengan maraknya pengguna platform seperti TikTok, Twitter, Instagram, dan YouTube, terutama di kalangan anak muda-tidak jarang untuk menemukan pengguna yang memiliki konten menarik dan menonjol, sehingga mereka pun memiliki banyak pengikut. Lambat laun, label seperti 'influencer', 'selebgram', 'selebtok' mulai dikenal dan dilontarkan di perkumpulan sosial.
Hal ini dikarenakan, semakin banyak eksposur dan pengikut yang didapat, semakin banyak pula kesempatan untuk brand menawarkan kerjasama yang ditujukan untuk mempromosikan barang atau jasa mereka melalui figur 'influencer' tersebut. Sehingga, mengejar mimpi untuk menjadi seorang influencer adalah hal yang lazim di kalangan Generasi Z, terutama bagi mereka yang memiliki ketertarikan dalam membuat konten.
Mengetahui fakta tersebut, beberapa universitas di Amerika Serikat seperti Duke University di North Carolina membuka kelas dengan mata kuliah TikTok untuk membantu para mahasiswa mengembangkan personal brand mereka. Mahasiswa diberikan tugas untuk membuat video yang terinspirasi dari tren-tren TikTok, lalu menunjukkan hasil video kepada teman-teman sekelas untuk dianalisa.
Ilustrasi TikTok/ Foto: Cottonbro - Pexels |
Mahasiswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi mengenai target audiens ataupun performa video secara analitis. Selama mata kuliah berlangsung, mahasiswa diperbolehkan untuk membuat video TikTok ataupun mencoba untuk berkomunikasi dengan brand. Selain itu, mata kuliah ini juga mengajarkan cara bernegosiasi dengan brand terkait nilai jual mereka.
Salah satu mahasiswi di Duke University yang mengikuti kelas ini, Natalia Hauser, berhasil mendapatkan 12.000 pengikut selama satu semester dan menghasilkan uang berkisar di antara USD 1,000 dan USD 7,000 selama satu bulan dari hasil kerjasama dengan brand-brand seperti Barnes & Noble, Macy's, Canon, dan Pepsi.
Pada akhirnya, media sosial telah membuka jalan bagi jenjang karir yang baru di era ini dan untuk merespons akan hal itu, institusi pendidikan memfasilitasi mereka yang memang mengejar kesuksesan dalam dunia digital melalui content making. Hal ini sebenarnya mirip dengan konsep mata kuliah digital marketing dan komunikasi yang juga menjadi ilmu yang esensial bagi mereka yang tertarik untuk terjun dalam jenjang karir tersebut.
Would you enroll on this class?
(HAI/DIR)