Menstruasi yang terjadi kepada perempuan merupakan sebuah proses biologis yang ditandai dengan luruhnya lapisan dinding rahim sehingga adanya pendarahan yang keluar dari vagina. Jika mendengar istilah menstruasi itu sendiri, harusnya hal ini adalah sebuah hal wajar yang natural. Meskipun terkadang menstruasi atau haid memiliki berbagai efek samping yang cukup menyusahkan atau bahkan menyakitkan bagi sebagian perempuan, hal ini justru seharusnya menjadi suatu hal yang dimaklumi. Meskipun demikian, tidak dapat kita pungkiri bahwa stigma mengenai perempuan yang sedang menstruasi merupakan hal yang menjijikan di tengah masyarakat dan tak jarang juga perempuan yang menstruasi dianggap tidak suci, sehingga hal ini pun membentuk suatu mindset perempuan bahwa menstruasi adalah hal yang memalukan untuk dialami. Namun, apa itu stigma menstruasi yang dimaksud?
Stigma menstruasi juga dapat dikatakan sebagai istilah yang menggambarkan diskriminasi yang dialami oleh perempuan yang sedang menstruasi. Diskriminasi yang dialami bisa saja sebuah penghinaan atau bahkan perkataan sederhana yang biasa kita terima dalam bentuk candaan. "Sensitif banget, lagi PMS, ya?" perkataan seperti ini sering kita dengar atau kita terima dan tanpa disadari perkataan ini pun juga menjadi suatu bentuk pandangan atau tuduhan kepada perempuan yang sedang menstruasi, bahwa mereka selalu berperilaku sensitif dan agresif. Walaupun tidak dapat disangkal bahwa perempuan yang sedang mengalami menstruasi memang mengalami perubahan hormon estrogen yang mengakibatkan mereka menjadi lebih sensitif dan lebih mudah untuk mengalami perubahan suasana hati. Meskipun benar adanya fakta bahwa perempuan menjadi lebih sensitif karena sedang menstruasi, hal tersebut tidak membenarkan masyarakat untuk memiliki stereotype bahwa seseorang yang sensitif selalu diasosiasikan dengan menstruasi, bukan?
Membicarakan menstruasi juga merupakan hal yang masih tabu di tengah ruang publik yang terbuka. Bahkan menyebut kata menstruasi saja merupakan hal yang cukup sulit, maka tak heran kita menjadi terbiasa untuk menyebutnya dengan kata lain seperti 'Datang Bulan', 'Dapet', hingga 'Halangan' ketika memang harus membicarakannya di tengah-tengah masyarakat atau di depan lawan jenis. Padahal apa salahnya dari menggunakan kata menstruasi itu sendiri secara langsung? Hal ini kembali lagi ke poin dimana masyarakat yang kerap menganggap menstruasi adalah hal yang jorok dan tabu sehingga kita secara tidak langsung menegaskan gagasan bahwa menstruasi adalah hal yang cukup sulit untuk dibicarakan secara terbuka.
Tidak sampai sini saja, bahkan ada juga mitos mengenai menstruasi yang mengatakan bahwa wanita yang sedang menstruasi tidak boleh masak atau masuk dapur. Hal ini didasari oleh kepercayaan masyarakat di India yang mengatakan bahwa adanya hal tentang perempuan menstruasi dapat meracuni makanan atau minuman yang ia buat. Banyaknya masyarakat yang percaya akan mitos ini dibuktikan oleh survey yang dilakukan oleh Kathmandu Medical College bahwa adanya 55 persen gadis remaja yang pernah mengalami larangan untuk tidak memasak atau bahkan masuk dapur saat menstruasi.
Pada akhirnya, menstruasi memang merupakan hal yang masih tabu di tengah masyarakat. Namun, perlu diingat lagi bahwa there's nothing wrong with menstruation and we should never be sorry or ashamed about it. Jika bukan kita sendiri yang bisa mengubah cara pandang masyarakat akan hal ini, siapa lagi?
(DIP/MEL)