Maudy Ayunda baru saja dipilih oleh pemerintah Indonesia sebagai juru bicara untuk Presidensi G20. Sebagai figur publik dari generasi milenial, Maudy dipercaya bisa menjangkau masyarakat luas terutama generasi muda. Latar belakang pendidikan dan penguasaan bahasa juga menjadi salah satu pertimbangan dipilihnya Maudy sebagai juru bicara. Nantinya, Maudy bertugas untuk menyampaikan segala macam informasi mengenai penyelenggaraan G20 baik agenda-agenda pertemuan dan substansi dari pembahasan di forum ini.
Dengan dipilihnya Maudy Ayunda sebagai juru bicara, isu-isu yang dibahas dalam penyelenggaraan G20 kali ini diharapkan bisa menjangkau generasi muda. G20 sendiri merupakan forum internasional yang fokus membahas ekonomi dunia. Anggotanya terdiri dari 19 negara dan 1 kawasan, yaitu Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Republik Rakyat Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Indonesia sendiri merupakan negara Asia Tenggara satu-satunya yang menjadi anggota G20 dan tahun ini memegang posisi sebagai ketua atau presidensi. Presidensi Indonesia berlangsung selama satu tahun, mulai dari 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Pada bulan November nanti, Konferensi Tingkat Tinggi G20 akan diselenggarakan di Bali.
Indonesia mengusung semangat pulih bersama dengan tema "Recover Together, Recover Stronger". Inklusivitas menjadi prinsip dasar yang dipegang oleh Indonesia dalam penyelenggaraan G20 kali ini, sebab pemulihan ekonomi dunia harus bisa merangkul semua kelompok, termasuk negara-negara yang berada di luar keanggotaan G20. Indonesia pun turut mengundang negara-negara berkembang lainnya untuk hadir dalam konferensi, beberapa di antaranya yaitu Spanyol, Ketua Uni Afrika, Persatuan Emirat Arab, dan Ketua The Caribbean Community.
Ada tiga topik utama yang akan dibahas di G20 tahun ini, yaitu arsitektur kesehatan global, energi berkelanjutan, dan transformasi digital. Tentunya, ketiga isu ini sangat relevan bagi generasi muda, terutama isu energi terbarukan dan transformasi digital. Seperti yang kita ketahui, anak muda menjadi salah satu kelompok yang paling vokal dalam menyuarakan isu lingkungan dan perubahan iklim. Tentunya, ekonomi menjadi salah satu hambatan terbesar dalam mengatasi perubahan iklim. Oleh karena itu, pembahasan mengenai transisi menuju energi terbarukan menjadi agenda yang patut dikawal oleh kaum muda.
Kemudian perihal transformasi digital, anak muda dipandang sebagai salah satu aktor penting dalam penggunaan dan inovasi teknologi digital. Di era digitalisasi ini, hampir semua populasi anak muda pasti bersinggungan dengan teknologi digital. Bahkan ekonomi pun tak bisa dipisahkan dari digitalisasi. Sehingga, pembahasan mengenai transformasi digital ini sangat perlu melibatkan perspektif anak muda.
Di luar tiga topik di atas, anak muda juga terlibat dalam Youth20 atau Y20-forum yang dikhususkan untuk delegasi muda dari perwakilan negara-negara. Y20 yang diselenggarakan oleh Indonesian Youth Diplomacy ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi pemuda dari seluruh dunia untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran. Nantinya, Y20 akan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang akan diserahkan kepada ketua G20 yaitu Presiden Joko Widodo.
Anak muda memang diberi ruang dalam G20, tapi sampai sejauh apa mereka dilibatkan dalam ruang tersebut? Melihat G20 adalah forum internasional yang mendapat sorotan dunia, momentum ini bisa menjadi kesempatan besar agar suara-suara anak muda didengarkan. Maka dari itu, sudah sepatutnya penyelenggaraan ini kita kawal sampai akhir.
(ANL/MEL)