Insight | General Knowledge

Mempertanyakan Maraknya Wajah Korea Sebagai Brand Ambassador Brand Lokal

Senin, 21 Mar 2022 12:00 WIB
Mempertanyakan Maraknya Wajah Korea Sebagai Brand Ambassador Brand Lokal
Foto: Somethinc
Jakarta -

Memang tidak bisa dimungkiri bahwa entertainment Korea Selatan sedang menunggangi trend global selama 2 tahun ke belakang. Dimulai dari K-pop yang berlanjut ke K-drama, membuat gelombang Korea memiliki spotlight spesial khususnya di Indonesia. Berangkat dari kepopuleran Korea di ranah masyarakat Indonesia, merek-merek lokal mulai menggandeng mereka sebagai wajah brand-nya.

Mungkin hal ini mudah dilihat dengan iklan-iklan di TV atau media sosial yang bermunculan, seperti tagline "jinjja pedas" yang diserukan oleh Siwon Super Junior untuk Mie Sedaap. Dilanjut oleh fenomena yang cukup menggemparkan adalah grup BTS yang ditunjuk sebagai brand ambassador (BA) untuk platform marketplace Tokopedia.

Hingga saat ini, tidak jarang perusahaan commerce besar maupun brand karya anak bangsa yang turut mengikuti huru hara ini. Dari brand perawatan kulit hingga startup finansial, mereka semua menggait artis ternama Korea yang sedang naik daun sebagai bentuk branding. Lihat saja, SOMETHINC dengan Han So Hee dan NCT Dream, Scarlett Whitening dengan Song Jong Ki dan grup Twice, maupun MS Glow dengan Cha Eun Woo, dan masih banyak lagi.

Dalam kultur Korea, kulit putih menjadi standar kecantikan. Sehingga, terdapat pertanyaan yang terlintas mengenai fenomena ini terkait dengan beauty standard. Kulit eksotis yang dimiliki sebagian besar orang Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi brand lokal untuk menghadirkan deretan produk yang dapat menyesuaikan warna kulit masyarakat Indonesia. Hal ini telah beberapa kali disampaikan oleh beauty influencer dengan kulit eksotis seperti Ririe Prams, Liv Junkie, Rachel Goddard ataupun Shallow Stuff, dan banyak lagi.

Sehingga, apakah BA dengan wajah Korea justru menepis perjuangan tentang standar kecantikan yang tidak melulu soal kulit putih merona? Secara, kulit orang Asia khususnya di Indonesia tidak hanya putih, namun juga kebanyakan berwarna kuning langsat ataupun sawo matang.

Di satu sisi, selain entertainment, lifestyle ala Korea juga menjadi sorotan publik seperti misalnya 10 steps Korean skincare routine, Korean fashion, mukbang, dan lainnya. Hal ini sangat berpengaruh pada minat masyarakat tentang kultur Korea Selatan. Momentum ini pun memunculkan kesempatan bisnis dan diperalat dengan baik oleh brand-brand lokal.

Namun, selain ketenaran, sebenarnya adakah motivasi lain dibalik fenomena brand lokal yang marak menggunakan wajah artis Korea Selatan sebagai BA, terutama pada brand yang sebenarnya tidak memiliki relevansi khusus dengan si artis? Semisalnya, Luwak White Coffee, kopi spesial yang berasal dari keunikan fauna Indonesia yang brand-nya malah menyorot wajah mempesona Lee Min Ho? Apa yang sebenarnya ingin ditonjolkan?

Benar faktanya bahwa Indonesia memiliki bargaining power akibat tingginya antusiasme dan ketertarikan dengan budaya Korea sejak dulu. Hebohnya demam Korea memang memunculkan antusiasme tersendiri, namun perlukah hal ini berlanjut? Mungkin saja, fenomena ini sebenarnya kembali lagi ke taktik pemasaran yang dilangsungkan oleh brand-brand di Indonesia. Karena meskipun mereka menyajikan konten baru yang mudah diakses seperti performa musik, sesi tanya jawab, dan konten seru lainnya, ini bukan murni bertujuan untuk memfasilitasi penggemar. Bisnis adalah bisnis, dan Indonesia, paling gancang perihal latah.

[Gambas:Audio CXO]



(HAI/MEL)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS