Seminggu belakangan, aktivitas para riders top dunia yang menikmati keindahan alam di Pulau Lombok, ramai diperbincangkan netizen. Kehadiran mereka ke Lombok, Nusa Tenggara Barat tersebut, tidak lain adalah untuk menjalani sesi pramusim MotoGP 2022, di Mandalika International Circuit.
Sirkuit Mandalika, merupakan lintasan balap Internasional teranyar kebanggaan Indonesia. Setelah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 12 November 2021, sirkuit yang disebut sebagai arena balap terindah di dunia itu, juga menjadi andalan sport tourism Indonesia di masa datang, khususnya pada penyelenggaraan ajang balap kelas dunia.
Selain telah sukses menghelat pramusim MotoGP pekan lalu dan ajang WSBK November 2021, sirkuit yang dihiasi pemandangan perbukitan dan lautan tersebut juga akan menjadi tuan rumah seri ke 2 MotoGP pada musim balap 2022 pada 20 Maret mendatang. Dibalik statusnya yang masih hangat dan berpotensi menjadi sorotan penggemar balap dunia, sirkuit ini memiliki beberapa fakta menarik yang layak untuk disimak.
Momen Unjuk Gigi Indonesia
Kiprah Indonesia sebagai penyelenggara ajang balap terakbar Dunia, MotoGP, terakhir kali terjadi pada tahun 1996 dan 1997 silam. Saat itu, Sentul International Circuit adalah tuan rumahnya.
Mandalika Circuit/Foto: motogp.com/@davidclares |
Berselang 23 tahun, ajang balap bergengsi MotoGP sekaligus World Superbike, akhirnya kembali ke tanah air. Ditandai dengan berdirinya Sirkuit Mandalika di Pulau Lombok yang indah, potensi wisata Indonesia yang sempat anjlok karena pandemi, diharapkan dapat kembali dilirik wisatawan mancanegara.
Kearifan Lokal di Sepanjang Lintasan
Selain mencoba mempromosikan wisata lewat bidang penyelenggaraan event olahraga dunia, Sirkuit Mandalika juga menjadi representasi budaya lokal. Nama sirkuit yang berada di jantung pulau Lombok ini, diambil dari nama seorang legenda suku Sasak, Putri Mandalika.
Selain itu, pada sirkuit berpanjang 4,31 km tersebut, ornamen yang memamerkan produk budaya asli Indonesia juga bisa dinikmati. Yaitu area run-off lintasan bernuansa motif kain tenun khas Sasak, pada tikungan ke 15 hingga 16. Selain itu, material bangunan pit-stop non-permanent di Mandalika, juga diklaim menggunakan 100 persen produk Indonesia.
Motif Tenun Khas Sasak/Foto: motogp.com |
Fasilitas Kelas 'Wahid'
Sirkuit Mandalika menggunakan teknologi terbaru, yaitu teknologi aspal campuran bernama Stone Mastic Asphalt (SMA). Penerapan aspal canggih tersebut dibuat demi memastikan daya penetrasi tinggi pada motor yang melaju di lintasan, sehingga dapat meminimalisir adanya kecelakaan saat trek diguyur hujan. Teknologi ini juga telah dipakai pada beberapa sirkuit dunia lainnya, seperti Silverstone (Inggris).
Mandalika Pit Stop/Foto: motogp.com |
Lintasan ini juga memiliki daya tampung super besar, yaitu sekitar 195.000 penonton di sejumlah tribun, dan 40 garasi untuk tim pembalap.
Proses Pembangunan yang Profesional
Sirkuit kebanggan Indonesia satu ini, merupakan buah tangan Arsitek tersohor dunia, Populous, yang juga menjadi desainer Stadion Wembley, Britania Raya. Arsitek kenamaan asal Inggris tersebut, dipercaya untuk membangun sirkuit kelas dunia pada lahan seluas 1.035 hektar, dalam waktu 14 bulan, dan dengan biaya pembangunan sekitar 1,2 triliun rupiah. Meski memakan biaya, keindahan dan kapabilitas Sirkuit Mandalika, sampai saat ini terus dipuji masyarakat dunia.
Pekerja di Sirkuit Mandalika/Foto: motogp.com |
Menjadi Salah Satu Atraksi Wisata Lombok
Sirkuit Internasional Mandalika, memiliki total 17 tikungan dan trek lurus sepanjang 507 meter dan disebut sebagai salah satu lintasan di dunia yang memiliki kesulitan di atas rata-rata.
Mandalika dari Udara/Foto: Twitter.com/@MotoGP |
Meskipun demikian, sirkuit ini justru menjadi semakin eksotis di dalam dan di luar lintasan. Alam pulau Lombok memang memiliki banyak keindahan bagi para wisatawan, selain Sirkuit Mandalika sebagai primadona yang baru, jejeran pantai nan indah seperti Pantai Seger, Pantai Gerupuk, Kuta Mandalika, hingga Gunung Rinjani yang cantik, membuat pulau ini semakin layak dikunjungi masyarakat dunia.
(RIA/DIR)