Insight | General Knowledge

Beda Tipis Antara Harga Diri dan Gengsi

Kamis, 13 Jan 2022 15:43 WIB
Beda Tipis Antara Harga Diri dan Gengsi
Foto: GONG HUI-MIN
Jakarta -

Pernahkah kamu merasa bahwa terkadang kamu membutuhkan pengakuan dari orang lain demi menjaga harga diri yang sedang kamu pertahankan? Mungkin contoh yang tepat adalah fenomena penyewaan smartphone yang sedang hangat dibicarakan banyak orang baru-baru ini. Sadar atau tidak, terkadang kita sering mengatasnamakan harga diri demi gengsi di mata orang lain.

Menurut ilmu psikologi, gengsi dibentuk oleh manusia sebagai benteng terluar untuk menjaga harga diri dan menutupi berbagai kelemahan serta kekurangannya. Kalau gengsi dibiarkan begitu saja, rasa gengsi tersebut akan semakin parah dan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Seperti contoh penyewaan smartphone di atas, gaya hidup seseorang akan dipenuhi dengan rasa gengsi apabila tidak membeli barang mewah.

Orang-orang yang memiliki rasa gengsi yang tinggi biasanya akan melakukan berbagai macam cara untuk terlihat sejajar atau bahkan lebih tinggi daripada orang lain. Mereka tidak ingin dipandang rendah dan menunjukkan kelemahannya pada orang lain. Mereka yang gengsinya sudah sangat tinggi bisa-bisa suka berbohong demi menjaga harga dirinya di hadapan orang lain. Mereka akan berpura-pura memiliki segalanya, padahal aslinya tidak memiliki apa-apa. Mereka akan memaksakan terpenuhinya apa yang diinginkan, padahal sebenarnya tidak mampu untuk membelinya.

Terkadang harga diri dan gengsi berjalan lurus dan berdampingan sehingga kita sulit untuk membedakannya. Menurut Santrock (2007), harga diri merupakan evaluasi individu tentang dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya sendiri apa adanya.

Bisa disimpulkan bahwa tinggi-rendahnya harga diri mempengaruhi penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Kalau harga dirinya tinggi, berarti seseorang menganggap bahwa dirinya baik dan merasa berharga. Harga diri yang seperti ini bisa membantu individu untuk berkembang. Sedangkan kalau harga dirinya rendah, berarti seseorang menganggap bahwa dirinya adalah seorang yang buruk. Harga diri yang rendah bisa menyebabkan berbagai dampak negatif seperti penurunan produktivitas kerja, hubungan interpersonal yang buruk, dan perawatan diri yang buruk.

Harga Diri vs Gengsi

Harga diri dan gengsi memiliki beberapa perbedaan; keduanya merupakan sifat umum yang dimiliki manusia dan selalu terjadi di kehidupan setiap seorang. Beberapa orang mungkin tidak sadar dengan salah satu dari dua sifat tersebut dalam dirinya. Seorang motivator terkenal bernama Merry Riana mencoba untuk menjelaskan setidaknya terdapat tiga perbedaan antara harga diri dan gengsi yang dirangkum di bawah ini.

1. Harga Diri Berdasarkan Kesadaran, Gengsi Berdasarkan Pengakuan

Sebuah harga diri berdasarkan kepada kesadaran--seseorang yang memiliki harga diri sadar harus menjaga kehormatan dirinya. Sedangkan gengsi pada dasarnya adalah sebuah pengakuan--mereka ingin selalu diakui keberadaannya oleh semua orang, sehingga mereka selalu menutupi kekurangan dirinya sendiri supaya mendapatkan pengakuan dari orang lain.

2. Harga Diri Berdasarkan Kejujuran, Gengsi Berdasarkan Kebohongan

Sebuah harga diri mempunyai dasar kejujuran-apa adanya dan tidak ada yang disembunyikan. Dia tidak memakai topeng untuk menutupi siapa dirinya. Sedangkan gengsi pada dasarnya adalah kebohongan-mereka selalu berbohong dan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan yang lainnya supaya jati dirinya tidak diketahui.

3. Harga Diri Dibayar Dengan Kerja Keras, Gengsi Dibayar Dengan Hutang dan Cicilan

Menurut Merry Riana, harga diri itu dibayar dengan usaha dan kerja keras. Mereka selalu berusaha dan bekerja keras untuk menjadi lebih baik demi mendapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan gengsi dibayar dengan uang, utang, dan cicilan. Demi sebuah gengsi, dia mau mengeluarkan sejumlah uang bahkan sampai berutang dan mencicilnya.

Harga Diri vs Gengsi Pada Perilaku Konsumtif Remaja

Perilaku konsumtif merupakan perilaku di mana timbulnya keinginan untuk membeli barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi, atau dikenal dengan istilah compulsive buying disorder dalam dunia psikologi. Orang yang terjebak dalam compulsive buying disorder tidak bisa membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi keinginan.

Belanja atau shopping bagi para remaja tidak lagi hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan, tapi sudah menjadi gaya hidup. Remaja ingin dianggap keberadaannya dan diakui eksistensinya. Selain itu, mereka juga ingin mendapatkan penilaian diri yang positif, perasaan ingin diterima, dan dihargai oleh teman-temannya yang pada akhirnya dapat menunjukkan eksistensi mereka dalam circle tersebut. Inilah yang mereka lakukan untuk dapat meningkatkan harga dirinya. Seperti contoh fenomena penyewaan smartphone di awal tadi, mungkin sebagian besar dari mereka yang menyewa ingin dianggap 'wah' oleh teman-teman dalam circle-nya.

Perkembangan internet juga menjadi faktor pendorong sifat konsumtif pada kalangan remaja. Banyak orang menggunakan internet untuk melakukan segala jenis transaksi mulai dari transportasi, membeli makanan, jalan-jalan, hingga berbelanja pakaian dan kebutuhan sehari-hari. Hal ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif tersendiri, tentunya dampak positif yang diberikan adalah kemudahan untuk bertransaksi yang menjadi lebih cepat dan praktis. Namun tentunya di sisi lain, budaya digital dan penggunaan internet untuk bertransaksi mendorong para remaja untuk berperilaku konsumtif.

Sebenarnya tidak apa-apa sesekali kita menjadi konsumtif, asalkan sifat konsumtif tersebut tidak dilakukan untuk mencari kepuasan atau pengakuan dari orang lain. Dengan tulus menjadi diri sendiri dan apa adanya, hidup tentu akan jadi lebih mudah, karena kita akan bersikap dan bertindak bukan karena pandangan atau omongan orang lain.

Harga diri dan gengsi sangatlah berbeda meskipun sering dianggap sama. Kita harus mengerti kalau gengsi itu sebenarnya bukan hal yang penting atau wajib dipenuhi dan itu bukanlah sebuah harga diri. Menjaga harga diri akan berujung pada sebuah pencapaian dari tujuan hidup kita, tapi kalau mengikuti gengsi sering kali harus dibayar mahal dengan rasa malu dan tidak percaya diri karena keterbatasan kita dalam mendukung kebohongan dan kepalsuan. Akhir kata, marilah kita bergaya sesuai dengan isi dompet masing-masing.

[Gambas:Audio CXO]

(PUA/HAL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS