Mendengar nama Kapital akan membawa saya ke dalam historis fashion yang mereka bangun dan ekspansikan sendiri; tanpa perlu melihat tren dan pengaruh dari entitas lain. Kapital merupakan brand asal Jepang dengan tingkat cult yang sangat tinggi berkat sentuhan co-founder Toshikiyo Hirata melalui konsistensi style Americana. Namun sejarah panjang nan harum dari Kapital sedikit tercoreng di mata para pecinta dan penganut sidestream fashion ketika mereka dikabarkan dibeli oleh LVMH melalui L Catterton.
LVMH menjadi multi brand fashion powerhouse dengan bergerak sebagai holding company dari begitu banyak luxury brand di luar sana. Mereka dikenal sering membeli atau mengakuisisi brand fashion dan hal-hal yang relate dengan dunia tersebut berkat dukungan uang yang sangat berlimpah. Louis Vuitton, Celine, Givenchy, Kenzo, Loro Piana, hingga Christian Dior Couture hanya menjadi sebagian kecil portofolio mereka. Dan sekarang di antara nama-nama mainstream tersebut, masuklah Kapital.
Menunggu Kemajuan atau Kehancuran Kapital dari LVMH
Kritik dan cibiran lahir secara alamiah ketika kabar ini dikonfirmasi oleh LVMH. Siapa yang tidak takut melihat masa depan Kapital di genggaman sebuah konsorsium yang selama ini dikenal punya sejarah "merusak" warisan dari brand-brand di bawahnya? Saya pun merasakan kekhawatiran yang sama.
Ketika membayangkan Kapital, maka yang akan menjadi top of mind adalah betapa rare produk-produk mereka di tengah masyarakat penggila fashion. Belum banyak yang tahu tentang mereka, atau mungkin merasa Kapital bukan menjadi brand yang layak diperhatikan. Begitu juga dengan tingkat kelangkaan dari segi jumlah produk. Inilah yang membuat setiap koleksi terbaru Kapital akan selalu jadi incaran, hingga saat ini.
Sekarang dengan masuknya LVMH, maka ketakutan akan status Kapital yang berubah menjadi sellout menjadi lebih besar. Belum lagi dengan heritage dan DNA Kapital yang bisa dirusak oleh kerakusan LVMH demi mendapatkan pundi-pundi uang dari pasar sidestream fashion pada waktu mendatang. Bisa dibilang pembelian ini layaknya hutang lindung yang dihancurkan demi membangun apartemen dan mal mewah. Tidak ada yang diuntungkan selain LVMH yang ingin memiliki Kapital.
Sampai sekarang kita tidak tahu apa alasan Kapital menerima pinangan LVMH. Begitu juga dengan strategi bisnis atau produk yang nanti akan dilakukan. Namun pihak LVMH sudah memberikan pernyataan kalau mereka berjanji akan menjaga warisan desain dan mendukung identitas unik Kapital tanpa berusaha terlalu masuk ke dalam proses kreatif.
Namun janji tetaplah janji. Masa depan yang akan menjawab apakah Kapital akan menjadi santapan baru mass-market dari LVMH dengan embel-embel "luxury" dan "tren" yang sangat jauh dari DNA brand yang sekarang diteruskan oleh Kiro Hirata setelah ayahnya, Toshikiyo meninggal beberapa tahun lalu.
Saya masih ingat momen perdana mengetahui ada brand bernama Kapital. Permainan Century Denim mereka yang dibentuk dengan cara boro bersama jahitan sashiko yang gembel tapi unik menjadi alasan utama kenapa bisa jatuh cinta kepada mereka. Saya rasa lini produk itu pula yang membuat banyak orang rela mengikuti perjalanan Kapital selama ini.
Doa-doa kecil pun terlihat dari respons pecinta Kapital di internet. Apakah membuat satu sub-brand lagi yang menjadi makanan empuk bagi pasarnya LVMH, sekaligus demi menjaga kualitas produk Kapital yang asli? Atau ada produk-produk yang dibuat di luar Jepang hanya untuk mengakomodir keinginan LVMH? Atau bagaimana dengan penampilan Kapital yang punya peluang besar untuk dipamerkan dalam runway fashion week di beberapa negara ternama? Dan apakah akan ada toko Kapital selain di Jepang?
Jika LVMH memang serius ingin menjaga Kapital, maka yang hanya perlu mereka lakukan adalah dengan tidak melakukan apa-apa selain mengeluarkan uang sesuai permintaan Kiro.
(tim/DIR)