Wisata dan olahraga, merupakan dua hal yang sedikit berbeda namun sangat mungkin untuk disatupadukan. Persatuan dua daya tarik kehidupan tersebut pun kini dikenal dengan istilah pariwisata olahraga atau sport tourism, yang menjadi titik temu antara aktivitas olahraga dengan daya tarik wisata pada suatu wilayah baik pada giat wisata berbasis alam, budaya, hingga acara, yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai upaya pemaksimalan sektor pariwisata.
Mengenal Sport Tourism
Banyak negara di dunia yang telah memanfaatkan model pariwisata ini, dan meraup keuntungan fantastis dari penerapannya. Beberapa contohnya yang paling ikonik adalah wisata ski di pegunungan bersalju Swiss, atau event olahraga besar seperti balap sepeda Internasional Tour de France di Prancis. Selain itu, kita juga bisa menikmati ajang otomotif di tengah gurun seperti Rally Dakar, hingga event empat tahunan olahraga yang dilangsungkan secara bergilir, seperti ajang FIFA World Cup dan The Olympics.
Sejatinya, perpaduan antara pariwisata dan olahraga ini memang telah berkembang sedari dulu dan telah membangkitkan industri potensial dari sektor pariwisata olahraga. Oleh karena itu, beberapa negara di dunia bahkan memanfaatkannya sebagai salah satu daya tarik utama pariwisata mereka. Sedangkan di Indonesia sendiri, keberkembangan industri sport tourism sebenarnya sudah terlihat sejak beberapa masa silam. Hanya saja, pada penerapan dan pemanfaatannya, pariwisata olahraga di Indonesia masih jauh dari kata optimal.
Ilustrasi olimpiade/ Foto: Pixabay |
Sebagai negara dengan bentang alam yang indah dan beraneka ragam, seharusnya model pariwisata olahraga ini menjadi andalan utama pariwisata kita. Sebab secara faktor sumber daya alam saja, Indonesia terbukti mempunyai potensi mumpuni dengan kualitas yang sangat tinggi. Dari area laut atau pantai misalnya, terdapat banyak potensi pariwisata olahraga yang bisa dilangsungkan. Contohnya seperti yang sudah berlangsung di taman laut Bunaken, Sulawesi Utara; wisata keindahan gugusan pulau di Raja Ampat, hingga menawannya pantai-pantai sepanjang Jawa hingga Bali, dan masih banyak lainnya untuk dimaksimalkan.
Ditambah lagi, wisata daerah pegunungan yang juga tersedia di Indonesia. Berjejernya sederetan gunung menjulang sepanjang Sabang sampai Merauke, secara gamblang menyiratkan suatu keeksotisan alam dari negeri ini, yang akan sangat berguna untuk sektor pariwisata olahraga. Contohnya dengan hiking ke puncak-puncak gunung, ajang mountain trail running yang bisa dihelat, hingga olahraga aerial yang bisa dilakukan dari dataran tinggi.
Sepaket sumber daya alam barusan, tentunya bisa dimanfaatkan secara serius untuk keberkembangan sektor industri pariwisata olahraga di Indonesia. Dari sana, terdapat peluang emas bagi pendapatan negara hanya dari sektor pariwisata saja. Apabila hal-hal tersebut dapat dioptimalisasi secara bijak dan efektif, maka bukan tidak mungkin, Indonesia akan menjadi negara dengan pariwisata olahraga terbesar di dunia.
Selain memanfaatkan daya tarik alam, Indonesia juga bisa mengandalkan sport tourism lewat penyelenggaraan event-event olahraga berskala besar. Bukan rahasia lagi, perihal antusiasme dalam bidang olahraga, masyarakat Indonesia adalah yang terdepan. Sementara sikap ramah masyarakat yang telah dikenal dunia, otomatis semakin melebarkan peluang suksesnya perhelatan olahraga internasional di Tanah Air, dan dapat mendatangkan banyak wisatawan dunia. Bahkan, lewat beberapa event terdahulu, kita telah membuktikan jika kita sanggup dan mampu menjadi tuan rumah yang baik, nyaman dan meriah, sebagaimana yang terjadi pada ajang Asian Games 2018 lalu, ajang bulutangkis dunia tahunan, hingga gelaran MotoGP yang baru saja berlangsung di Mandalika, Lombok, awal tahun ini.
Downhill / Foto: Pixabay |
Jenis Sport Tourism yang Bisa Dilangsungkan di Indonesia
Secara spesifik, sport tourism dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu berbasis peserta; berbasis acara; dan berbasis geografis. Sport Tourism berbasis peserta sendiri, terbagi menjadi dua, yakni active sport tourism dan passive sport tourism. Active sport tourism diartikan sebagai prosesi wisata dalam rangka mengikuti ajang olahraga kolektif. Contohnya tim olahraga atau atlet-atlet dunia, yang berkunjung ke Indonesia untuk berkompetisi, seperti pembalap MotoGP pada GP Mandalika 2022 lalu. Sedangkan passive sport tourism, lebih diartikan sebagai suatu kunjungan wisata yang dilakukan para penonton atau penggemar ke suatu wilayah.
Selanjutnya, pada sport tourism berbasis acara, terdapat dua klasifikasi di dalamnya. Yaitu hard sport tourism, yang terjadi pada penyelenggaraan ajang olahraga akbar dunia internasional seperti Asian Games, ajang Olimpiade, Piala Dunia sepak bola, dan lain sebagainya. Juga soft sport tourism, yang terjadi saat ajang olahraga yang bersifat tren atau gaya hidup dilangsungkan di suatu wilayah, misalnya kegiatan touring sepeda road bike, atau melakukan lari maraton di perkotaan.
Jenis sport tourism yang terakhir, berbasiskan geografis atau wilayah alam. Jenis ini dibagi menjadi empat, yakni marine atau perairan, winter yang berlangsung di latar wilayah bersalju, terrain atau pariwisata olahraga di kontur lanskap (dataran tinggi), dan city sport tourism yang terjadi di fasilitas olahraga perkotaan.
Ilustrasi city sport/ Foto: Genaro Servín - Pexels |
Dari beberapa jenis sport tourism yang dijelaskan di atas, semuanya sangat mungkin untuk dilangsungkan di Indonesia, kecuali winter sport tourism yang hanya bisa ditemui di puncak gunung Jaya Wijaya, Papua. Jadi secara keseluruhan, Indonesia terbilang sangat berpotensi untuk tampil sebagai tuan rumah sport tourism dunia. Salah satu yang utama adalah sport tourism berbasis alam laut. Sebagai negara dengan garis laut terpanjang di dunia, tentunya aspek ini sangat mungkin dihelat di Indonesia secara optimal.
Selain menjadi rumah bagi marine sport tourism dunia, Indonesia juga berpotensi menarik para wisatawan olahraga berbasis terrain atau wisata olahraga di alam lanskap. Dengan kontur wilayah yang dipenuhi gunung dan bukit serta udara nan segar, kegiatan hiking; panjat tebing, yoga di alam terbuka, marathon di dataran tinggi, hingga triathlon, sangatlah mungkin dimaksimalkan sebagai daya tarik lain pada sport tourism kita.
Di samping itu, penyelenggaraan event kelas dunia yang mungkin diagendakan berlangsung di Indonesia juga tidak boleh luput dari perhatian. Seperti ajang balap sepeda Tour de Singkarak; kejuaraan dunia papan selancar Bali World Surf League World Tour; Sail Sabang; balap lari maraton di dataran tinggi Borobudur Marathon, Piala Dunia Sepak Bola U-23 dan Formula E di Jakarta, hingga event-event olahraga lainnya, tentu dapat pula diandalkan sebagai lahan sport tourism di Indonesia.
Mandalika/ Foto: Twitter.com/@MotoGP |
Sebab sebagaimana yang kita tahu, ajang olahraga di Indonesia selalu mendapat animo tinggi dari masyarakat dunia, karena atmosfernya yang intens dan penuh keseruan. Contohnya keberhasilan ajang MotoGP Mandalika awal tahun ini di Lombok, atau meriahnya kejuaraan Bulutangkis Dunia setiap digelar di Indonesia.
Sejalan dengan fakta dan potensi sport tourism di Indonesia yang bisa terlihat, rasanya sudah waktunya bagi kita untuk berfokus mengembangkan sektor pariwisata olahraga sebagai jagoan baru yang dapat mendongkrak perekonomian. Apalagi menurut Organisasi Pariwisata Dunia atau United Nation World Tourism Organization (UNWTO), wisata olahraga disebut sebagai sektor tourism yang paling meningkat signifikan dalam beberapa waktu ke belakang.
(RIA/MEL)