Insight | General Knowledge

Kala Sindir-Menyindir di Media Sosial Menjadi Kewajaran

Selasa, 01 Mar 2022 18:00 WIB
Kala Sindir-Menyindir di Media Sosial Menjadi Kewajaran
Ilustrasi menyindir ke media sosial Foto: Mikoto Raw Photography/Pexels
Jakarta -

Dulu, saat saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Twitter yang kala itu baru naik daun akhirnya menjadi tempat bermain sepulang sekolah. Tak jarang ketika perselisihan meletus, media sosial menjadi opsi utama untuk meluapkan emosi. Nyaris setiap hari timeline saya dipenuhi dengan drama remaja puber; mulai dari sindir-sindiran, hingga konfrontasi secara terang-terangan. Kebiasaan ini masih tumbuh subur di masa sekarang, bahkan termasuk juga di kalangan selebriti.

Misalnya, kemarin saja rapper Kanye West menyindir Billie Eilish melalui akun Instagram-nya. Ia menuding Billie menyindir temannya, Travis Scott, ketika Billie sedang tampil di sebuah konser. Kanye meminta Billie untuk meminta maaf kepada Travis, dan mengancam tidak akan tampil di Coachella apabila Billie tidak mau minta maaf. Kanye dan Billie bukan satu-satunya kasus selebriti yang terang-terangan menyindir satu sama lain di media sosial.

Sindir-sindiran di kalangan selebriti ini membuktikan, bahwa jumlah followers yang banyak tidak menghalangi para figur publik ini untuk saling menyindir hingga bertengkar di ruang publik. Tak hanya Kanye, sindir-menyindir juga pernah terjadi antara mantan presiden AS Donald Trump dengan aktivis iklim Greta Thunberg. Setelah Greta diumumkan sebagai Person of the Year oleh majalah Time, Presiden Trump menyindir Greta di Twitter dengan mengatakan ia memiliki masalah anger management. Greta pun balas menyindirnya dengan mengganti keterangan bio Twitter-nya menjadi "a teenager working on her anger management problem."

.Ilustrasi berinteraksi melalui gawai/ Foto: Unsplash/Camilo Jimenez

Selebriti dan netizen Indonesia juga demikian. Setiap hari, selalu ada sosok yang menjadi target dari mulut pedas netizen. Bedanya, di luar negeri tidak ada UU ITE. Di Indonesia, apabila seseorang merasa tersinggung karena perkataanmu, hati-hati saja dijerat pasal pencemaran nama baik. Namun, apa sebenarnya yang membuat kita mudah sekali menyindir orang lain di media sosial?

Berinteraksi di dunia maya akan selalu memberikan sensasi yang berbeda dibanding ketika berinteraksi di dunia nyata. Media sosial adalah ruang publik digital, kamu bisa saja memperbarui status seperti sedang menulis buku harian, tapi pada kenyataannya kamu sedang berbicara kepada followers-followers-mu. Sindir menyindir sendiri bisa mengambil berbagai bentuk. Mulai dari memposting foto, me-mention orang yang kamu sindir, hingga lebih halus lagi menggunakan meme. Apapun bentuknya, hal itu tampaknya telah menjadi kewajaran.

Menurut Jacqueline Ward, seorang jurnalis dan psikolog dari Inggris, sindir menyindir di media sosial merupakan wujud dari perilaku passive-aggression. Passive-aggression merupakan cara mengekspresikan kemarahan melalui penyampaian yang tersirat. Tujuan dari unggahan pasif-agresif ini adalah untuk membalas perlakuan seseorang tanpa harus menerima konsekuensi dari konfrontasi. Perilaku pasif-agresif bisa mengaburkan intensi kita sesungguhnya untuk melukai seseorang dengan kata-kata, orang-orang pun mungkin tidak akan menyadari siapa atau apa yang dituju dari sindiran kita.

.Ilustrasi media sosial/ Foto: Unsplash/dole777

Sementara itu, menyindir di ruang online memberikan kita keleluasaan berupa anonimitas. Melansir Psychology Today, fitur-fitur dunia maya memberikan kita kenyamanan untuk lebih terbuka dengan orang lain, dibandingkan dengan dunia nyata. Bahkan, di media sosial kita bisa merasa lebih berani untuk berinteraksi dengan orang asing.

Berbeda dengan interaksi di dunia nyata, ada social cues yang hilang dalam komunikasi digital. Misalnya, kita tidak bisa melihat ekspresi lawan bicara kita. Kita juga tidak bisa mengetahui nada bicara lawan bicara kita. Ditambah lagi, kita bisa menutupi identitas kita melalui akun anonim. Aspek-aspek ini membuat kita merasa bisa lebih bebas dalam mengekspresikan apa yang ada di pikiran kita, tanpa harus merasa malu atau menahan diri.

Ruang maya memberikan kita kesempatan untuk mengekspresikan berbagai perasaan negatif kepada seseorang. Baik itu secara pasif-agresif dengan menyindir tanpa menyebut nama, atau mengkonfrontasi secara terang-terangan dengan menyebut pengguna yang menjadi target sindiran kita. Di dunia nyata, konfrontasi menakutkan karena kita berhadap-hadapan langsung dengan lawan bicara kita. Mengkonfrontasi seseorang di dunia maya terasa lebih mudah, sebab kita menganggap tak akan ada konsekuensi yang muncul daripadanya.

Media sosial menjadi ruang yang sempurna bagi kita untuk menyindir seseorang tanpa harus takut menerima konsekuensi dari perilaku tersebut. Inilah yang membuat kita lupa, bahwa di internet kita juga berkomunikasi dengan sesama manusia. Dibalik nama-nama pengguna, ada wajah individu yang mungkin saja merasa tersakiti karena perkataan kita di media sosial.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS