Akhir pekan lalu (5/3/2022), warganet diramaikan dengan pemberitaan mengenai Warkop NYC, sebuah warung yang menyajikan seduhan Indomie di kota New York, Amerika Serikat, layaknya warkop-warkop yang sering kita temui di tiap sudut kota di Indonesia. Berbeda dengan warkop di Tanah Air yang harga semangkuk Indomie berkisar Rp 12.000, semangkuk mi di Warkop NYC dibanderol seharga USD 3 atau sekitar Rp 43.000. Mungkin bagi kita, harga tersebut tidak masuk akal, namun bagi warga New York, harga tersebut terbilang murah untuk makanan. Jelas menghangatkan rasanya, ada secuil Nusantara di belahan dunia lainnya, apalagi bagi penduduk Indonesia diaspora di sekitarnya.
Tapi bukan Indonesia bila pemberitaan ini menjadi perbincangan di ranah digital. Meski cukup disorot, bukan pujian yang dilayangkan melainkan nyinyiran, yang entah sejak kapan budaya nyinyir ini semakin mengakar dalam kebiasaan berinternet orang Indonesia. Mulai dari sindiran harganya terbilang mahal jika dipandang dari kacamata ekonomi Indonesia, warkopnya dianggap terlalu bersih dan kurang mencerminkan warkop di Indonesia, menyayangkan kenapa harus Indomie dan bukan makanan lainnya, dan masih banyak lagi.
Tapi di sisi lain, tidak sedikit juga yang mengacungkan jempol kepada usaha Warkop NYC ini. Selain semakin memperkenalkan Indomie, warung makan ini juga memperkenalkan budaya dan pengalaman warkop yang sangat khas Indonesia ke kancah internasional. Menanggapi Warkop NYC, penduduk kota New York yang amat beragam pun berbondong-bondong mampir dan menunjukkan antusiasmenya.
New Yorkers di Warkop NYC/ Foto: Omar Karim Prawiranegara |
Dalam bincang-bincang santai CXO Media dengan Omar Karim Prawiranegara, selaku inisiator Warkop NYC, ia menyatakan bahwa kedai makanan ini cocok dengan karakter kota New York yang beragam dan tidak pernah tidur. Sebab menurutnya, warkop itu sendiri sejatinya adalah sebuah tempat bagi siapa saja.
Ada banyak sekali budaya Indonesia yang bisa diperkenalkan selain batik dan wayang. Oleh karena itulah Omar berinisiatif untuk membuka Warkop NYC, agar dapat menjadi sebuah social hub bagi orang-orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Omar juga memajang karya-karya seni teman-teman Indonesia sebagai salah satu bentuk upaya untuk mengenalkan Indonesia lebih jauh lagi.
Menurut Omar, Warkop NYC mendapatkan tanggapan positif dari penduduk setempat. "New Yorkers bilang warkop ini easy bite. Mereka juga request untuk buka sampai larut, karena bisa dijadikan tempat untuk nongkrong setelah party, apalagi karena harganya yang murah," jelas Omar dalam perbincangan santai dengan CXO Media via WhatsApp.
Warkop NYC/ Foto: Omar Karim Prawiranegara |
Memang agak ironis kalau dipikir-pikir. Ketika warga New York banyak yang mampir dan mengapresiasi kehadiran Warkop NYC, orang Indonesia sendiri justru memberikan cibiran. Bukankah itu sesuatu yang sering kita impikan; merantau ke negara lain dan mengenalkan makanan Indonesia yang selalu kita jagokan ke dunia? Menanggapi cibiran tersebut, Omar menjawab, "Gue enggak peduli sama cibiran bangsa sendiri, karena kalau sukses, mereka pasti ikut tepuk tangan. They don't do anything though. But we are."