Interest | Fashion

Pertemuan Budaya Tradisional dan Kontemporer di Plaza Indonesia Men's Fashion Week 2024

Kamis, 12 Sep 2024 18:30 WIB
Pertemuan Budaya Tradisional dan Kontemporer di Plaza Indonesia Men's Fashion Week 2024
Pertemuan Budaya Tradisional dan Kontemporer di Plaza Indonesia Men’s Fashion Week 2024/Foto: Plaza Indonesia
Jakarta -

Fashion pria tentu tidak sebatas kemeja dan kaus saja. Seiring waktu, ia berevolusi mengikuti dinamika zaman sebagai salah satu bentuk ekspresi diri. Pertemuan antara tradisi dan budaya kontemporer dalam fashion inilah yang tertuang dalam Plaza Indonesia Men's Fashion Week 2024, yang diselenggarakan pada tanggal 2 hingga 7 September 2024 kemarin.

Membawa tema "Modern Gentleman", fashion week besutan pusat perbelanjaan yang memang merupakan destinasi belanja utama ini mencoba meredefinisi sosok pria modern yang percaya diri, berwawasan luas, dan selalu tampil prima. Berikut adalah rekap kunjungan kami pada hari kelima, yaitu 6 September 2024.

Antara Tradisi dan Modernitas

Gelaran hari tersebut dibuka dengan presentasi dari BINhouse. Label yang berdiri sejak 1985 ini memang bermula dari kegemaran founder-nya, Josephine Werratie Komara atau Obin, dalam mengoleksi kain vintage. Berdekade-dekade setelahnya, kegemaran ini masih bisa ditemukan di BINhouse. Merespons banyaknya konsumen pria yang menginginkan produk pakaian dengan tingkat detail menyerupai produk bagi perempuan, Obin dan head of fashion apparel Theresia Perwitasari pun menjawabnya dengan koleksi berjudulkan "Man on a Walk".

Koleksi berisikan 24 look ini menghadirkan perpaduan siluet kontemporer dan tradisional, dengan metode produksi heritage seperti batik halang lilin, tenun, dan songket sutra. Menariknya, konsep yang terkandung dalam judul koleksi ini pun tertuang pada bagaimana para model BINhouse berjalan di runway.

Koleksi Koleksi "Man on a Walk" dari BINhouse/ Foto: Instagram: @dandyhendrata

Alih-alih berjalan dalam garis lurus yang kaku, para model yang mempresentasikan koleksi ini justru berjalan dengan kasual dan dinamis, sambil disisipi interaksi dengan satu sama lain serta audiens show tersebut. Beberapa key look dari koleksi ini ada pada pakaian yang flowy, dengan drapery yang bergerak dinamis mengikuti langkah kaki pada model. Detail dan kompleksitas "Man on a Walk" sungguh baru bisa diapresiasi secara penuh ketika pakaiannya tidak berada pada kondisi statis.

Lanjut pada presentasi spesial A Bathing Ape, jenama asal Jepang ini tengah memperingati ulang tahun motif "Ape Head" mereka yang ke-31. Selain produk-produk anniversary tersebut, kolaborasi juga menjadi fokus presentasi mereka. Produk-produk pakaian hingga sepatu yang dibuat bersama BlackEyePatch dan Readymade, hingga Russell Athletic, Vans, dan adidas tampil silih berganti. Corak camo yang menjadi signature dari A Bathing Ape tampil memenuhi koleksi yang dipresentasikan, baik dalam pola 1st Camo andalan mereka, ABC Camo berwarna-warni, hingga tampil dalam nuansa tonal yang subtil dalam artikel tracksuit kolaboratif dengan Russell Athletic.

Beberapa highlight koleksi baru A Bathing ApeBeberapa highlight koleksi baru A Bathing Ape/ Foto: Plaza Indonesia

Presentasi ganda Parang Kencana sertaAdrieBasuki dan EvanHartono melanjutkan gelaran hari tersebut. Koleksi Parang Kencana yang diberi judul "Sama Lineage" bercerita mengenai garis keturunan atau warisan yang berakar pada prinsip-prinsip harmoni, keseimbangan, dan kesetaraan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tak heran jika warna-warna dari alam serta berbagai motif batik menjadi hal yang dominan dalam koleksi ini. Pertemuan antara tradisi dan alam ini dituangkan dalam siluet-siluet geometris yang modern.

"Sama Lineage" oleh Parang Kencana/ Foto: Plaza Indonesia

Berbeda halnya dengan Adrie Basuki, yang menggunakan karya lukisan berjudul Dogs karya seniman neurodivergent Evan Hartono sebagai motif utama koleksi bertajuk "PURE (Unconditional Love)". Cinta nonkondisional yang dimaksud tak lain adalah antara binatang dengan manusia. Selain penggunaan lukisan tersebut, koleksi ini juga menghadirkan karpet hasil ilustrasi Evan Hartono yang dibuat menggunakan kain-kain sisa. Bukan gestur kosong semata, sebagian hasil penjualan koleksi "PURE (Unconditional Love)" juga akan didonasikan kepada dog shelter yang membutuhkan bantuan dana di Jakarta.

Kolaborasi Adrie Basuki dan Evan Hartono, Kolaborasi Adrie Basuki dan Evan Hartono, "PURE (Unconditional Love)"/ Foto: Plaza Indonesia

Berikutnya, koleksi kolaboratif dari Tanah Le Saé dan Rama Dauhan Design Studio memperlihatkan nuansa yang lembut dan intim. "Hangat Sentuhan" menjadi judul dari koleksi ini, yang memang terinspirasi dari cinta dan sentuhan fisik. Terdapat kontras yang menarik dari berbagai tampilan koleksi ini, dengan keseimbangan antara ruggedness dan kelembutan. Hal ini bisa dilihat dari salah satu key look di mana modelnya mengenakan jas dengan lengan berbentuk puffy serta celana kargo berbahan sheer.

Pertemuan maskulinitas dan kelembutan di kolaborasi Tanah Le Saé dan Rama Dauhan Design StudioPertemuan maskulinitas dan kelembutan di kolaborasi Tanah Le Saé dan Rama Dauhan Design Studio/ Foto: Plaza Indonesia

Siluet-siluet yang identik dengan maskulinitas ini diinterpretasikan ulang menjadi lebih delicate melalui penggunaan bahan dan detail yang imajinatif. Tak berhenti di situ, bahan katun, linen, chiffon, flanel, jeans, dan corduroy turut berkontribusi pada tension dari "Hangat Sentuhan". Yang menjadi sentuhan final adalah sepatu boots dengan goresan cat putih yang konsisten dikenakan oleh para model.

Yang menutup gelaran hari tersebut adalah koleksi "Mata Sawah" hasil kolaborasi Studio Sejauh dan BIASA. "Mata Sawah" sendiri memiliki arti "Mata yang Melihat Kesederhanaan", dengan perpaduan siluet desain BIASA dan material khas Sejauh Mata Memandang. Melalui koleksi ini, kedua jenama ingin merayakan kesederhanaan yang alami dan kualitas "craft" yang dimiliki oleh Indonesia.

Koleksi kolaboratif Koleksi kolaboratif "Mata Sawah" oleh BIASA dan Studio Sejauh/ Foto: Plaza Indonesia

Seluruh material yang dipakai pun dibuat dengan penuh ketelitian, seperti contohnya tenun Tuban yang ditenun oleh artisan di Pekalongan dan dipoles akhir oleh artisan batik di Tuban menggunakan pewarna indigo nabati dari Temanggung. Seperti berbagai tampilannya yang mengalir secara fluid, sesungguhnya produk-produk yang ditampilkan pun bisa masuk ke lemari pakaian siapa pun terlepas gender.

Presentasi terakhir tersebut menutup hari kelima Plaza Indonesia Men's Fashion Week dengan manis. Banyak yang perlu kita apresiasi dari budaya dan tradisi panjang yang dimiliki Indonesia. Agaknya, gelaran hari ini mengingatkan kita untuk melihat secara luas ke sekitar, ke masa lalu, dan ke dalam identitas diri sendiri untuk menemukan sesuatu yang baru.

(cxo/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS